Pembacokan

Pelajar Tewas Dibacok Ternyata Anak Semata Wayang, Bunda Reni Tak Henti Menangis

Melihat anak semata wayang tewas mengenaskan dibantai, sejak jenazah tiba pada Sabtu dinihari ia tak henti-hentinya menangis.

Penulis: Fredy Santoso | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO
Reni (kiri mukena putih) ibu korban tewas tawuran di SPBU Jalan Kapten Sumarsono Medan. Reni menangis sejadi-jadinya melihat jenazah anak semata wayangnya diangkat menggunakan kereta mayat menuju pemakaman, Sabtu (26/11/2022). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Lantunan ayat suci Al-Quran dan doa terus berkumandang di rumah duka Eko Farid Azam (16), siswa SMK Negeri 9 Medan, yang tewas dibantai pelajar dari sekolah lain di sebuah rumah di Jalan Pasar V, Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal, Sabtu (26/11/2022) siang sekira pukul 12:00 WIB.

Selangkah demi selangkah jenazah korban tewas tawuran diangkat menggunakan keranda mayat dibalut kain berwarna hijau.

Setiap langkah pemandu mayit diiringi isak tangis ibu korban, Reni.

Baca juga: Terseret Arus saat Mandi di Sungai, Bocah 8 Tahun Ditemukan Tewas

Reni nampak lemas tak kuasa melihat jenazah anak semata wayangnya diangkat ke mobil ambulance menuju liang lahat.

Wanita yang mengenakan mukena berwarna putih ini merupakan tunawicara.

Melihat raut wajahnya, tampak Bunda Reni ingin menjerit sejadi-jadinya melihat jenazah almarhum Eko Farid. Namun teriakan itu rasanya tak mampu ia lampiaskan.

Ia hanya bisa memeluk tetangganya yang berusaha menenangkan nya.

Reni merupakan orang tua tunggal. Sejak ditinggal suaminya ia merawat anaknya seorang diri bekerja serabutan kadang sebagai juru cuci pakaian rumah ke rumah.

Melihat anaknya tewas mengenaskan dibantai, sejak jenazah tiba pada Sabtu dinihari ia tak henti-hentinya menangis.

Tak cuma isak tangis ibu korban, puluhan siswa lainnya beserta turut berduka.

Mereka menangis sejadi-jadinya melihat jenazah teman satu sekolahnya yang dikenal baik dibawa menggunakan keranda mayat.

Baca juga: Kapolda Sumut Irjen Panca Copot dan Periksa 6 Perwira Menengah, Berikut Daftar Nama dan Pangkatnya

Reaksi Wali Kelas

Rohaya Naibaho , Wali Kelas korban di SMK N 9 Medan merasa salah satu orang yang terpukul atas kepergian Eko Farid Azam.

Jumat 25 November sore sekitar pukul 16:00 WIB handphonenya berdering. Pesan masuk melalui grup WhatsApp terus menerus mengabarkan Eko Farid tewas mengenaskan dibantai bersimbah darah di sebuah SPBU di Jalan Kapten Sumarsono Medan.

Kaget bukan kepalang, ia langsung lemas mendapat kabar murid yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri meninggal.

Saat ditemui di rumah duka, Rohaya nampak menangis sejak tiba hingga keluar dari rumah duka.

Matanya merah berlinang air mata sambil disapu menggunakan tisu.

Sambil menangis tersedu-sedu Rohaya menjelaskan dirinya sempat bertemu dengan korban saat perayaan hari guru di SMKN 9 Medan atau beberapa jam sebelum Eko tewas.

Saat pertemuan itu almarhum Eko Farid sempat meminta maaf dan mengalaminya karena tak bisa memberi kado ke wali Kelasnya di momen hari guru Nasional.

Seketika Rohaya langsung memeluk remaja malang yang ditinggal ayahnya sejak kecil ini.

"Baru semalam dia salam saya, dia minta maaf tidak memberikan kado di hari guru. Jadi saya peluk, bilang 'Kebaikanmu saja sudah merupakan suatu kado luar biasa bagi ibu',"kata Rohaya Naibaho, Wali Kelas korban di rumah duka di Jalan Pasar V, Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal, Sabtu (26/11/2022).

Sebelum pertemuan terakhir antara Rohaya dengan Eko Farid Azam, korban sempat mendesak Rohaya masuk kelas. Padahal kala itu dirinya sedang cuti dan berada di luar kota.

Korban mengancam tak masuk kelas dan ikut upacara hari guru jika Rohaya tak datang.

Mengetahui harapan murid kesayangannya itu pun Rohaya menuruti dan ikut merayakan hari momen yang menjadi pertemuan terakhirnya dengan korban.

Pesan Terakhir pada Teman

Eko Farid Azam (16) pelajar SMK Negeri 9 Medan yang tewas dibantai pelajar lain di SPBU Jalan Kapten Sumarsono Medan disebut sempat menunjukkan tanda-tanda tak biasa ke guru hingga ke teman sekelasnya.

