Sosok
SOSOK Harangan Wilmar Hutahaean, Pengusaha Ternama Asal Toba Pemilik Labersa Grup
Harangan Wilmar Hutahaean adalah seorang pengusaha sukses yang mendirikan beberapa perusahaan ternama di Indonesia.
Penulis: Rizky Aisyah |
TRIBUN-MEDAN.com.MEDAN - Harangan Wilmar Hutahaean adalah seorang pengusaha sukses yang mendirikan beberapa perusahaan ternama di Indonesia.
Harangan Wilmar Hutahaean mendirikan perusahaan mulai sektor kontraktor, transportasi, perkebunan, kelapa sawit sampai properti, hingga hotel dan lapangan golf.
Harangan Wilmar Hutahaean lahir di Laguboti, 24 Mei 1935, saat ini usianya sudah 87 tahun.
Wilmar menikah dengan Tio Monica boru Sibarani dari pernikahan keduanya memiliki 3 orang putra, 5 orang anak perempuan dan 20an orang cucu
Harangan Wilmar Hutahaean dikenal sebagai taipan bertangan dingin. Pria asal Toba Samosir, Sumatera Utara ini memulai debutnya menjadi pengusaha dari Nol.
Kini Wilmar berada di Riau dan menjadi pengusaha sukses disana.
Mantan Majelis Pusat HKBP periode 1998-2004, bisnisnya terus berkembang. Perusahaan yang didirikannya kini, paling tidak ada enam perusahaan besar bernaung di Hutahaean Group.

Perusahaannya terkonsentrasi di perkebunan, Kelapa Sawit, Karet, Pabrik Kelapa Sawit Processing.
Strateginya untuk mengembangkan Hutahaean Group adalah dengan mengembangkan model agribisnis yang terintegrasi tangguh.
Jaringan yang mencakup semua sektor usaha perkebunan, pertanian dan pengolahan.
Dan sejak didirikan sebagai perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit, perusahaan tersebut kini berkembang dan melakukan diversifikasi ke bisnis lain seperti: Business Hotel, Golf Resort, Waterpark & Theme Park, Property dan lain-lainnya.
Saat ini, sebagian besar perkebunan yang saat ini berada di Provinsi Riau dan Pulau Sumatera.
Bagi Hutahaean, perusahaan yang ia dirikan sepenuhnya menyadari tanggung jawab sosialnya terhadap karyawan dan masyarakat pada umumnya.
Demikian juga, ia memiliki kemauan yang kuat untuk melestarikan ekologi dan lingkungan. Misalnya, PT Hutahaean terlibat dalam budidaya dan penggilingan kelapa sawit.
Lokasi peternakan terletak strategis di provinsi Riau, yang memiliki kondisi iklim yang menguntungkan untuk budidaya pohon kelapa sawit.
Kemudian ada Program Plasma, sebuah rencana yang dirancang oleh pengembang perkebunan untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit untuk pertanian kecil.
Sebagai pemilik bisnis yang baik, Hutahaean juga memiliki minat sosial.
Hal ini terlihat dari misi yang diemban oleh perusahaan induk, yang tidak hanya memperhitungkan keuntungan tetapi juga terkait nilai, lingkungan dan kelestarian manusia.
Selain itu, Hutahaean juga memikirkan di bidang pendidikan. Memberi beasiswa, honorarium guru, bangunan sekolah dan pengadaan, peralatan laboratorium.
Di mata para pengusaha Pekanbaru, nama Harangan Wilmar dikenal sebagai pengusaha Tajir.
Beliau merupakan salah satu simbol pengusaha sukses di kota Pekanbaru pada level menjadi pengusaha nasional.
Selain itu, usahanya kini merambah ke bisnis hiburan. Misalnya, mengenai konsep bisnis hiburan, ia mengamati dengan seksama prospek bisnis tersebut ketika berkunjung ke Bandung.
Namun, dengan logika dan feeling, Harangan harus bisa menebak untung dan ruginya membuka bisnis seperti itu.
Dengan ia memulai dengan pengumpulan data, dan membandingkan satu dengan yang lain, lalu membuat keputusan bisnis.
Sejak ekonomi keluarga sudah bagus, dia mulai menumbuhkan minatnya akan golf. Lalu, berpikir mengapa kalau hobby tidak dijadikan dengan bisnis.
