Gempa Taput
Gereja HKBP Pansur Napitu yang Berdiri sejak 1867 Rusak akibat Gempa, Ini Kata Pendeta dan Jemaat
Gereja HKBP Pansur Napitu tersebut mengalami kerusakan akibat gempa bermagnitudo 6.0 pada SR, yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, TAPANULI UTARA - Jemaat Gereja HKBP Pansur Napitu, Kecamatan Pansur Napitu, Kabupaten Tapanuli Utara mesti legawa mengikuti ibadah kebaktian di luar gereja setelah hantaman gempa dahsyat.
Walaupun demikian, mereka tetap bersukacita dan bersyukur, meski tak dapat mengikuti ibadah minggu di dalam gereja.
Diketahui, gereja HKBP Pansur Napitu tersebut mengalami kerusakan akibat gempa bermagnitudo 6.0 pada SR, yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu.
Baca juga: Liga 2 Terancam Dihentikan Sementara setelah Tragedi Kanjuruhan, Begini Respons Suporter Sumut
“Saya selaku jemaat Gereja HKBP Pansur Napitu tetap merasakan suka cita dan bersyukur, karena kami masih bisa beribadah di lingkungan gereja ini, tidak seperti dengan jemaat gereja-gereja lainnya yang gedung gerejanya tidak terdampak gempa,” kata seorang jemaat HKBP Pansur Napitu Rina Simamora, Minggu (2/10/2022).
Ia juga mengisahkan, beberapa jam pascagempa terjadi, ia bersama jemaat gereja lainnya mendatangi gereja untuk melihat kondisi gedung gereja.
“Setelah kami mendengar gereja juga mengalami kerusakan, terlebihnya asbes gereja rusak. Saya melihat posisi asbes memang sudah terkelupas dan berjatuhan ke lantai," tuturnya.
Baca juga: Satria Mulia Bongkar Lagi Masa Lalu Rizky Billar, Kali Ini Sebut Ancam Eks Kekasih yang Transgender
"Kami bergotong royong membersihkan pecahan-pecahan asbes, serta memindahkan aset aset gereja ke tempat yang aman,” sambungnya.
Dari sejumlah foto yang beredar, tampak pada langit-langit bangunan gereja, besi besi penahan asbes terkelupas.
Sebagai tambahan informasi, gedung gereja ini berdiri sejak tahun 1867 dan dilayani pertama kali oleh Pendeta PH Johannsen dan Pendeta JH Meerwaldt.
Untuk sementara, ibadah di hari Minggu dilaksanakan di halaman gereja.
Selanjutnya, Pendeta HKBP Pansur Napitu, Alsensius Silaban menceritakan, dirinya mendengar suara keras saat terjadi gempa.
"Saat terjadi gempa sekitar pukul 2.30 WIB, kami mendengar suara yang begitu keras. Tapi kami masih ragu membuka untuk melihat keadaan gereja," ujar Pendeta Alensius Silaban.
"Setelah pukul 5.50 WIB, kita membuka gereja. Ternyata, asbesnya jatuh dan hancur dan dinding kita juga retak. Lantai gereja juga retak dan kami lihat, pondasi menara gereja ada sedikit menurun posisi awalnya. Itu terlihat dari pecahan keramik yang ada pada dasar lantai," sambungnya.
"Setelah kita tahu demikian keadaan gereja, kita laporkan ke Praeses, kita juga kumpulkan gembala yang ada disini dan kita tanya soal keadaan jemaat kita," terangnya.
"Secara umum, jemaat kita tidak ada yang luka. Rumahnya pun hanya rusak kecil, tapi barang-barang di rumah hancur," pungkasnya. (cr3/tribun-medan.com)