Pilgub 2024

Elektabilitas Bobby Nasution Tertinggi, Disusul Edy Rahmayadi dan Ijeck versi Survei Charta Politika

Dari hasil survei tersebut, elektabilitas Bobby Nasution menduduki posisi pertama mencapai 35,1 persen. Disusul Edy Rahmyadi dan Ijeck.

Dok. Pemko Medan
Wali Kota Medan Bobby Nasution dan Ketua TP PKK, Kahiyang Ayu Bobby Nasution hadiri perayaan Tahun Kerja Merdang Merdem Kuta Medan Tahun 2022, di Lapangan Istana Maimun, Rabu (29/6/2022). 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Lembaga Survei Charta Politika merilis hasil survei calon gubernur yang digelar pada 20-27 September 2022 di 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumut.

Dari hasil survei tersebut, elektabilitas Bobby Nasution menduduki posisi pertama mencapai 35,1 persen.

Posisi kedua dan ketiga ditempati Gubernur dan wakil Gubernur Sumut saat ini, Edy Rahmayadi 34,3 persen dan Musa Rajekshah 8,5 persen.

Menanggapi hal ini, Pengamat politik asal Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Sohibul Ansor Siregar menilai ketiga figur yang mendapatkan posisi teratas sebagai cagub Sumut ini memiliki ciri khas masing-masing.

Baca juga: WhatsApp Pulih Kembali setelah Sempat Down Total secara Mendadak

Namun, di antara ketiganya Edy Rahmayadi merupakan sosok satu-satunya yang tidak bergabung di Partai Politik.

"Fakta saat ini ialah bahwa di antara 3 figur yang diunggulkan oleh survei hanya Edy Rahmayadi saja yang tidak berpartai. Kemudian, meski sama-sama berpartai, namun antara Bobby Nasution dengan Musa Rajekshah ada perbedaan, karena yang disebut terakhir adalah Ketua sebuah Partai dengan otoritas yang terus dapat dikapitalisasi," kata Sohibul saat diwawancarai, Selasa (25/10/2022).

Sohibul melanjutkan, jika Edy Rahmayadi menyadari, meski dirinya tak berpartai, posisi sebagai petahana secara optimistik adalah sebuah keistimewaan.

Baca juga: Viral Seorang Pria Mengamuk di SPBU lantaran Tak Diizinkan Beli Minyak dengan Jerigen

Ia menilai, dalam posisinya sebagai petahana itu, Edy Rahmayadi dapat terus berusaha memastikan efektivitas pelaksanaan tugas dalam menghabiskan hari-hari pada tahun terakhir masa jabatannya untuk diisi (dengan sinkronisasi program kerja sesuai visi dan misi pemerintahan).

"Dengan sentuhan nurani kepada masyarakat tanpa harus terperangkap abuse of power dan atau trading in influence," katanya.

Menurut Sohibul, Edy Rahmayadi bisa saja telah melihat pentingnya untuk mulai mensimulasikan dirinya seolah sebagai figur yang akan maju melalui calon perseorangan.

"Tujuan utama ialah untuk membentuk jejaring yang akan menjawab urusan pemeliharaan derajat popularitas dan kebutuhan pengembangan elektabilitas. Tentu saja hal itu tak akan mengurangi pemupukan hubungannya dengan partai-partai," ujar Sohibul.

Baca juga: Terungkap Identitas Wanita Bercadar yang Nekat Masuk Istana Presiden, Todongkan Senpi ke Paspampres

Mencari Restu Jakarta

Sementara itu, berbeda kebutuhan dengan Edy Rahmayadi, dua figur lainnya yang disebut oleh hasil survei, yakni Bobby Nasution dan Musa Rajekshah, yang adalah aktivis partai, memastikan kesetiaan konstituen adalah tugas-tugas mendesak yang tidak dapat ditangguhkan.

Sohibul mengatakan kewenangan untuk menentukan calon dalam Pilkada tidak pernah di daerah. Karena itu, Bobby Nasution dan Musa Rajekshah pertama-tama harus memastikan mandat Jakarta untuk mereka.

"Sembari terus memastikan langkah surut dari figur-figur internal yang potensil merebut restu Jakarta sebagaimana kini tergambar dalam rivalitas internal antara Puan dan Ganjar di PDI Perjuangan," jelasnya.

Menurut Sohibul, tongkat komando partai ada di tangan Musa Rajekshah sebagai Ketua Golkar Sumatera Utara memberikannya tingkat keleluasaan untuk berimprovisasi sesuai kebutuhan, yakni mengoptimalkan popularitas dan elektabilitas.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved