Berita Internasional

Gotabaya Rajapaksa Kabur ke Maladewa, Parlemen Sri Lanka Belum Terima Surat Pengunduran Diri

Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa dikabarkan telah kabur ke Maladewa, tepatnya ke Kota Male pada Rabu (13/7/2022) pagi.

Instagram @gotabayar
Gotabaya Rajapaksa 

Selama beberapa dekade, keluarga Rajapaksa pemilik tanah yang kuat telah mendominasi politik lokal di distrik selatan pedesaan mereka sebelum Mahinda Rajapaksa terpilih sebagai presiden pada 2005.

Menarik sentimen nasionalis mayoritas Buddha-Sinhala di pulau itu, Mahinda Rajapaksa memimpin Sri Lanka ke kemenangan kemenangan atas pemberontak etnis Tamil pada tahun 2009.

Dia juga mengakhiri perang saudara brutal selama 26 tahun yang telah memecah belah negara.

Adik laki-lakinya, Gotabaya Rajapaksa adalah pejabat dan ahli strategi militer yang kuat di Kementerian Pertahanan.

Mahinda Rajapaksa tetap menjabat hingga 2015, ketika dia kalah dari oposisi yang dipimpin oleh mantan ajudannya.

Tetapi keluarga itu bangkit kembali pada 2019, ketika Gotabaya Rajapaksa memenangkan pemilihan presiden.

Saat terpilih, Gotabaya Rajapaksa berjanji untuk memulihkan keamanan setelah bom bunuh diri teroris Minggu Paskah yang menewaskan 290 orang.

Gotabaya Rajapaksa bersumpah untuk mengembalikan nasionalisme yang kuat yang telah membuat keluarganya populer di kalangan mayoritas Buddhis.

Dia juga bersumpah untuk memimpin negara keluar dari kemerosotan ekonomi dengan pesan stabilitas dan pembangunan.

Namun sebaliknya, dia kini membuat serangkaian kesalahan fatal yang mengantarkan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Krisis Ekonomi

Ketika pariwisata anjlok setelah pemboman dan pinjaman luar negeri untuk proyek pembangunan perlu dilunasi, Gotabaya Rajapaksa tidak mendengarkan penasihat ekonomi dan mendorong pemotongan pajak terbesar di sejarah negara tersebut.

Itu dimaksudkan untuk memacu pengeluaran, tetapi kritikus memperingatkan hal tersebut akan memangkas keuangan pemerintah.

Lockdown pandemi dan larangan yang keliru terhadap pupuk kimia semakin melukai ekonomi yang rapuh.

Negara segera kehabisan uang dan tidak dapat membayar hutangnya yang besar.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved