Viral Medsos
Kapal Tanker Israel Dirudal di Pantai Oman Jelang Piala Dunia Qatar 2022, Iran Diduga Dalangnya
Teheran telah memulai meningkatkan kapasitas program nuklirnya, menyusul mundurnya AS dari kesepakatan nuklir Iran bersama negara kekuatan dunia.
TRIBUN-MEDAN.COM – Sebuah kapal tanker minyak milik miliuner Israel telah diserang oleh drone pengebom di lepas pantai Oman. Iran diduga berada di balik serangan itu. Penyerangan ini terjadi menjelang Piala Dunia Qatar 2022,
Melansir Associated Press, Rabu (16/11/2022), serangan terhadap kapal tanker minyak Pasific Zircon berbendera Liberia itu terjadi pada Selasa (15/11/2022) malam waktu setempat di lepas pantai Oman. Hal itu diungkap seorang pejabat pertahanan anonim yang berbasis di Timur Tengah.
Pacific Zircon dioperasikan oleh perusahaan Eastern Pacific Shipping (EPS) yang berbasis di Singapura milik miliuner Israel Idan Ofer.
Dalam pernyataannya, EPS menyatakan, kapal tanker Pacific Zircon yang mengangkut minyak dan gas, telah diserang oleh sebuah peluru kendali (rudal) sekitar 240 kilometer di lepas pantai Oman.
“Kami tengah berkomunikasi dengan kapal dan tak ada laporan korban luka atau polusi. Seluruh kru selamat,” kata EPS.
“Ada kerusakan minor pada lambung kapal, tapi tak ada kargo yang tumpah atau air yang masuk.”
Seorang pejabat Israel menuding Iran berada di balik serangan itu.
Ia menyebut Iran menggunakan drone peledak Shaded-136, drone yang serupa dengan yang dipasok negara itu ke Rusia untuk menghantam sasaran infrastruktur dan sipil di Ukraina.
“Ini serangan Iran, ada konsensus tentang ini di kalangan intelijen dan pertahanan Israel,” ucap sang pejabat Israel yang menolak disebutkan namanya.
Sementara, pemerintah Iran sendiri mengeklaim tidak mengakui serangan itu.
Meski belum ada yang megaku bertanggung jawab atas serangan itu, kecurigaan segera mengarah pada Iran. Pasalnya, sudah sejak lama Teheran dan Tel Aviv saling berseteru dalam perang Timur Tengah, dan sejumlah kapal Israel yang berlayar di kawasan itu kerap menjadi target serangan drone.
Amerika Serikat (AS) juga menuding Iran berada di balik serangkaian serangan yang terjadi di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA) pada 2019.
Saat itu, Teheran telah memulai meningkatkan kapasitas program nuklirnya, menyusul mundurnya AS dari kesepakatan nuklir Iran bersama negara kekuatan dunia.
Pada 2021, sebuah drone yang diduga milik Iran menghantam kapal tanker minyak Israel, Mercer Street, di lepas pantai Oman, hingga menewaskan 2 orang di atas kapal.
Menhan Israel Tegaskan Penolakan atas Perjanjian Nuklir Iran
Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Benny Gantz menegaskan bahwa pihaknya menentang perjanjian nuklir baru Iran yang baru dibahas dengan kekuatan-kekuatan nuklir dunia.
Hal tersebut disampaikan Gantz ketika bertemu Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan.
Iran sebelumnya tengah merundingkan kesepakatan untuk memberlakukan kembali Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015, perjanjian yang membatasi program nuklir Teheran sebagai ganti pencabutan sanksi.
Israel sendiri mengaku tidak akan terikat perjanjian itu jika sudah diratifikasi.
Tel Aviv dan Washington sendiri tidak mengesampingkan tindakan militer untuk mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir.
Pernyataan Kementerian Pertahanan Israel yang dilansir Associated Press, menyatakan bahwa Gantz “menggarisbawahi pentingnya penjagaan dan pengembangan kapabilitas operasional baik untuk tujuan ofensif dan defensif di hadapan program nuklir Iran dan juga agresi regionalnya.”
“Ini tanpa memedulikan perundingan di sekitar perjanjian tersebut (program nuklir Iran),” sambung pernyataan itu.
Sementara itu, pihak Washington menyatakan bahwa Sullivan dan Gantz membicarakan “komitmen AS untuk memastikan Iran tidak pernah mendapatkan senjata nuklir dan kebutuhan untuk melawan ancaman dari Iran serta proksi-proksi Iran.”
Iran selalu bersikeras program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Namun, pengayaan uranium Teheran disorot usai AS mundur dari JCPOA secara sepihak pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.
Para ahli menyebut Iran telah memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian 60 persen, sedikit di bawah level senjata nuklir, yakni 90 persen.
Namun, untuk membuat senjata nuklir, Teheran juga mesti mendesain bom dan sistem peluncuran yang bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan.
Di lain pihak, Israel diyakini memiliki senjata nuklir sejak berdekade-dekade lalu. Namun, Tel Aviv tak pernah mengakui isu tersebut.
(*/Tribun-medan.com)