Maka jadilah dia menjalankan bisnis, juga karena hobby, akan lebih baik. “Saya sendiri dalam mempertimbangkan untuk membangun bisnis, selain hobby bisa juga dipertimbangakan prospek ke depan. Ketika mendirikan lapangan golf misalnya, selain nanti saya dengan leluasa main golf. Investasi untuk kenaikan harga tanah relatif lebih tinggi kalau sudah menjadi lapangan golf.”
Lapangan golf didirikan di bawah naungan PT Laberta. Proyek lapangan golf hole pertama dibangun hanya 18 hole, lalu selanjutnya ditambah menjadi 27 hole.
Salah satu lapangan golf terbesar dan terluas di Indonesia. Sebenarnya, ini bukan hanya lapangan golf.
Di dekat lapangan tersebut, ada lahan sebesar 240 hektar untuk mengembangkan resort, hotel dan real estat seluas 100 hektar.
Sementara ada juga proyek properti; rumah yang dibangun type 300 m2 dan terluas 1.500m2.
Sebagai pengusaha, Harangan relatif menggunakan uangnya untuk mendirikan perusahaannya.
Misalnya, lapangan yang dibangun di atas seluas 18 hole saja menelan biaya Rp 148 miliar.
Sementara hotel juga menyedot rupiah yang tidak sedikit Rp 102 miliar. Artinya, hanya dua proyek itu saja sudah menelan dana sekitar 250 miliar.
Kala pembangunan itu diambil dari kantong pribadi. “Hanya pembangunan hotel dan perumahan menggunakan bantuan bank. Hotel yang dibangun itu adalah oleh yang diposisikan hotel bintang 5 dengan 236 kamar. Sementara untuk manajer hotel, Harangan menggunakan jaringan hotel Accor dan Sheraton.”
Sementara di bidang perkebunan sawit, lewat PT Hutahaean diberikan hak mengelola 5.418, 65 hektar di Kebun Dalu Dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rohul.
Masih di wilayah kabupaten yang sama, hanya berbeda kecamatan, tepatnya di Kebun Teluk Sono Harangan juga memiliki kebun 7.700 ha kebun kelapa sawit.
Dia memulai masuk ke dalam lingkaran bisnis perkebunan kelapa sawit. Menurutnya, awalnya berbisnis di perkebunan kelapa sawit sebenarnya, awalnya, hanya factor x saja.
Di tahun 1987, waktu itu, ia menemui gubernur di rumah dinasnya untuk perbincangan tentang kira-kira bisnis apa yang berprospek ke depan.
Lalu Gubernur memberikan hak izin dengan memberikan SK Gubernur oleh Gubernur Riau Letjen Soeripto (1988-1998) tentang izin lokasi dan pembebasan hak, pembelian tanah untuk perkebunan.
Sejak itu, Harangan bersama karyawannya menanami bibit sawit di kebun yang diberikan hak pakai oleh gubernur.
Lalu, tahun 1992, kelapa sawit itu sudah mulai berbuah dan bisa diproduksi 1,2 ton per hektare per tahun.
Tahun 1996, sebagai pengusaha Harangan kemudian membangun pabrik pengilangan minyak kelapa sawit pertama.
Pabrik ini bisa memproduksi sekitar 30 ton per jam. Tahun kedua, sudah meningkat menjadi 60 ton per jam.
Bukan Harangan namanya kalau tidak berani mengambil resiko. Sebagai pengusaha yang naluri bisnisnya ditempa alam, dia kemudian dengan tanpa berpikir rumit, mendirikan lagi pabrik kedua.
Tahun 2004, pabrik ini didirikan yang berlokasi di Teluk Sono dan Sei Murai, Kabupaten Rokan Hulu, dengan kapasitas produksi 60 ton per jam. Waktu itu, biaya pendirian pabrik ini sekitar Rp 66 miliar.
Pendidikan terakhir:
- SGB HKI Tarutung
- Pengalaman Kerja:
- Guru SD di Sungai Pakning Bengkalis (1955-1956)
- Karyawan PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) Duri (1956-1957)
- Sejak Tahun 1959 menjadi pengusaha.
Jabatan:
- Presiden Direktur PT Hutahaean Group
- Pendiri dan Pemilik: (Hutahaean Group
- PT. Hutahaean (Palm Oil and Plantation)
- PT. Irma Jaya Perkasa (General Trading and Contractor)
- PT. Buluh Cina (Property and Contractor)
- PT. Labersa Hutahaean (Five Star Hotel Resort)
- PT. Labersa Hutahaean (Labersa Golf Resort
- PT. Labersa Hutahaean (Labersa Water & Theme park)
cr30/tribun-medan.com)