Breaking News

News Video

Berikut Tips Dari Penjual Agar Pakat Tidak Terasa Pahit Ketika Dimakan, Harga 3 Batang 10 Ribu

Pakat merupakan makanan khas daerah asal Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara yang hanya ada saat bulan puasa ramadan tiba.

Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Fariz

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pakat merupakan makanan khas daerah asal Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara yang hanya ada saat bulan puasa ramadan tiba.

Hal tersebut diketahui Tribun Medan saat melintas sepanjang Jalan Letda Sujono didapati banyak sekali penjual pakat, Selasa (5/4/2022).

Saat ditemui Tribun Medan, Hasibuan penjual pakat sejak 10 tahun ini menceritakan bahwa seiring perkembangan waktu, Pakat dijadikan berbagai macam jenis masakan.

Sebelumnya Hasibuan menjelaskan bahwa pakat merupakan jenis makanan berasal dari rotan muda.

"Kalau di Tapsel itu malah jarang ditemui saat puasa tiba, mungkin karena ini sudah jadi makanan ketika acara-acara besar di sana," jelasnya.

Menurutnya juga pakat merupakan satu jenis tanaman rotan yang di dalamnya memiliki tekstur sangat lembut.

"Ini ketika dibakar jadinya lembut memang rasanya pahit makanya ketika makan pakat itu wajib dicocol dengan cabai atau digabung dengan bumbu lainya," ucapnya.

Seiring perkembangan waktu, yang membuat pakat itu berbeda dikatakan Hasibuan adalah jenis cabainya.

"Kalau kami itu cabe nya gak direbus dipakaikan asam jadi ketika dimakan rasanya asam pedas ditambah kecap asin itu makin nagih,"jelasnya.

Selain itu dikatakan Hasibuan banyak pelanggannya yang membeli pakat tanpa harus dibakar terlebih dahulu.

"Jadi disini juga banyak yang beli pakat yang belum di masak karena untuk dijadikan mereka untuk di gulai di Ikan Sale dan banyak macam lainnya," terangnya.

Dijelaskan Hasibuan ada beberapa cara memakan pakat agar tidak terasa pahit.

"Makan pakat ini sama seperti Sayur Pare kalau gak pandai terasa pahitnya," ucapnya.

Adapun beberapa cara memakan pakat dijelaskan Hasibuan pertama wajib ditambah dengan makanan lainnya.

"Jadi jangan makan pakat saja tapi harus dicocol dengan cabai ataupun minimal dengan garam itu juga lezat apalagi ketika masih panas-panasya,"terangnya.

Kedua, pakat bukan hanya bisa dibakar, tapi bisa di campur dengan makanan lainnya.

" Misalnya dijadikan lalapan dicampur cabai, di gulai dengan ikan sale atau bisa juga dicampur dengan sayur santan," paparnya.

Tentunya jika tidak dibakar, dikatakan Hasibuan pakat wajib di kupas dan di cuci bersih serta dilumuri dengan garam.

"Itu beberapa cara agar bisa makana pakat dengan nikmat," terangnya.

Warga asli Gunung Tua ini mengaku sehari ia bisa menjual 500 pakat.

"Kita ambil Rotan dari Kota Pinang setiap hari dikirim dan kita jual satu plastik itu Rp 10.000 isinya 3. Untuk harga cabainya itu 2 Rp 5000," jelasnya.

Selama 10 tahun menjual pakat, diakuinya dirinya sudah memiliki pelanggan tetap untuk mengisi makanan saat acara buka bersama.

"Yang beli biasanya orang Tapsel, dan kami juga biasanya ada pelanggan tetap yang sering adain acara bukber untuk buatkan makanan pakat ini," tukasnya.

(cr5/www.tribun-medan.com).

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved