Viral Medsos
MENGGEMPARKAN! Pengusaha Tambang Ngaku Setor Uang Miliaran ke Petinggi Bareskrim Polri di Jakarta
Ismail mengaku telah berkoordinasi dengan Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto. Koordinasi itu disinyalir membekingi kegiatan tambang ilegal.
TRIBUN-MEDAN.COM - Pengusaha Tambang Ini Ngaku Setor Uang Miliaran Rupiah ke Petinggi Polri di Jakarta.
Viral di media sosial pengakuan seorang pria yang mengaku sebagai pengusaha tambang tidak ragu-ragu menceritakan adanya setoran dana "koordinasi" ke petinggi polri di jakarta.
Dana "koordinasi" itu tidak tanggung-tanggung, mencapai miliaran rupiah.
Pria yang bernama Ismail Bolong ini sebagai pengepul batu bara ilegal di Kalimantan Timur (Kaltim).
Ia mengaku menyetor uang ke seorang perwira tinggi Polri sebesar Rp 6 miliar.
Pernyataannya menjadi perbincangan publik. Dalam video tersebut, Ismail Bolong mengaku pernah menyetorkan duit tambang ilegal kepada petinggi Polri di Jakarta berinisial AA.
Dalam video itu juga sepertinya Ismail Bolong tampak sedang membacakan sebuah surat pengakuan yang menyatakan dirinya bekerja sebagai pengepul dari konsesi tambang batu bara ilegal di Desa Santan Ulu, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Dari sejumlah pemberitaan sebelumnya, Ismail Bolong disebutkan berprofesi sebagai polisi aktif yang ikut bermain dalam bisnis tambang ilegal di bumi Borneo. Namun ada juga yang menyebut Ismail sebagai pengusaha tambang.
Dikutip dari Tribun Kaltim (Tribun Network) pada Sabtu (12/2/2022) lalu, Ismail Bolong dikukuhkan sebagai Ketua Dewan DPP Kerukunan Keluarga Masyarakat Bone (KKMB) Kalimantan Timur.
Menurut pengakuan Ismail Bolong dalam video itu, dirinya memperoleh keuntungan dari hasil pengepulan dan penjualan tambang batu bara ilegal mencapai Rp 5-10 miliar setiap bulan, terhitung sejak Juli 2020 hingga November 2021.
Setahun lebih mengeruk perut bumi tanpa izin, Ismail mengaku telah berkoordinasi dengan petinggi Bareskrim Polri Inisial AA.
Koordinasi itu disinyalir untuk membekingi kegiatan ilegal yang dilakukan Ismail dan perusahaan tambang batubara agar tak tersentuh kasus hukum.
Koordinasi itu tak gratis.
Pengakuan Ismail Bolong dirinya menyerahkan duit kepada jenderal bintang tiga di Jakarta sebesar Rp 6 miliar yang disetor sebanyak tiga kali.
Terkait kegiatan yang dia laksanakan, dirinya sudah berkoordinasi dengan petinggi Polri di Jakarta berinisial AA dengan memberikan uang sebanyak tiga kali. "Yaitu pada bulan September 2021 sebesar Rp 2 miliar, bulan Oktober 2021 sebesar Rp 2 miliar, dan bulan November 2021 sebesar Rp 2 miliar,” ungkap Ismail.
Ia menambahkan, uang tersebut diserahkan langsung kepada Komjen Pol AA di ruang kerjanya setiap bulan sejak bulan Januari 2021 sampai dengan bulan Agustus yang saya serahkan langsung ke ruangan Agus.
Berikut isi lengkap pengakuan Ismail Bolong:
Terkait adanya penambangan batu bara di wilayah Kalimantan Timur, bahwa benar saya bekerja sebagai pengepul batu bara dari konsesi tanpa izin, dan kegiatan tersebut tidak dilengkapi surat izin di daerah Santan Ulu, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kukar, wilayah hukum Polres Bontang, sejak bulan Juli tahun 2020 sampai dengan bulan November 2021.
Dalam kegiatan pengepulan batu bara ilegal ini, tidak ada perintah dari pimpinan. Melainkan atas inisiatif pribadi saya. Oleh karena itu, saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas tindakan yang saya lakukan.
Keuntungan yang saya peroleh dari pengepulan dan penjualan batu bara berkisar sekitar Rp 5 sampai 10 miliar dengan setiap bulannya.
Terkait kegiatan yang saya laksanakan, saya sudah berkoordinasi dengan Kabareskrim, yaitu ke Bapak Komjen Pol Agus Andrianto dengan memberikan uang sebanyak tiga kali.
Yaitu pada bulan September 2021 sebesar Rp 2 miliar, bulan Oktober 2021 sebesar Rp 2 miliar, dan bulan November 2021 sebesar Rp 2 miliar.
Uang tersebut saya serahkan langsung kepada Komjen Pol Agus Andrianto di ruang kerja beliau setiap bulannya, sejak bulan Januari 2021 sampai dengan bulan Agustus yang saya serahkan langsung ke ruangan beliau.
Sedangkan untuk koordinasi ke Polres Bontang, saya pernah memberikan bantuan sebesar Rp 200 juta pada bulan Agustus 2021 yang saya serahkan langsung ke Kasatreskrim Bontang AKP Asriadi di ruangan beliau.
Saya mengenal saudara dan Tampoli yang pernah menjual batu bara ilegal yang telah saya kumpulkan kepada saudari Tampolin sejak bulan Juni 2020 sampai dengan bulan Agustus tahun 2021. Demikian yang saya sampaikan. Terima kasih, jenderal.
Usai menyebutkan kata jenderal, video Ismail Bolong itu terputus. Di akhir masih ada ucapan yang ia sampaikan tapi tak begitu jelas terdengar.
Hingga berita ini ditulis, Kepala Bareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto atau Mabes Polri belum memberikan klarifikasi maupun tanggapan atas video pengakuan Ismail Bolong tersebut.
Pengakuan Ismail Bolang dalam video tersebut juga menyerat salah satu nama pejabat Polres Bontang, Asriadi yang dulu sebelumnya menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Bontang.
Saat dikonfirmasi, AKP Asriadi yang kini menjabat Kasat Reskrim Polres Kubar dan namanya ikut dicatut menampik kabar tersebut.
“Enggak ada itu, makanya ini saya mau klarifikasi langsung ke yang bersangkutan, termasuk penyebar video itu. Pada intinya orang bebas mau berkata apa, yang jelas tidak ada itu,” katanya saat dikonfirmasi.
Sementara, Kapolres Bontang AKBP Yusep Dwi Prastiya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon mengatakan bakal menjawab ini pada Senin pekan depan.
Pasalnya ia sedang dalam perjalanan menuju Balikpapan.
“Senin aja bro kita ketemu saya masih dalam perjalanan ini,” ungkapnya Sabtu, (5/11/2022).
Baca juga: Kabareskrim Disebut Terima Setoran Rp 6 Miliar, Isu Perang Bintang Disebut Ulah Brigjen Hendra
Baca juga: Rahasia Buku Hitam Ferdy Sambo Dibongkar IPW, Terungkap Dugaan Catatan Tambang Ilegal di Kaltim
Ismail Bolong Keluar dari Polri
Saat dikonfirmasi, Kabid Humas Polda Kaltim, Kombes Pol Yusuf Sutejo mengatakan bahwa secara pribadi dirinya baru mengetahui video tersebut melalui media sosial. Namun video tersebut tengah didalami oleh jajarannya, termasuk soal setoran uang miliaran ke seorang perwira petinggi Polri.
“Saya tahunya dari media sosial. Terkait video itu masih kami dalami semuanya,” ujarnya pada Sabtu (5/11/2022) seperti dikutip dari Kompas.com.
Yusuf membenarkan bahwa Ismail Bolong memang sebelumnya merupakan anggota kepolisian di wilayah hukum Polda Kaltim. Hanya saja Ismail disebut telah mengundurkan diri.
“Setahu saya dia sudah mengundurkan diri, tapi step-nya sudah keluar atau belum masih kami kroscek,” ungkapnya.
