Ramadhan 1443 Hijriyah

Masjid Lama Kabanjahe, Dibangun dengan Modal Semangat Pedagang yang Datang Ke Karo

Dikarenakan saat itu belum terdapat rumah ibadah bagi para pedagang Islam yang datang ke Kabanjahe, khususnya pedagang dari Aceh

Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/NASRUL
Masjid Lama 1902 Kabanjahe, terletak di Jalan Masjid, Kelurahan Lau Cimba, Kabanjahe.       

TRIBUN-MEDAN.com, KARO - Masjid Lama 1902 Kabanjahe, terletak di Jalan Masjid, Kelurahan Lau Cimba, Kabanjahe.

Sesuai dengan namanya, masjid ini dibangun pada tahun 1902 dan selesai dua tahun kemudian yaitu pada tahun 1904.

Masjid ini, merupakan salah satu saksi sejarah penyebaran agama Islam di Kabanjahe bahkan di Kabupaten Karo.

Bagian dalam Masjid Lama 1902 Kabanjahe
Bagian dalam Masjid Lama 1902 Kabanjahe

Berdasarkan informasi yang didapat, masjid lama merupakan masjid tertua dibanding dengan masjid lainnya di Kabupaten Karo.

Berdasarkan informasi dari Badan Kenaziran Masjid Lama Muhammad Sidik Surbakti, dari sejarahnya masjid ini awalnya dibangun dari inisiatif pedagang yang berjualan di sekitar Kabanjahe.

Di mana, para pedagang memiliki keinginan yang sama untuk membangun rumah ibadah.

"Awalnya itu pedagang yang punya inisiatif bangun masjid. Kalau pedagangnya dari berbagai daerah, ada dari Aceh, dari Padang, itulah punya niat bangun masjid," Ujar Sidik.

Baca juga: Keindahan Masjid AlArif Dengan Konsep Asri Dan Sejuk, Miliki Dua Batang Pohon Kurma di Halamanya

Dijelaskan Sidik, dari keinginan ini para pedagang sama-sama mencari solusi untuk bisa membangun masjid.

Di masa itu, para pedagang mendapatkan bantuan dari sorang tuan tanah yang memberikan tanahnya untuk diwakafkan menjadi masjid.

Tak hanya itu, pedagang juga mendapatkan bantuan dari seorang Sultan yang berasal dari Kabupaten Langkat perihal pendanaannya.

"Dari Sultan Langkat pedagang dikasih dana yang pada jaman dulu itu diberikan dana sebesar Rp 250. Saat itu kan sudah banyak, selebihnya masyarakat lah yang ngumpulin dana," Ucapnya.

Terlihat dari luar, bangunan masjid berwarna putih dengan paduan warna hijau di beberapa bagiannya ini, sudah tampak kental dengan sejarahnya.

Bangunan masjid ini, terbuat dari papan yang disusun mendatar pada bagian dindingnya, dan menurun di bagian serambinya.

Masjid Lama 1902 Kabanjahe, terletak di Jalan Masjid, Kelurahan Lau Cimba, Kabanjahe.
 
 
 
Masjid Lama 1902 Kabanjahe, terletak di Jalan Masjid, Kelurahan Lau Cimba, Kabanjahe.       (TRIBUN MEDAN/NASRUL)

Atap tiga tingkat dari masjid ini juga kental dengan historikalnya yang khas dengan arsitektur Melayu.

Beranjak ke bagian dalam, terlihat ruang ibadah masjid yang sederhana dan dibangun dua ruangan dengan pintu terpisah.

Ruangan di sebelah kiri merupakan ruang ibadah kaum pria, sedangkan di sisi kanan merupakan ruang ibadah wanita.

Di dinding masjid terdapat pula tiga Al-Quran berukuran besar.

Baca juga: Niat dan Tata Cara Itikaf di Masjid, Inilah yang Dilakukan Saat Berdiam Diri di Rumah Allah

Pada bagian belakang masjid ini juga terdapat satu ruangan tambahan.

Ruangan ini dulunya dijadikan pusat pengajian dan belajar agama Islam. Karena pada awal berdirinya, masjid ini merupakan pusat dakwah dan penyebaran Islam di Kabanjahe dan desa-desa lain yang letaknya berdekatan dengan Kabanjahe.

Hingga saat ini, bangunan masjid tersebut masih terjaga sejak pertama dibangun. Salah satu ciri khas historikal dari masjid ini adalah bedug yang terbuat dari kayu berukuran kurang lebih 1,5 meter.

Bahkan, lokasi sholat antara laki-laki dan perempuan yang bersampingan juga masih dipertahankan.

"Sampai sekarang sebagian besar bangunan masih asli, tapi ada beberapa yang sudah diubah karena termakan usia. Kayunya inikan dari awal dibangun masjid sampai sekarang sudah terlalu lama," Katanya.

Menurut sejarahnya, penyebaran agama islam dibawa oleh para pedagang yang datang ke Kabupaten Karo.

Dikarenakan saat itu belum terdapat rumah ibadah bagi para pedagang Islam yang datang ke Kabanjahe, khususnya pedagang dari Aceh untuk membangun masjid di daerah itu.

Niat ini pun disampaikan pada Sibayak Lingga, penguasa adat saat itu.

Niat tersebut ternyata diterima dengan baik oleh Sibayak Lingga. Kemudian dengan bantuan dana dari Sultan Langkat, akhirnya masjid ini didirikan dan menjadi yang pertama di Tanah Karo.

Seiring dengan berjalannya waktu, penyebaran Islam di Tanah Karo pun semakin berkembang.

Dengan itu, untuk menampung jamaah yang semakin banyak, maka dibangunlah Masjid Agung Kabanjahe.

Namun, meskipun sudah banyak masyarakat yang melaksanakan shalat di Masjid Agung, jamaah di Masjid Lama Kabanjahe hingga saat ini tetap terjaga.

Yang menjadikan peninggalan sejarah Islam ini masih berdiri kokoh.

(cr4/tribun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved