Berita Viral
Sering Dikira Pengangguran, Pemuda Desa di Kulon Progo Ini Kelola Puluhan Server di Berbagai Negara
Seorang pemuda di sebuah dusun di sering Daerah Istimewa Yogyakarta dikira warga setempat sebagai penggguran.
Rumah Nur sekitar 48 meter persegi. Separuh rumah, mulai dari kamar tidur hingga ke kamar tamu dan teras, berdiri dari batako yang belum diplester.
Sebagian lagi, yakni bagian dapur, masih berdinding anyaman bambu lusuh dan lapuk. Hanya kamar yang ditempati Nur yang berlantai keramik putih sehingga terkesan bersih.
Sementara yang lain lantai semen kasar. Dalam kamar Nur ini terdapat meja dengan satu monitor dan satu laptop.
Dinding di dekat meja menggantung instalasi WiFi dan hub sentral yang membagi Wifi ke beberapa rumah tetangga. Tidak ada kasur apalagi dipan dalam kamar. Hanya tikar plastik menghampar di lantai keramik putih.
"Di sini (tikar) saya tidur atau di kursi. Di meja ini saya lebih banyak aktivitas," kata Nur.
Nur mengendalikan secara remote atau dari jarak jauh. Ia mengendalikan server dalam beberapa data center agar tetap aman dan lancar dimanfaatkan.
Perusahaan IT tempat ia bekerja bahkan menyewa sekitar 50 – 70 server yang ada di Singapura.
Sebelumnya, ada di berbagai negara di Eropa hingga Amerika. Karena persoalan kestabilan dan keamanan data center, maka mereka memindahkannya ke Singapura.
Pekerjaan mengendalikan server itu rupanya menyita waktu hidupnya. Tidak seperti orang kebanyakan. Nur baru bisa tidur saat siang, malam begadang. "Tidur enam jam itu sudah luar biasa," kata Nur.
Pergunjingan
Pekerjaan yang tidak biasa ini membuat Nur sering jadi pergunjingan.
Mulai dari disebut pegangguran, tukang begadang bahkan disebut asosial karena tidak pernah ikut kerja bakti dan gotong royong kampung.
Gunjingan itu ia rasakan karena dari keluarga miskin.
Dikiranya, anak miskin seperti dia hanya berkurung diri dalam rumah, tidak cekatan bekerja keras, tidak berpeluh dan berbau matahari, lebih kelihatan sebagai penganggur, dan tidak membantu orangtua yang berat menjalani hidup.
Untuk mengurangi gunjingan, Nur sesekali ikut pertemuan para pemuda belakangan ini. "Sampai dikira kerja ghaib," katanya.