Brigadir J Ditembak Mati
PERINGATAN KERAS Kapolri: Ikan Busuk Dimulai dari Kepala dan Singgung 303: Copot Tak Perlu Tegur
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberi ketegasan kepada para anggota Polisi di seluruh Tanah Air.
TRIBUN-MEDAN.com - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberi ketegasan kepada para anggota Polisi di seluruh Tanah Air.
Jenderal Listyo menganologikan dengan ikan busuk. Bila ikan sudah busuk, maka busuk itu dimulai dari kepala.
Ia pun tak segan-segan memberikan sanksi tegas bagi anggotanya melakukan pelanggaran hingga menciderai rasa keadilan masyarakat.
"Saya selalu mewanti-wanti hindari pelanggaran-pelanggaran khususnya hal-hal yang mencederai rasa keadilan masyarakat. Pelanggaran-pelanggaran yang kalau kita lakukan maka itu akan semakin menurunkan kepercayaan publik kepada Polri," kata Sigit seperti dilihat Tribunnews di akun instagram @divisihumaspolri, Senin (12/9/2022).
Sigit mengingatkan bahwa atasan bertanggung jawab dalam setiap pelanggaran yang dilakukan oleh bawahannya.
Karena itu, perlunya peran aktif atasan selalu mengingatkan bawahannya.
"Ikan busuk tentunya mulai dari kepala. Mari kita saling mengingatkan atasan mengingatkan anak buah, anak buah juga sama. Menyampaikan bahwa komandan sepertinya ini salah, dan itu sah-sah saja," jelasnya.
"Jangan biasakan rekan-rekan bila menerima sesuatu yang tidak pas terus rekan-rekan tidak berani menyampaikan pendapat rekan-rekan. Karena ini untuk kebaikan institusi," sambungnya.
Ia menuturkan bahwa dirinya akan menindak tegas berupa pencopotan bagi siapa pun anggotanya yang melanggar.
Hal ini untuk menjaga nama baik seluruh anggota polisi yang ada di Indonesia.
"Saya harus mencopot, saya harus menindak, terhadap rekan-rekan yang melakukan pelanggaran-pelanggaran dan ini terus saya ulang-ulang karena saya sayang dengan 430.000 polisi yang telah bekerja dengan baik dan 30.000 PNS yang juga bekerja dengan baik," ungkapnya.
Kapolri Listyo Sigit perintahkan seluruh Polda di Indonesia untuk menyikat habis segala bentuk perjudian online atau yang dikenal sebagai dengan kode 303.
Lebih lanjut, Sigit juga menyinggung anggotanya yang kedapatan melanggar terkait masalah judi maupun masalah penyakit masyarakat.
Dia menegaskan anggota itu bakal mendapatkan tindakan tegas.
"Negara sedang pusing, bebannya cukup berat terhadap kejahatan-kejahatan kekayaan negara tolong diberantas. Kalau ada laporan saya tidak perlu tegur lagi, langsung saya proses, saya langsung copot. Ini berlaku untuk semuanya, apakah itu Polki apakah itu Polwan," pungkasnya.
Kapolri Ungkap Kebohongan Ferdy Sambo
Ternyata pada pemeriksaan awal Ferdy Sambo sebagai saksi dalam kasus kematian Briagdir Yosua Hutabarat, para penyidik sempat ketakutan.
Para penyidik takut untuk berhadapan dengan mantan Kadiv Propam Polri itu.
Hal itu disampaikan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada acara Satu Meja The Forum Spesial 'Siasat Kapolri di Pusaran Kasus Sambo' Rabu (7/9/2022).
"Kami lihat bahwa penyidik pun saat itu sempat takut,” ujar Jenderal Listyo.
“Sempat takut karena ada bahasa-bahasa bahwa mereka semua nanti akan berhadapan dengan yang bersangkutan,” imbuhnya.
Kapoldri langsung bertindak untuk menghilangkan rasa takut penyidik. Jenderal langsung melakukan menonaktifkan Ferdy Sambo dan sejumlah perwira yang terlibat.
“Sehingga dari situ kami putuskan 25 orang yang pada saat itu, termasuk yang bersangkutan (Ferdy Sambo) untuk kami mutasi demosi dan kami ganti dengan pejabat yang baru," kata Listyo Sigit Prabowo seperti dikutip dari Kompas Tv.
Menurut Kapolri, setelah Ferdy Sambo dinonaktifkan, barulah kasus pembunuhan berencana tersebut secara perlahan mulai terbongkar.
"Alhamdulillah begitu kami ganti waktu itu proses mulai berjalan lancar, mulai terbuka. Kemudian kejanggalan-kejanggalan yang pada saat itu kami dapat itu mulai bisa terjawab. Utamanya memang pada saat itu kami mulai/start masalah perkenaan atau pun temuan balistik di TKP yang berbeda dengan apa yang dia sampaikan," katanya.
Kapolri tidak memungkiri bahwa kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J merupakan pukulan bagi Polri, dimana saat ini sedang memperbaiki citra institusi.
Menurutnya, pada saat hasil survei awal, Polri di angka 74 persen, sehingga kemudian dengan melaksanakan berbagai program transformasi menuju Polri yang presisi pada saat itu.
"Makanya begitu ada peristiwa Sambo ini memang dampaknya luar biasa. Angka kami tiba-tiba turun di angka sekitar 54 persen, dan tentunya ini pukulan buat kami," ujarnya.
"Ini lah yang kemudian menjadi tekad kami untuk betul-betul bisa menuntaskan," tegasnya.
Menurut Kapolri, awalnya proses penyelidikan memang agak sulit.
"Memang awalnya agak sulit, karena memang di awal-awal saudara FS ini kan menceritakan peristiwa skenario yang terjadi di Duren Tiga itu kan peristiwa tembak-menembak. Dan itu disampaikan ke banyak orang, termasuk saya. Termasuk saya," ucapnya.
"Sehingga pada saat itu saya tanyakan kepada yang bersangkutan, 'Kamu jujur kamu terlibat atau tidak?' Saya tanyakan, dua kali saya tanyakan," imbuhnya.
"Saya sampaikan, 'Karena saya akan memproses ini sesuai dengan fakta, jadi kalau kira-kira peristiwanya tidak seperti itu ceritakan, tapi kalau memang seperti itu nanti akan kita lihat pembuktiannya sesuai dengan fakta'," lanjutnya.
"Memang kemudian banyak muncul informasi-informasi kejanggalan ya. Apalagi pada saat kemudian meledak dari keluarga almarhun Yosua di Jambi karena waktu itu dilarang untuk dimakamkan secara kedinasan, dan itu kemudian semakin membesar," ucapnya.
"Sehingga kemudian kami putuskan saat itu untuk membentuk timsus. Timsus itu kami libatkan para pejabat utama Polri yang memang langsung saya libatkan Wakapolri, Pak Irwasum, dan Kabareskrim, serta beberapa tim ya yang terlibat yang memiliki integritas," tandas Kapolri.
Ferdy Sambo Menangis
Upaya Irjen Ferdy Sambo untuk menutupi kasus pembunuhan berencana yang dilakukannya sangat kuat.
Sejak awal Ferdy Sambo sudah memikirkan skenario yang dibuatnya, sehingga polisi kesulitan mengusut tuntas, seperti sekarang terkait motif menjadi tak jelas.
Mantan Kadiv Propam ini sudah gelap mata, sehingga berani berbohong kepada atasannya langsung, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Namun, Listyo tak percaya begitu saja. Dia sampai dua kali menanyakan langsung ke Ferdy Sambo, namun yang bersangkutan tetap pada keterangan pertama, yakni tak terlibat pembunuhan berencana itu.
Saat bertemu dengan Ferdy Sambo, Kapolri mengaku sempat meminta mantan Kadiv Propam itu agar menceritakan hal sejujurnya terkait kematian anak buahnya di rumah dinas Duren Tiga.
“Saat itu saya tanya ke yang bersangkutan 'kamu jujur, kamu terlibat atau tidak',” jelas Kapolri.
Kala itu sambil berlinang air mata, Ferdy Sambo mengatakan apa yang ia sampaikan benar adanya.
Tak cuma itu, Ferdy Sambo bahkan sampai berani mengucapkan sumpah di depan Kapolri.
"Dia bersumpah, sampai beberapa kali saya tanyakan," ucap Kapolri.
Kapolri lalu mengatakan kepada Ferdy Sambo bahwa kasus tersebut akan diusut sesuai fakta.
“Saya tanyakan karena saya akan proses ini sesuai fakta, jadi kalau kira-kira peristiwa tidak seperti itu ceritakan, tapi kalau seperti itu nanti kita buktikan sesuai fakta,” tuturnya.
Kapolri mengaku dua kali menanyakan hal tersebut kepada Ferdy Sambo.
Namun, Ferdy Sambo selalu membantah mengenai keterlibatannya dalam kematian sang ajudan di rumah dinasnya tersebut.
Belakangan, setelah kesaksian demi kesaksian dan bukti demi bukti terungkap, Ferdy Sambo akhirnya mengakui keterlibatan dalam pembunuhan Brigadir J.
(*)
Sebagian artikel sudah tayang di tribun-sumsel.com