Brigadir J Ditembak Mati

PENGAKUAN Bharda E kepada Komnas HAM Bandingkan dengan Penjelasan Kombes Budhi dan Brigjen Ramadhan

Pengakuan Bharada Richard Eliezer (Bharada RE) kepada Komnas HAM dan Penjelasan Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto.

Editor: AbdiTumanggor
ISTIMEWA
Bharda E dan Brigadir J (dilingkari) bersama seluruh ajudan (adc) serta pembantu rumah tangga keluarga Irjen Ferdy Sambo. 

TRIBUN-MEDAN.COM - Simak Pengakuan Bharada Richard Eliezer (Bharada RE) kepada Komnas HAM. Bandingkan dengan Penjelasan Kapolres Metro Jakarta Selatan Nonaktif Kombes Budhi Herdi Susianto dan Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan saat Konferensi Pers.

Bharada E merupakan personel kepolisian dari kesatuan Brimob yang ditugaskan mengawal Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.  Ia juga pasukan (squad) satuan tugas khusus (Satgassus) Polri dibawah komando Kasatgassus Irjen Ferdy Sambo.   

Sementara, Brigadir J merupukan personel Brimob yang kemudian menjadi anggota Bareskrim Polri dipercayakan menjadi ajudan serta sopir istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.

Brigadir J merupakan kepercayaan rumah tangga Irjen Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, baik dalam mengelola keuangan di rumah dinas. Semua pekerjaan pun dilakukan dengan tanggung jawab. Bahkan dia dipercaya mengelola segala sesuatu di rumah dinas. Ia sangat nyaman bekerja dengan Irjen Ferdy Sambo, karena semua keluarganya sangat baik dan percaya dengan dirinya.

“Semua urusan dipercayakan sama dia (Brigadir J). Dia juga dipercaya urus keuangan di rumah dinas,” kata pihak keluarga Brigadir J, Rohani Simanjuntak. Artinya Brigadir J sangat dipercaya oleh keluarga Kadiv Propam

Kini, Bharada E telah memberikan keterangan kepada Komisi Nasional Hak Asasi dan Manusia (Komnas HAM) di kantor Komnas HAM, Selasa (26/7/2022).

Sebelumnya, Kapolres Metro Jakarta Selatan Nonaktif Kombes Budhi Herdi Susianto telah menjabarkan awal mula kronologi baku tembak yang melibatkan Bharada E dengan Brigadir J di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Jumat (8/7/2022).

Penjelasan disampaikan Kombes Budhi Herdi Susianto saat konferensi pers di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Selasa (12/7/2022) lalu. Hal itu setelah melakukan olah TKP dan telah memeriksa Bharada E dan saksi lain.

Berikut pengakuan Bharada E kepada Komnas HAM dan Penjelasan Kombes Budhi Herdi Susianto serta Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan yang dirangkum Tribun-Medan.com, Selasa (2/8/2022):

------- A. Penjelasan Kombes Budhi Herdi Susianto

1. Pada siang hari ini, Polres Metro Jakarta Selatan akan menyampaikan rilis peristiwa di Duren Tiga tepatnya di rumah petinggi Polri. Jadi kejadian pada hari Jumat sekira pukul 17.00 WIB. Saat itu Polres Metro Jakarta Selatan mendapat laporan dari masyarakat yang melapor langsung, yaitu Kadiv Propam langsung tentang adanya kejadian di rumah beliau.

2. Kemudian setelah dapat laporan, kami bersama Kasat Reskrim memimpin untuk melakukan pengecekan TKP dan melakukan olah TKP. Kemudian dilakukan prosedur seperti biasa, kami juga melakukan pengecekan ke TKP dan memimpin mengawasi para penyidik melakukan olah TKP di lokasi. Jadi prosedur ini memang sama normal seperti peristiwa lain, bukan karena Pak Kadiv Propam yang lapor, semua masyarakat kita anggap sama, equality before the law.

3. Saat kita laksanakan olah TKP (tempat kejadian perkara), kami menemukan seorang yang sudah tergeletak dengan berlumuran darah berada di dekat tangga naik ke atas tepatnya arah masuk kamar mandi yang ada di bawah tangga. Dari situ kemudian kita lakukan prosedural melakukan menghubungi tim Inafis. Kemudian tim Inafis dan tim identifikasi datang dan melakukan olah TKP bersama dan kami juga hubungi palang hitam untuk nantinya membawa jenazah tersebut ke rumah sakit untuk dilakukan autopsi.

4. Dari hasil proses olah TKP yang kami lakukan, kami di sana menemukan beberapa barang bukti, entah itu senjata, maupun selongsong serta proyektil peluru. Dari apa yang kami lakukan, maka kami melihat bahwa di tempat tersebut diduga terjadi peristiwa pidana sehingga kemudian melakukan proses olah TKP secara teliti. Di mana kami melihat bahwa proses ini dari saksi yang pertama kali melihat peristiwa tersebut, saksi R yang sudah dilakukan pemeriksaan saat ini melihat bahwa pada saat itu Brigadir J melakukan penembakan terlebih dahulu ke arah Bharada RE.

5. Dari situ kemudian kami melakukan pendalaman dan didapat satu hasil pemeriksaan yang kami lakukan bahwa pada saat itu Brigadir J masuk ke kamar pribadi yang saat itu ada Ibu Kadiv Propam (Istri Irjen Ferdy Sambo). Perlu rekan-rekan ketahui, bahwa rumah tersebut adalah rumah singgah. Jadi, selama pandemi rumah tersebut dipakai oleh keluarga tersebut untuk melakukan isolasi mandiri. Apabila anggota keluarganya yang baru saja keluar pulang dari luar kota melakukan tes PCR, sambil menunggu hasil PCR keluar, maka akan melakukan isolasi di rumah tersebut sehingga rumah tersebut adalah rumah persinggahan. Rumah aslinya sendiri kurang lebih 1 kilometer dari rumah (singgah) tersebut.

6. Setelah berada di kamar, sambil menunggu karena lelah mungkin pulang dari luar kota, ibu sempat tertidur. Nah, pada saat itu tidak diketahui oleh orang lain tiba-tiba Brigadir J masuk dan kemudian melakukan pelecehan terhadap Ibu. Ibu sempat teriak dan kemudian sempat minta tolong kepada personel lain yang memang ada di rumah tersebut. Jadi ibu teriak minta tolong kepada saudara RE dan saudara M.

7. Berapa kali minta tolong dan teriakan ini rupanya membuat saudara J panik sehingga pada saat itu juga mendengar suara langkah yang turun dari kebetulan saudara RE berada di lantai 2 rumah tersebut bersama dengan saksi K. Dari situ kemudian saudara RE karena berada tangganya letter L, baru separuh tangga kemudian melihat saudara J keluar dari kamar tersebut menanyakan ada apa, bukannya dijawab tapi dilakukan dengan penembakan.

8. Pada saat itu, tembakan yang dikeluarkan atau dilakukan saudara J tidak mengenai saudara RE hanya mengenai tembok, sehingga saudara RE berlindung di balik tangga yang arah naiknya. Kemudian, karena saudara RE juga dibekali senjata, dia kemudian mengeluarkan senjata yang ada di pinggangnya. Nah, ini kemudian terjadi penembakan di mana beberapa kali kalau kita lihat di TKP kami menemukan adanya bekas tembakan di tembok yang ada di tangga itu sebanyak tujuh bekas atau titik tembakan. Kemudian kami juga menemukan berdasarkan hasil olah autopsi ini masih ada hasil autopsi tapi masih sementara.

9. Jadi memang masih sementara tidak kami bacakan semua. Namun kami sudah mendapatkan dari Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Di mana dari hasil autopsi tersebut kami mendapatkan bahwa ada tujuh luka tembak masuk dan enam luka tembak keluar dan satu proyektil bersarang di dada.

10. Perlu kami jelaskan bahwa saudara RE menggunakan senjata Glock 17 dengan magazine maksimum 17 butir peluru dan kami menemukan di TKP bahwa barang bukti yang kami temukan tersisa dalam magasin tersebut 12 peluru. Artinya ada lima peluru yang dimuntahkan atau ditembakkan.

11. Bharada E bukan merupakan penembak biasa. Bharada E penembak nomor 1 di Resimen Pelopor Korps Brimob, sehingga piawai memegang senpi. Tidak hanya itu, Bharada E juga merupakan pelatih di Resimen Pelopor tersebut. Jadi kebetulan, sebagai gambaran informasi, kami juga melakukan interogasi terhadap komandan Bharada RE, bahwa Bharada RE ini sebagai pelatih vertical rescue.

------ B. Penjelasan Karo Pemnas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan

1. Pada Senin (11/7/2022), Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menjelaskan alasan terjadinya baku tembak antar polisi di rumah Kadiv Propam Irjen Ferdi Sambo. Ia mengatakan Brigadir J memasuki kamar pribadi Kadiv Propam.

2. Saat itu istri kadiv propam sedang istirahat. Kemudian Brigadir J melakukan tindakan pelecehan dan juga menodongkan pistol ke kepala istri Kadiv Propam. Sontak ibu Kadiv Propam berteriak minta tolong. Akibat teriakan tersebut Brigadir J panik.

3. Teguran Bharada E (ada apa bang?) direspons dengan tembakan dilakukan Brigadir J. Akibat tembakan tersebut terjadilah baku tembak, Brigadir J tertembak dan meninggal dunia. Penembakan itu dilakukannya sebagai upaya membela diri sekaligus membela istri atasannya.

4.  Saat ini (statusnya) kami masih lakukan pemeriksaan, statusnya belum dikasih tau, karena posisinya adalah siapapun yang mendapat ancaman seperti itu pasti melakukan pembelaan, jadi bukannya melakukan perbuatan karena motif lain, motif ya adalah membela diri dan membela ibu (istri Kadiv Propam).

5. Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) serta pemeriksaan saksi-saksi diperoleh keterangan bahwa Bharada E melakukan penembakan sebanyak 5 kali, sedangkan Brigjen J melakukan penembakan sebanyak 7 kali. Dari 5 tembakan tersebut, terdapat tembakan yang mengenai 2 bagian tubuh Brigadir J.

6. Posisi Bharada E berada di tangga dan terlindung. Brigadir J melakukan 7 tembakan, Bharada E melakukan lima. Dari Bharada E lima, yang nembak terus-terus Brigadir J. Terkait penggunaan senjata api oleh Bharada E maupun Brigadir J diperbolehkan mengingat keduanya ditugaskan untuk mengawal petinggi Polri.

7. Bharada E sebagai pengawal yang melekat pada Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo, sedangkan almarhum Brigadir J bertugas sebagai sopir dari istri Kadiv Propam. Dia (Bharada E) ditugaskan untuk pengamanan, jadi Bharada E itu tugasnya melakukan pengaman terhadap keluarga (Kadiv Propam).

8. Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan mendampingi ajudan dan pengurus rumah Irjen Ferdy Sambo di Kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Senin (1/8/2022). Dia tiba di Kantor Komnas HAM di Jalan Latuharhary No 4b, Menteng, Jakarta Pusat pukul 11.24 WIB. Ramadhan mengatakan, kedatangannya ke Komnas HAM untuk mendampingi pemeriksaan pengurus rumah dan ajudan yang sedang diperiksa.  "Iya (mendampingi pemeriksaan)," kata Ramadhan saat ditanya awak media perihal kedatangannya. Sedangkan ajudan dan pengurus rumah Ferdy Sambo yang berjumlah tiga orang diketahui sudah tiba terlebih dahulu pukul 10.15 WIB.

9. Mereka datang untuk dimintai keterangan atas peristiwa yang terjadi pada Jumat (8/7/2022) di rumah dinas Ferdy Sambo. "Dalam rangka melengkapi pemantauan dan penyelidikan peristiwa baku tembak di Rumah Dinas Kadiv Propam Polri," demikian keterangan disampaikan Komnas HAM, Minggu (31/7/2022) malam.

10. Sejauh ini Komnas HAM sudah mengantongi keterangan enam dari tujuh ajudan Ferdy Sambo, termasuk Bharada E. Adapun Bharada E disebut kepolisian sebagai lawan dugaan baku tembak yang membuat Brigadir J tewas. Selain 6 ajudan Ferdy Sambo, Komnas HAM juga sudah memanggil Tim Forensik Polri yang melakukan otopsi Brigadir J. Komnas HAM juga sudah mengantongi rekaman CCTV dan data rekaman cell dump di beberapa lokasi sebelum kematian Brigadir J.

komnas ham dan ferdy sambo
Irjen Pol Ferdy Sambo (kanan) berjabat tangan dengan Choirul Anam Anggota Komnas HAM (kiri) usai memberi keterangan pers di Kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (19/10/2021) lalu. (Dok.Antara)

------- C. Penjelasan komnas HAM

1. Bharada Richard Eliezer alias Bharada E mengaku dua kali menembak Brigadir J meski seniornya itu sudah terkapar tak berdaya. Pengakuan itu diungkapkan Bharada E saat diperiksa Komisi Nasional Hak Asasi dan Manusia (Komnas HAM) di kantor Komnas HAM, Selasa (26/7/2022).

2. Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik mengungkapkan, dalam rekaman CCTV yang dilihat Komnas HAM, tampak Bharada E tiba bersama rombongan lainnya dari Magelang, Jawa Tengah di rumah pribadi Irjen Ferdy Sambo, Jumat (8/7/2022).

3. Setelahnya, Bharada E dan para rombongan pergi menuju rumah dinas untuk menjalani isolasi mandiri (isoman). Kemudian, Bharada E langsung naik ke kamarnya di lantai dua untuk beristirahat. "Dia (Bharada E) menjelaskan secara kronologi versi dia ya. Mereka (rombongan) setelah sampai di rumah pribadinya Pak Sambo, di CCTV juga keliatan, mereka kemudian menuju rumah dinas untuk isoman."

4. "Setelah itu, dia (Bharada E) naik ke atas, ke lantai dua, dia bilang masuk ke ruangan ADC (aide de camp atau ajudan), dia bersih-bersih, tidur. Tiba-tiba dia mendengarkan suara teriakan dari ibu P," terang Taufan, Minggu (31/7/2022).

5. Bharada E bergegas turun ke lantai satu karena mendengar teriakan istri Irjen Ferdy Sambo yang memanggil namanya. Tetapi, ketika turun, Bharada E melihat ada Brigadir J. Ketika mencoba bertanya pada Brigadir J mengenai apa yang terjadi, Bharada E justru ditembak. "Kemudian setelah mendengar teriakan yang menyebut namanya, dia turun, dia lihat saudara Brigadir J. Kemudian, dia bertanya dengan bahasa, suara yang lebih kuat karena kaget (mendengar teriakan: Ada apa ini? ) Dia kemudian menyaksikan Brigadir J mengarahkan senjata ke dia dan menembak," urai Taufan mengulangi kronologi yang disampaikan Bharada E.

6. Lantaran merasa terancam, Bharada E memilih mundur untuk mengambil senjatanya. Setelahnya, ia pun melepaskan tembakan ke arah Brigadir J untuk melindungi diri. "Nah, setelah beberapa tembakan itu dia mundur ke belakang, dia mengambil senjatanya, mengokang, dan membalas tembakan itu."

7. Sempat beberapa kali adu tembak, Bharada E berhasil melumpuhkan Brigadir J hingga tersungkur. Tetapi, Bharada E kembali melepaskan dua tembakan pada Brigadir J, meski seniornya itu sudah terkapar tak sadarkan diri. Alasannya, kata Taufan, Bharada E ingin memastikan Brigadir J telah berhasil dilumpuhkan.

8. "Menurut dia, kena tembakannya. Setelah itu masih adu tembak lagi, sampai kemudian saudara Brigadir J ini tersungkur. Dia datang ke jarak lebih dekat, kira-kira satu, dua meter, lalu menembak dua kali lagi untuk memastikan orang yang menyerang dia ini betul-betul bisa dilumpuhkan. Itu kesaksian dia sebagai terduga pelaku penembakan," terang Ahmad Taufan.

9. Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik menceritakan, berdasarkan rekaman CCTV yang telah mereka tonton, berawal dari rekaman CCTV yang memperlihatkan istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi berangkat dari Magelang, Jawa Tengah bersama rombongan pada Jumat (8/7/2022) pukul 10.00 WIB. Kemudian, sekira pukul 15.40 WIB, Putri Chandrawathi bersama rombongan tiba di rumah pribadinya di Jalan Saguling, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Irjen Pol Ferdy Sambo terlebih dahulu sampai ke kediaman pribadinya pada pukul 15.29 WIB dari Yogyakarta di mana menggunakan pesawat terbang sebelumnya untuk menuju Jakarta.

10. Ibu Sambo dari Magelang, dua mobil, satu mobil dikawal Patwal berangkat jam 10-an kemudian tiba di rumah pribadi Jalan Saguling persisnya 15.40 WIB. Kemudian dia (Ferdy Sambo) masuk ke rumahnya itu jam 15.29 WIB. Jadi gak terlalu lama, 11 menit itu sampailah ibu (Putri Chandrawati).

11. Kemudian, dalam rombongan itu terlihat ada Bharada E dan Brigadir J. "Kelihatan ada Bharada E, ada almarhum Yosua (Brigadir J), ada asisten rumah tangga, dan ada 2 lagi stafnya termasuk ADC senior.

12. Berselang tiga menit kemudian, Putri Chandrawathi, Bharada E, Brigadir J, hingga asisten rumah tangga terlihat melakukan tes RT-PCR. Namun, menurut Taufan, Ferdy Sambo terlihat berada di kamar dan tidak ikut melakukan tes RT-PCR. Hanya saja, Ahmad Taufan tidak mengetahui apakah sebelum itu Ferdy Sambo telah melakukan tes RT-PCR terlebih dahulu. "Iya tidak tahu (sudah tes PCR), dia apakah sudah PCR. Jadi yang (tes) PCR itu hanya di rombongan (Putri Chandrawati, ajudan, dan asisten rumah tangga) ini saja. Jadi Komnas (HAM) sampai sekarang belum mengetahui apakah Pak Sambo PCR-nya jam berapa, di mana, itu nanti kita cari lagi informasinya," jelasnya.

13. Setelah tes RT-PCR, sekira pukul 16.07 WIB, Ahmad Taufan Damanik mengungkapkan Putri Candrawathi dan rombongan, kecuali asisten rumah tangga pergi ke rumah dinas di Duren Tiga. Namun, Taufan mengatakan, Ferdy Sambo tidak ikut menyusul istrinya. Ferdy Sambo justru pergi ke arah lain bersama ADC dan motor Patwal yang sama. "Baru berapa menit berjalan, kelihatan motor Patwal berhenti, mobil berhenti. Kata penyidik, itu karena ada telepon dari ibu (Putri Candrawathi) ke Pak Ferdy yang menjelaskan ada masalah itu," jelas Taufan.

14. Penjelasan Taufan ini berdasarkan rekaman CCTV milik tetangga Ferdy Sambo. Namun, ia tidak mengingat pukul berapa mobil Ferdy Sambo dan motor Patwal berhenti. 

15, Setelah menerima telepon dari istri, mobil Ferdy Sambo pun berusaha berbalik bersama dengan motor Patwal. Hanya saja, mobil rombongan Ferdy Sambo itu kesulitan karena kondisi jalan yang sempit. Ferdy Sambo pun langsung berlari ke rumah dinas.

16. Kemudian, Ahmad Taufan menjelaskan pada CCTV yang berbeda, Putri terlihat menangis dengan didampingi asistennya. "Gak berapa lama, ibu kembali ke rumah didampingi asisten yang menunjukkan wajahnya menangis. Kenapa kami bisa mengatakan menangis? Karena CCTV-nya sangat clear, kualitas tinggi," ungkapnya. Selanjutnya, Taufan mengatakan datangnya mobil Provost hingga mobil lain untuk bergerak ke Rumah Sakit Kramat Jati.

17. Taufan juga mengatakan adanya komunikasi antara Brigadir J dengan kekasihnya, Vera Simanjutak. Menurutnya, komunikasi lewat sambungan telepon itu dilakukan Brigadir J sekira pukul 16.31 WIB. Taufan menjelaskan, saat Brigadir J menelpon kekasihnya itu, dirinya sempat berpindah tempat lantaran terlalu berisik di mana rekan-rekannya sedang bercengkarama. "Karena di situ kumpul teman-teman yang lain, ngobrol-ngobrol ketawa-ketawa sehingga dia (Brigadir J) bergeser," katanya. "Kalau ada suara seperti itu, berarti masih di rumah pribadi, setelah itu baru bergerak ke rumah dinas," sambungnya.

18. Selain itu, Taufan mengatakan sembari menunggu Putri Candrawathi berganti pakaian dan berkemas, para ajudan masih duduk di rumah pribadi. "Memang kelihatan ketika keluar dari rumah pribadi menuju rumah dinas, ibu (Putri Candrawathi) sudah berganti pakaian. Jadi memang singkat waktunya semua," tuturnya.

19. Terakhir, Taufan menegaskan pihaknya masih mengungkap runutan peristiwa lengkap yang terjadi di dalam rumah dinas Ferdy Sambo yang saat ini menjadi tempat kejadian perkara baku tembak yang menewaskan Brigadir J. Hal ini, katanya, lantaran CCTV tidak berfungsi saat peristiwa terjadi. "Tetapi apa yang terjadi di dalam rumah itu (rumah dinas Ferdy Sambo) ya tidak terlihat. Itu yang harus dicari dengan bukti-bukti jejak digital yang lain selain keterangan mereka (rombongan)," jelasnya.

(*/tum/tribun-medan.com/kompas.com/kompas.tv/tribunnews.com) 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved