News Video
Jelang Peringatan Hari Orangutan Internasional, STFJ Soroti Nasib Orangutan Rentan Diperdagangkan
Menjelang peringatan Hari orangutan Internasional yang jatuh pada 19 Agustus, Sumatera Tropical Forest Journalism (STFJ) soroti nasib orangutan
"Tapanuli rawan, karena jumlahnya sangat sedikit, kurang dari 800. Itu pun mereka di habitat yang terpisah-pisah, jadi secara signifikan mereka memiliki kerentanan yang tinggi, karena tidak diburu saja mereka sudah sangat berbahaya, apa lagi diburu," ucapnya.
Ia menuturkan, biasanya memang pemeliharaan orangutan lebih dominan dari kalangan pemerintah dan juga pengusaha.
"Banyak pemeliharaan itu orang yang merupakan label-lebel pendidikan yang cukup tinggi. Ada oknum dari pejabat, pemerintahan, pemerintah daerah, ada oknum penegak hukum, ada oknum TNI dan oknum anggota dewan dan segala macam," bebernya.
"Itu ada beberapa yang memang memiliki pemasukan, seperti bupati Langkat, artinya gitu gambarannya bahwa ada oknum pejabat yang pernah memiliki orangutan," tambahnya.
Panut menjelaskan, selama ini pelaku - pelaku tidak pernah dijerat hukum sehingga peradangan orangutan semakin banyak peminatnya.
"Nggak semua pemeliharaan orangutan di proses hukum, hanya di sita. Kecuali mantan bupati Langkat, karena dia di hukum, ini pun belum tahu vonisnya, mungki dia orang pertama di hukum karena memiliki orangutan," katanya.
Dikatakannya, faktor penyebab orangutan diburu dikarenakan memiliki nilai yang tinggi dan adanya jaringan penampungan.
"Diburu itu, bukan karena dianggap merusak kebun. Tapi karena nilai ekonomi, sehingga ada yang mau nampung dan mau beli akhirnya terjadilah perburuan, ada yang nampung harga tertentu, cukup mungkin menggiurkan makanya terjadi perburuan," bebernya.
Panut berharap, dengan adanya momentum hari orangutan internasional seluruh lapisan masyarakat bisa menjaga dan melestarikan orangutan yang terancam punah.
"Kita jadikan momentum, untuk menjaga dan melestarikan orangutan dari kepunahan. Menjaga hutannya lebih penting lagi, karena tanpa hutan kita juga manusia tidak bisa hidup berkesinambungan," pungkasnya.
(cr11/www.tribun-medan.com).