Budaya

Mengenal Upacara Kematian dalam Tradisi Suku Batak Karo

Dalam rangkaian upacara adat kematian Karo, tentunya jenazah akan diurus terlebih dahulu sebelum berlanjut ke proses berikutnya.

Penulis: Rizky Aisyah |
HO / Tribun Medan
Mengenal Upacara Kematian dalam Tradisi Suku Batak Karo 

TRIBUN-MEDAN.com.MEDAN - Salah satu tradisi upacara adat kematian yang cukup terkenal adalah upacara yang dilakukan oleh suku Karo.

Pelaksanaan dari prosesi dalam upacara ini cukup kompleks karena tidak hanya berkaitan dengan pengurusan jenazah, tetapi juga acara setelahnya.

Hal yang pertama yang dilakukan pada saat orang meninggal, di dalam Suku Karo adalah seseorang yang meninggal atau mati tadi harus dimandikan atau dibersihkan terlebih dahulu.

Setelah itu orang yang meninggal tadi dipakaikan baju yang rapi dan baik baginya, di kening dan kedua pipi orang yang meninggal tadi diberi dua garis yang sejajar, bibirnya diolesi dengan campuran sirih, kapur dan gambir.

Yang terakhir pada jempol kaki orang meninggal tersebut diikat atau disebut juga dengan Kalaki. Tetapi, terkadang di dalam peti seorang yang meninggal itu diletakan beberapa barang-barang yang sangat berharga dan penting di saat orang itu masih hidup, contohnya dimasukan kain, obat-obatan, sandal ataupun sebagainya.

Setelah orang yang meninggal tersebut dipakaikan pakaian, dimandikan dan tata cara pertama tadi diselesaikan.

Barulah dipanggil seluruh Sangkep Enggeluh, yang dimana terdiri atas, isteri/suami, anak, kalimbubu, anak beru, anak beru menteri, sembuyak, senina, sepemberen dan separibanan.

Untuk melakukan suatu rapat, yang dimana rapat ini berfungsi untuk mendiskusikan kapan orang meninggal ini dipestatakan, dimana dikubur, siapa saja yang diundang dan apa yang harus dipotong sebagai lauk pada saat acara pestanya nanti, serta apakah pestanya nanti rose atau tidak rose.

Kemudian barulah anak beru dan anak beru menteri menyiapkan untuk pesta bagi orang yang meninggal ini.

 Itulah beberapa yang pertama-tama dilakukan bagi orang yang meninggal di Suku Karo, sebelum pesta adat kematian dijalankan.

Selain itu dalam suatu kematian di Karo, terdapat beberapa sebutan untuk orang yang meninggal.

Upacara berdasarkan jenis kematian

Suku Karo memang masih memegang teguh budaya yang diwariskan, termasuk dalam hal upacara kematian.

Salah satu jenis kematian termasuk penggolongan oleh suku Karo ini adalah Cawir Metua.

Pada kondisi ini, anak dari orang yang meninggal sudah memiliki keluarga termasuk cucu dan orang tersebut sudah tua.

Selain Cawir Metua, ada pula istilah jenis kematian yang disebut sebagai Tabah-Tabah Galoh.

Pada kondisi tersebut, orang yang meninggal sudah menikah dan mempunyai anak, tetapi anak tersebut belum menikah.

Tidak hanya dua istilah sebelumnya, ada pula jenis kematian yang disebut sebagai Mate Nguda atau Muda.

Sebutan Mate Nguda ini disematkan ketika orang yang meninggal dunia tersebut belum menikah.

Pengurusan jenazah

Dalam rangkaian upacara adat kematian Karo, tentunya jenazah akan diurus terlebih dahulu sebelum berlanjut ke proses berikutnya.

Tubuh orang yang meninggal tersebut dibersihkan serta dimandikan untuk menghilangkan berbagai kotoran.

Setelahnya, jenazah dipakaikan baju yang baik termasuk jas dengan perpaduan kain Karo.

Yang unik di kening dan kedua pipi orang yang meninggal tersebut diberikan dua garis yang sejajar, bibirnya diolesi dengan campuran sirih, kapur dan gambir.

Selain itu jempol kaki orang meninggal tersebut diikat atau disebut juga dengan Kalaki.

Terkadang di dalam peti mati dimasukkan juga beberapa barang yang sangat penting bagi orang meninggal tersebut ketika di dunia.

Namun yang unik jika yang mengalami mate singuda-nguda adalah sebelum mayat dimasukkan kedalam peti ,maka kepada yang bersangkutan disediakan semacam jenis benda yang menyerupai milik lawan jenisnya, dan ditempatkan pada bagian kemaluan pria maupun perempuan.

“Enggo pejabu kami kam, enggo sai utang kami” (sudah kami nikahkan kamu, karena itu kewajiban kami telah selesai).

Diskusi Sangkep Nggeluh

Setelah berbagai proses yang dilakukan pada jenazah, Sangkep Nggeluh akan diajak berkumpul dan berdiskusi.

Sangkep Nggeluh ini adalah suami/istri, anak, anak beru, kalimbubu, senina, anak beru menteri, sembuyak, sepemberen, dan separibanan.

Hal yang dibicarakan dalam diskusi berkaitan dengan perayaan untuk orang meninggal yang telah diurus sebelumnya.

Pembicaraan membahas lokasi penguburan, waktu perayaan, dan hal lain yang penting bagi upacara.

(cr30/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved