Berita Internasional

PM Sri Lanka Sebut Negaranya Jatuh ke Titik Terendah, Kekurangan Bahan Bakar, Listrik dan Makanan

Sri Lanka kini, kata Ranil Wickremesinghe, tidak dapat membeli bahan bakar impor karena utang yang besar dari perusahaan minyaknya.

(Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP) (AFP/ISHARA S. KODIKARA)
Pengendara mengantre untuk membeli bahan bakar di stasiun bahan bakar perusahaan minyak Ceylon di Kolombo pada 15 Mei 2022. - Kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan, bersama dengan rekor inflasi dan pemadaman yang berkepanjangan, telah membawa kesulitan besar bagi 22 juta orang di negara itu. (Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP) (AFP/ISHARA S. KODIKARA) 

TRIBUN-MEDAN.com - Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe kepada Parlemen mengatakan, Sri Lanka menghadapi situasi yang serius.

Perekonomian Sri Lanka disebut telah runtuh, usai kekurangan bahan bakar dan listrik, bahkan makanan.

Sri Lanka kemungkinan jatuh ke titik terendah, seperti diberitakan ABC News.

Baca juga: Krisis Cadangan Bahan Bakar, Pemerintah Sri Lanka Liburkan Sekolah dan Layanan Pemerintah

Sri Lanka kini, kata Ranil Wickremesinghe, tidak dapat membeli bahan bakar impor karena utang yang besar dari perusahaan minyaknya.

Ceylon Petroleum Corporation memiliki utang $700 juta, katanya kepada anggota parlemen.

“Akibatnya, tidak ada negara atau organisasi di dunia yang mau menyediakan bahan bakar untuk kami. Mereka bahkan enggan menyediakan bahan bakar untuk uang tunai.”

Pengemudi becak motor Sri Lanka mengantre untuk membeli bensin di dekat SPBU ibu kota Colombo, Rabu (13/4/2022). Perdana Menteri Sri Lanka hari itu menawarkan bertemu dengan pengunjuk rasa yang menempati pintu masuk kantor presiden, seraya mengatakan dia akan mendengarkan ide-ide mereka untuk menyelesaikan tantangan ekonomi, sosial, dan politik yang dihadapi negara.(AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA)
Pengemudi becak motor Sri Lanka mengantre untuk membeli bensin di dekat SPBU ibu kota Colombo, Rabu (13/4/2022). Perdana Menteri Sri Lanka hari itu menawarkan bertemu dengan pengunjuk rasa yang menempati pintu masuk kantor presiden, seraya mengatakan dia akan mendengarkan ide-ide mereka untuk menyelesaikan tantangan ekonomi, sosial, dan politik yang dihadapi negara.(AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA) (AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA)

Anggota parlemen dari dua partai oposisi utama memboikot Parlemen minggu ini sebagai bentuk protes terhadap Ranil Wickremesinghe

Ranil Wickremesinghe dinilai gagal memenuhi janjinya untuk mengubah perekonomian.

Komentar Perdana Menteri Ranil dimaksudkan untuk menekankan kepada kritikus dan anggota parlemen oposisi, bahwa ia telah mewarisi tugas yang sulit dan tidak dapat diperbaiki dengan cepat.

Ekonomi Sri Lanka kandas di bawah beban utang yang besar, kehilangan pendapatan pariwisata dan efek lain dari pandemi, serta melonjaknya biaya komoditas.

Hasilnya adalah sebuah negara meluncur menuju kebangkrutan, dengan hampir tidak ada uang untuk mengimpor bensin, susu, gas memasak dan kertas toilet.

Mengapa Sri Lanka Bangkrut?

Pemerintah Sri Lanka telah gagal untuk membayar $78m (£63m) dalam pembayaran bunga utang pada tahun 2022.

Hal ini tentunya merusak kepercayaan investor di suatu negara, sehingga membuat Sri Lanka lebih sulit untuk meminjam uang di pasar internasional dan mengancam nilai mata uangnya.

Sri Lanka Kekurangan Mata Uang Asing

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved