Ramadhan 1443 Hijriyah
Masjid Raya Siantar, Jejak Hijrah Raja Sangnaualuh, Ada Tradisi Bubur Sop Bulan Ramadan
Di masa kepemimpinannya inilah, Raja Sangnaualuh kemudian menerbitkan surat grand tanah untuk lokasi masjid raya.
Penulis: Alija Magribi | Editor: Ayu Prasandi
Sekitar 43,90 persen dari total populasi kota ini adalah umat Islam dari sensus penduduk tahun 2010.
Muslim dan non-Muslim hidup berdampingan selama ratusan tahun.
Baca juga: SELAMA Ramadan Masjid Al-Musabbihin Adakan Tausiah Bada Zuhur dan Sebelum Tarawih
Butuh 2-3 Karung Beras Untuk Bubur Sop Bulan Puasa
Sekretaris Seksi Ibadah BKM Masjid Raya Pematangsiantar, Ahmad Rinil Batubara menyampaikan pihaknya membutuhkan 2-3 karung berisi 30 beras untuk membuat bubur sop legendaris Masjid Raya.
Penganan ini diberikan kepada umat yang tak sempat berbuka di rumah.
“Setiap harinya kita butuhkan 2-3 karung beras untuk 300-400 umat Islam yang musafir atau sengaja ingin berbuka dan salat magrib berjamaah di masjid,” kata Rinil.
Semua kebutuhan untuk menyediakan sop yang ada sejak tahun 1911 ini adalah sedekah dari umat Islam lainnnya.
Komposisi bubur sop juga ditambahi daging, wortel, kentang, daun sop, dan beberapa rempah-rempah.
Bubur sop akan disajikan dengan cup plastik kepada umat
“Jadi bubur sop ini sudah diwariskan ke kami dari orang-orang tua kami terdahulu. Soal kenapa bubur sop, kita nggak tahu. Namun inilah warisan yang kita jaga,” ujar Rinil.
Nah, pengalaman Reporter Tribun Medan, bubur sop sendiri memiliki rasa yang sama seperti sop pada umumnya.
Hanya saja, dengan kehadiran bahan pokok utama beras menjadikan makanan ini cukup mengenyangkan.
Untuk mencicipi bubur sop di masjid raya, pihak BKM mengarahkan agar dikonsumsi bersama-sama di pendopo yang ada halaman masjid.
(Alj/tribun-medan.com)
