CERITA Mahfud Tentang Ferdy Sambo Menangis dan Jebakan Psikologis yang Mengecoh Kompolnas-Komnas HAM
Ferdy Sambo sempat memainkan jebakan psikologis dengan sandiwara menangis-nangis di dahapan sejumlah pihak.
TRIBUN-MEDAN.com - Kasus penembakan Brigadir J masih menjadi polemik di masyarakat. Terutama terkait motif Irjen Ferdy Sambo tega menghabisi nyawa Brigadir J.
Kepolisian memang sudah menyampaikan motif penembakan adalah Ferdy Sambo sakit hati atas perbuatan Brigadir J yang melakuan pelecehan seksual terhadap Putri Candrawathi di Magelang. Di sisi lain, Bareskrim menghentikan laporan dugaan pelecehan seksual Putri Candrawathi di Polres Jakarta Selatan.
Tetapi, banyak yang meragukannya. Apalagi, mengingat kronologi awal yang disampaikan kepolisian jauh berbeda dengan perkembangan penyidikan sampai saat ini. Selain itu, Ferdy Sambo sudah mengakui adanya skenario dalam kasus ini.
Pasalnya, lokasi pelecehan seksual itu berbeda dari cerita sebelumnya. Faktor lain pun dianggap jagal oleh masyarakat.
Beberapa skenario Ferdy Sambo dibeberkan Menko Polhukam Mahfud MD di acara podcast YouTube Deddy Corbuzier, Jumat (12/8/2022).
Kata Mahfud, tak lama setelah kematian Brigadir J, Ferdy Sambo sempat memainkan jebakan psikologis dengan sandiwara menangis-nangis di dahapan sejumlah pihak, antara lain Kompolnas dan Komnas HAM. Tujuannya agar muncul dukungan untuk skenario tembak menembak antara Brigadir J dan Bharada E.
Ferdy Sambo sengaja mengundang Kompolnas ke kantornya di Mabes Polri pada Senin (11/7/2022). Saat itu kejanggalan kematian Brigadir J mulai terendus ke publik. Adapun Brigadir J meninggal pada 8 Juli 2022.
Undangan untuk Kompolnas itu ternyata hanya mempertontonkan tangisan-tangisan Ferdy Sambo.
“Kompolnas diundang Ferdy Sambo ke kantornya hanya untuk apa? Hanya untuk nangis-nangis di depan Kompolnas,” kata Mahfud MD.

Sambil menangis, Ferdy Sambo memunculkan narasi kematian Brigadir J ini dilatarbelakangi masalah pelecehan seksual terhadap istrinya, Putri Candrawathi.
“Saya (Ferdy Sambo) teraniaya. Kalau saya sendiri ada di situ, saya tembak habis dia, katanya gitu,” ucap Mahfud MD menirukan ucapan Irjen Ferdy Sambo.
Kompolnas sudah berusaha bertanya untuk mengetahui apa yang terjadi hingga merenggut nyawa Brigadir J. Lagi-lagi Ferdy Sambo menangis sambil mengucapkan, "Saya terhina, saya didzolimi."
Setelah bersandiwara di depan Kompolnas, Irjen Ferdy Sambo tak kehabisan akal. Dia rupanya menghubungi pihak lain, untuk memuluskan skenario yang diduga sudah disusunnya setelah pembunuhan Brigadir J.
Adapun pihak yang dihubungi Sambo adalah anggota DPR RI. “Namun pas saya mau tanya telepon enggak diangkat,” terang Mahfud.
Kata Mahfud, banyak pihak yang berusaha menutupi kasus pembunuhan Brigadir J ini.
Mahfud pun heran banyak pihak yang tak tahu kelanjutan peristiwa yang terjadi selama rentang waktu Jumat sore hingga Senin sore. "Di tempat itu dan orang-orang itu ke mana? Gak ada yang yahu, nanti diungkap di pengadilan," ujar Mahfud.
Melihat kejanggalan tersebut, Mahfud mulai koordinasi dengan Kompolnas dan pihak lainnya untuk menelusuri peristiwa yang terjadi di rumah dinas Brigadir Ferdy Sambo.