Sementara itu, Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Ary Fadli membenarkan bahwa Ismail Bolong memang pernah bertugas di Polresta Samarinda. Namun, dia telah keluar atau pensiun dini dari keanggotaan Polri.
“Pangkatnya terakhir itu Aiptu. Katanya karena urusan keluarga. Tapi kami pastikan dia sudah keluar dari Polri,” bebernya.
Ngaku Ditekan Brigjen Hendra Kurniawan
Belakangan, Ismail mengaku ditekan saat membuat video tersebut.
Kepada wartawan Tribun pada Sabtu (5/11/2022) Ismail membeberkan bawah video tersebut direkam pada Februari 2022.
Dirinya menceritakan saat itu ditekan oleh Hendra Kurniawan yang kala itu menjabat sebagai Karo Paminal Propam Mabes Polri dan terus diintimidasi dan dibawa ke hotel.
Baca: Kabareskrim Disebut Terima Setoran Rp 6 Miliar, Isu Perang Bintang Disebut Ulah Brigjen Hendra
Kata Ismail Bolong, video itu pada Februari 2022 atas ulah Brigjen Hendra Kurniawan.
Dalam rekaman video terbaru, Ismail Bolong justru meminta maaf pada Kabareskrim Komjen Agus Andrianto.
"Saya mau klarifikasi, padahal kejadian itu bulan dua Februari. Kenapa pada saat persidangan Sambo dan Hendr bisa keluar di media sosial," kata Ismail Bolong.
Ia mengatakan, sebenarnya yang merekam video itu adalah Paminal Mabes Polri, atas perintah Brigjen Hendra Kurniawan, yang kala itu masih menjabat sebagai Karo Paminal Mabes Polri.
"Yang rekam adalah Paminal Mabes, pakai HP IPhone di salah satu kamar hotel di Balikpapan," kata Ismail Bolong.
Ia mengatakan, bahwa yang meminta dirinya membuat testimoni adalah suruhan Brigjen Hendra Kurniawan, yang juga petugas di Mabes Polri bernama Bambang.
"Saya ingat itu, pak Bambang. (Dia bilang), kamu harus ngomong, harus bicara ini," kata Ismail Bolong.
Bahkan, Ismail Bolong sempat menyebut bahwa orang yang menekannya kala itu dalam kondisi mabuk. Namun, Ismail Bolong tidak menyebut siapa yang mabuk saat itu. Apakah Brigjen Hendra Kurniawan atau justru pria bernama Bambang.
"Saya diancam akan dibawa ke Mabes Polri. Saya tertekan," katanya.
Dalam kondisi tertekan itu, Ismail Bolong kemudian mengaku dipaksa membaca secarik kertas, yang isinya mengenai pengakuan setor Rp 6 miliar kepada Kabareskrim Komjen Agus Andrianto, menyangkut bisnis tambang batubara ilegal yang dikerjakannya.
"Ini sudah disodorkan teks untuk dibaca. Tulis tangan, Paminal Mabes Polri datang dari Jakarta," katanya.
Dia mengatakan, setelah kejadian itu, dirinya yang sempat bertugas sebagai personel di Polresta Samarinda kemudian mengajukan pengunduran diri sebagai personel Polri pada April 2022. "Lalu disetujui bulan 7," ungkap Ismail Bolong.
Dia sendiri mengaku kaget, kenapa video lama itu bisa kembali beredar. "Saya kaget dengan berita viral ini, padahal kejadian ini kan bulan dua. Saya dalam hal ini klarifikasi bahwa hal ini tidak benar," ucap Ismail Bolong.
Baca juga: HENDRA KURNIAWAN Tekan Orang Ini Baca ‘Skenario’ Setor Uang Tambang ke Kabareskrim?
Baca juga: Rahasia Buku Hitam Ferdy Sambo Dibongkar IPW, Terungkap Dugaan Catatan Tambang Ilegal di Kaltim
Baca juga: Andia Rian Jadi Kapolda Kalsel, Menanti Kapolri Menindak Polisi yang Bermain di Bisnis Tambang
(*/Tribun-medan.com/Tribun Kaltim/Kompas.com.tribunnews.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Komjen-Agus-Andrianto-terima-setoran-Rp-6-miliar.jpg)