G30S/PKI: Cerita Pierre Tendean Gagal Nikahi Rukmini di Medan, Ikut Tewas Bersama 6 Jenderal
Di balik tragedi G30S/PKI, ada kisah mengharukan dari Lettu Pierre Tendean (Kapten Anumerta Pierre Tendean).
Lettu Pierre Tendean, pada masanya dikenal sebagai The Rising Star di lingkungan TNI AD.
Inilah jejak Lettu Pierre Tendean hingga menjadi ajudan Jenderal AH Nasution:
Pierre Andries Tendean, merupakan anak dari pasangan AL Tendean, seorang dokter dari Minahasa, dan ME Cornet, wanita Indo berdarah Prancis.
Sejak kecil, Pierre Tendean selalu memiliki tekad menjadi seorang tentara.
Namun, orang tuanya sempat lebih mengarahkan Pierre Tendean untuk menjadi seorang dokter atau insinyur.
Walau pun begitu, Pierre Andreas Tendean tetap teguh pada tekadnya menjadi TNI.
Ia masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung pada 1958 dan lulus pada 1961.
Setelah lulus, Pierre Andreas Tendean berpangkat letnan dua.

Jenderal Besar TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution (kebudayaan.kemendikbud.go.id)
Setahun bertugas di Medan, Pierre Tendean pun menjalani pendidikan intelijen di Bogor.
• KISAH Soeharto Sebelum Soekarno Tumbang, Pecah G30S/PKI, Ucapan Pak Harto tak Digubris, 30 SEPTEMBER
Usai mengenyam pendidikan intelijen Pierre Andreas Tendean menjadi seorang mata-mata.
Ia sempat ditugaskan melakukan penyusupan saat adanya konfrontasi Indonesia-Malaysia.
Berkat kerja keras dan kemampuannya, Pierre Andreas Tendean dipandang sebagai The Rising Star TNI.
Hal ini terbukti dari berebutnya tiga jenderal untuk menjadikan Pierre Tendean sebagai ajudan.
Mereka adalah Jenderal AH Nasution, Jenderal Hartawan, dan Jenderal Kadarsan.