Hal ini diungkap oleh Wali Kelas korban, Rohaya Naibaho saat mendatangi rumah duka di Jalan Pasar V, Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal.

Rohaya menceritakan korban sempat pamit ke teman sekelasnya sepekan sebelum tewas.

Saat itu korban menyebut pamit pergi dan meminta teman sekelasnya baik-baik selama di sekolah.

"Aku mau pergi, kalian baik- baik kalian ya.Peksos (Jurusan sekolah) itu harus berhasil ya. Dia udah pesan ke temannya. Jadi sudah ada firasat la, kemesraan semuanya,"kata Rohaya Naibaho, menirukan ucapan korban ke teman-temannya, Sabtu (26/11/2022).

Tak cuma itu, pada pekan lalu korban juga menunjukkan sikap berbeda dari biasanya.

Ketika Rohaya mengadakan acara makan-makan di kelas, korban yang membereskan semuanya.

Namun ketika acara dimulai Eko Farid Azam malah menyendiri. Kemudian setelah itu dia menyanyikan sebuah lirik lagu penyanyi Ari Lasso, berjudul hampa.

"Terus dia videokan dan memilih lagu 'entah dimana dirimu berada, hampa terasa hidupku tanpa dirimu'. Lagu ini pun kena juga ke kejadian ini, lagu itu kayaknya dia sudah mulai merasa,"ungkapnya.

Sikap tak biasa tak hanya terlihat oleh Rohaya dan teman sekelasnya.

Eko juga menunjukkan sikap berbeda kepada guru-guru yang lain karena ia menyelesaikan seluruh tugas seminggu lebih awal dari waktu yang ditentukan.

Rohaya pun merasa kaget karena Eko jauh lebih rajin dari biasanya.

'Terus saya bilang sama dia, Eko , makasih ya sudah ngerjain tugas,'ucap Rohaya menuturkan ucapannya ke Eko waktu itu.

Mendengar ucapan Rohaya Naibaho Eko justru merendah diri. Dia menyebut sudah kewajibannya menyelesaikan tugas.

"Ibu bilang makasih karena kamu anak baik sudah mengerjakan tugas. Terus dijawab 'Seharusnya itu tugas saya bu, ibu gak perlu bilang terima kasih,"ucapnya lagi menirukan perkataan Eko.

Setelah tewasnya Eko, Rohaya berharap Polisi segera menangkap pelaku yang menewaskan remaja yang dikenal baik dan di kalangan teman hingga tetangga ini.

Ia pun khawatir tawuran antar pelajar semakin bergejolak, jika pelaku tak segera ditangkap.

"Harapan saya polisi cepat cari pelakunya. Kita engga tahu ke depannya. Mungkin anak anak ada yang ngumpul lagi untuk membela ini,"harapnya.

Sebelumnya, aksi tawuran sadis antar pelajar terjadi dalam sebuah SPBU di Jalan Kapten Sumarsono Kecamatan Sunggal, Jumat (25/11/2022) sore.

Eko tewas dibacok, dipukuli diduga pelajar dari sekolah lain di SPBU Jalan Kapten Sumarsono Medan, Jumat 25 November kemarin sore.

Ia tewas di dalam minimarket SPBU saat berusaha menyelamatkan diri dari keberingasan para pelaku yang terus mengejarnya menggunakan senjata tajam, kayu dan pentungan basbol.

Remaja berusia 16 tahun ini tergeletak diduga kehabisan darah akibat bacokan di paha sebelah kirinya.

Ia pun disebut mengalami luka di paha sebelah kiri, punggung dan kepalanya diduga terkena pukulan basbol.

Polisi Tangkap Pelaku Utama

Satreskrim Polrestabes Medan menyatakan meringkus seorang pelajar yang membacok remaja bernama Eko Farid Azam (16) hingga tewas di SPBU, Jalan Kapten Sumarsono, Kecamatan Sunggal, Jumat kemarin.

Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Teuku Fathir Mustafa menjelaskan pelaku berinisial SA, berusia 16 tahun.

Ia ditangkap di kawasan Kecamatan Sunggal, Deliserdang, pada Sabtu (26/11/2022) siang.

Fathir mengungkapkan, SA merupakan pelaku utama pembacokan yang menyebabkan korban bernama Eko Farid tewas.

"Pelaku sudah diamankan satu orang, ditangkap di rumahnya. Ini merupakan pelaku utama yang menikam korban," kata Fathir,Sabtu (26/11/2022).

Meski demikian Polisi mengaku masih memburu pelaku lainnya yang terlibat tawuran yang mengakibatkan siswa SMK Negeri 9 tewas.

Mantan Kapolsek Medan Baru ini menuturkan saat kejadian para pelaku memang membawa senjata tajam.

"Semuanya pakai senjata tajam, tapi ini pelaku utama yang baru ditangkap," pungkasnya.


(Cr25/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved