Warga Sri Lanka Dalam Bahaya Kelaparan, Pemerintah Setempat Berupaya Pastikan Stok Pangan Mencukupi
PM Sri Lanka telah memperingatkan ancaman kekurangan pangan ketika negara kepulauan itu memerangi krisis ekonomi yang menghancurkan.
TRIBUN-MEDAN.COM - Usai dihantam krisis ekonomi, kini Sri Langka terancam mengalami krisis pangan.
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pun telah memperingatkan ancaman kekurangan pangan ketika negara kepulauan itu memerangi krisis ekonomi yang menghancurkan.
Karena itu, pemerintah berjanji akan membeli cukup pupuk untuk musim tanam berikutnya guna meningkatkan panen.
"Meskipun mungkin tidak ada waktu untuk mendapatkan pupuk untuk musim Yala (Mei-Agustus) ini, langkah-langkah sedang diambil untuk memastikan stok yang cukup untuk musim Maha (September-Maret)," kata Wickremesinghe dalam sebuah pesan di Twitter pada Kamis (19/5/2022).
Baca juga: Dua Tahun Buron, Harun Masiku Tak Kunjung Tertangkap, KPK Ajak Warga Swadaya Ikut Mencari
"Saya dengan sungguh-sungguh mendesak semua orang untuk menerima gawatnya situasi," sambungnya, sebagaimana dilansir Antara.
Keputusan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pada April 2021 untuk melarang semua pupuk kimia secara drastis mengurangi hasil panen, dan meskipun pemerintah telah membatalkan larangan tersebut, tidak ada impor substansial yang dilakukan.
Rajapaksa menunjuk sembilan anggota baru ke kabinet pada Jumat (20/5/2022), termasuk kementerian kesehatan, perdagangan, dan pariwisata.
Namun, dia tidak menyebutkan seorang menteri keuangan dan portofolio tersebut kemungkinan akan dipertahankan oleh Wickremesinghe.
Sri Lanka yang bergantung pada pariwisata menghadapi kekurangan devisa, bahan bakar, dan obat-obatan. Kegiatan ekonomi melambat bahkan merangkak.
Baca juga: USU BERDUKA, Dekan Fisip USU Hendra Harahap Meninggal Dunia, Serangan Jantung Habis Main Bola
Baca juga: Sosok Hendra Harahap, Dekan Fisip USU yang Berpulang Setelah Kena Serangan Jantung Usai Main Bola
"Tidak ada gunanya berbicara tentang betapa sulitnya hidup ini," kata APD Sumanavathi, seorang wanita berusia 60 tahun yang menjual buah dan sayuran di pasar Pettah di Colombo.
"Saya tidak dapat memprediksi bagaimana keadaannya dalam dua bulan, pada tingkat ini kita bahkan mungkin tidak berada di sini," sambung Sumanavathi.
Di dekatnya, antrean panjang terbentuk di depan sebuah toko yang menjual tabung gas untuk memasak, yang harganya melonjak hingga hampir 5.000 rupee (sekitar Rp 944 ribu) dari 2.675 rupee (Rp 505 ribu) pada April.
“Hanya sekitar 200 tabung yang dikirim, padahal yang datang sekitar 500 orang,” kata Mohammad Shazly, sopir paruh waktu yang mengantre pada hari ketiga dengan harapan bisa memasak untuk keluarganya yang terdiri dari lima orang.
"Tanpa gas, tanpa minyak tanah, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Pilihan terakhir apa? Tanpa makanan kita akan mati. Itu akan terjadi," imbuh dia.
Gubernur bank sentral mengatakan pada Kamis bahwa valuta asing telah diamankan dari pinjaman Bank Dunia dan pengiriman uang untuk membayar pengiriman bahan bakar dan gas untuk memasak, tetapi pasokan masih mengalir.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/warga-srilanka-demo-tribunmedan.jpg)