Berita Internasional
PM Sri Lanka Sebut Negaranya Jatuh ke Titik Terendah, Kekurangan Bahan Bakar, Listrik dan Makanan
Sri Lanka kini, kata Ranil Wickremesinghe, tidak dapat membeli bahan bakar impor karena utang yang besar dari perusahaan minyaknya.
Selama berbulan-bulan, Sri Lanka kekurangan mata uang asing untuk membeli semua yang dibutuhkannya dari luar negeri.
Kekurangan bahan makanan dan bahan bakar menyebabkan harga melambung, dikutip dari BBC Internasional.
Adanya pemadaman listrik dan kurangnya obat-obatan telah membawa sistem kesehatan Sri Lanka ke ambang kehancuran.
Baca juga: Krisis Ekonomi di Sri Lanka Semakin Memburuk, Kehabisan Stok BBM
Orang-orang mulai memprotes di jalan-jalan ibukota Sri Lanka, Kolombo dan protes telah menyebar ke seluruh pulau, sejak awal April 2022.
Cadangan mata uang asing Sri Lanka hampir habis, dan tidak mampu lagi membayar impor makanan pokok dan bahan bakar.
Pemerintah menyalahkan pandemi Covid, yang memengaruhi perdagangan turis Sri Lanka.
Diketahui, sektor pariwisata adalah salah satu penghasil mata uang asing terbesar Sri Lanka.
Namun, banyak ahli mengatakan pengelolaan ekonomi yang tak tepatlah yang harus disalahkan.
Tagihan Impor Terus Bertambah
Di akhir perang saudara di tahun 2009, Sri Lanka memilih untuk lebih fokus menyediakan barang untuk pasar domestik daripada mencoba masuk ke luar negeri.
Jadi pendapatan dari ekspor tetap rendah, sementara tagihan impor terus bertambah.
Sri Lanka sekarang mengimpor $3 miliar (£2,3 miliar) lebih banyak daripada ekspornya setiap tahun, langkah itu sebagai penyebab Sri Lanka kehabisan cadangan mata uang asing.
Pada akhir 2019, Sri Lanka memiliki cadangan mata uang asing sebesar $7,6 miliar (£5,8 miliar).
Pada Maret 2020, cadangannya menyusut menjadi $1,93 miliar (£1,5 miliar).
Kemudian, pada Mei 2022 pemerintah mengatakan angka ini turun menjadi hanya $50 juta (£40.5m) .
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Antre-Beli-BBM-SPBU.jpg)