Mahfud mengaku sengaja ikut menyoroti kasus ini agar fakta yang terjadi bisa terungkap ke publik.
“Saya dibilang terlalu ikut campur, tidak, saya hanya mencoba untuk menunjukkan yang benar,” tegas Mahfud.
Oleh sebab itu, Mahfud MD mendorong pihak terkait untuk melakukan beberapa cara agar kasus ini bisa selesai dengan sebenar-benarnya.
“Maka saya arahkan autopsi ulang, ‘Polri autopsi ulang’, lalu Polri bilang tidak ada autopsi, nanti saja,” bebernya.
“Bukan kata Polri lah, kata penyidik dan pendukung Sambo yang di kepolisian,” ujarnya.
Menurut Mahfud, jika polisi kala itu tidak melakukan autopsi ulang terhadap jenazah Brigadir J, maka kepercayaan publik akan hilang.
“Jadi saya bilang, itu jika tidak diautopsi ulang, maka kepercayaan publik akan hilang, akhirnya autopsi ulang,” ujarnya.
Baca juga: Percakapan Putri Diduga Kuat Pengaruhi Ferdy Sambo, Komnas HAM Ungkap Hasil Pemeriksaan
Mahfud kembali menekankan, banyak pihak yang berupaya menutupi kasus ini dengan berbagai cara.
"Masih ada saja yang menutupi, ada yang bilang hasil autopsi tidak boleh dibuka, saya jawab, ‘siapa bilang’? Boleh saja dibuka itu ke publik,” terangnya melanjutkan cerita.
Deddy pun penasaran dengan nama–nama yang akan ikut terseret dalam kasus Ferdy Sambo ini.
Mahfud menjawab, bahwa ada 31 nama yang terseret dalam kasus pembunuhan Brigadir J. “Kalau di kasus pembunuhan ini terlokalisir 31 nama saja, jangan melebar ke mana-mana,” paparnya.
“Jangan melebar ke judi, narkoba dan lainnya. Kalau itu nanti ada lagi, banyak itu,” sambungnya sembari tertawa.
Mahfud bilang, dirinya sudah mengetahui fakta kasus ini, namun memang bukan kewenangannya untuk membongkar. “Wah, kalau mas Deddy tahu yang lebih dalam, lebih ngeri lagi, makanya saya bicara yang udah diketahui publik saja,” terangnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan jika laporan pelecehan seksual yang dialami Putri Candrawathi sudah bisa dicabut.
“Sebenarnya sudah cukup jelas, pelakunya bukan Bharada E, dia hanya diperintahkan oleh beberapa orang yang ada di situ, kan berarti harusnya laporan pelecehan sudah tidak ada. Selain itu, yang dituduh melecehkan sudah ditembak mati,” terangnya.
“Nah, cerita laporan pemeriksaan itu yang mengerikan campur menjijikkan. Makanya saya bilang sensitif,” tandasnya.
"Tuduhan melecehkannya itu bagaimana kan ada uraiannya," imbuh Mahfud.
SP3 Laporan Putri
Terpisah, Bareskrim Polri resmi menghentikan penyidikan atas laporan dugaan pelecehan seksual istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.
Diketahui, Putri Candrawathi melaporkan Brigadir J ke Polres Jakarta Selatan. Dalam perkembangannya, kasus itu ditarik Polda Metro Jaya lalu diambil alih Bareskrim Polri.
Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian menjelaskan bahwa setelah melakukan gelar perkara tak ditemukan tindak pidana terhadap laporan dugaan pelecehan seksual pada 8 Juli 2022 di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
"Berdasarkan hasil gelar perkara tadi sore perkara ini kita hentikan penyidikannya karena tidak ditemukan peristiwa pidana," kata Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian, dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jumat (12/8/2022) malam.
Selain itu, Bareskrim juga menghentikan laporan pengancaman terhadap Bharada E. Kata Andi Rian, pelapor adalah Briptu Marten Gabe, korban Bharada E dan terlapor Brigadir J. Tempat kejadian perkara dalam laporan itu disebutkan pada Jumat tanggal 8 Juli 2022 di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, kompleks Duren Tiga Nomor 46, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. (tribunmedan.com)