Babi

2000 Ekor Babi Mati Mendadak di Sumut, Segini Harga Terbaru Daging di Pasar dan Peternak

Kasus kematian massal ternak babi kembali terjadi di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang.

Tribun Medan/Aprianto Tambunan
Salah satu peternakan Babi di Jalan Bunga Rampai V, Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kasus kematian massal ternak babi kembali terjadi di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang.

Tidak kurang 2.000 ekor babi di Sumatra Utara mati mendadak diduga karena terpapar virus flu babi.

Ketua Gerakan Peternak Babi Indonesia, Heri Ginting mengatakan wilayah yang sudah terkonfirmasi terkena paparan Flu Babi masih di Kota Medan dan Deliserdang.

Dari informasi yang beredar, Heri Ginting mendapatkan informasi jika wilayah Parlilitan juga terpapat. Namun pihaknya masih akan melakukan konfirmasi.

Baca juga: Aurel Hermansyah Sempat Ingin Batalkan Pernikahannya dengan Atta Halilintar, Ini Penyebabnya

Menurutnya untuk wilayah di Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang yang hewan ternak kaki empat terpapar adalah Suka Dono, Kwala Bengkala, Helvetia Karya VII, Mandala.

Termasuk Simalingkar B, Gorin Tonga Pancur Batu, Tandem, Pantai Labu dan Tanjung Morawa

Dari sembilan wilayah yang terkonfirmasi terkena paparan flu babi tersebut, ada sekitar 2 ribu ekor babi mati mendadak terserang penyakit tersebut.

Meski begitu, pantauan Tribun Medan, harga daging babi di pasaran masih sama seperti sebelumnya yakni berada di kisaran Rp 100 - Rp 110 ribu per kilogram.

Untuk ditingkat peternak, harga daging Timbang Hidup berkisar Rp 40 - Rp 45 ribu per kilogram. Untuk harga tersebut, menurut para peternak tidak membuat peternak babi mendapatkan keuntungan selama beberapa bulan terakhir.

"Untuk harga jual di peternak tidak sesuai dengan harga daging yang dijual di pasar atau tingkat pedagang. Terlebih harga pakan yang kian melambung tinggi, dan terkadang sulit mendapatkan kebutuhan pakan, "

"Hal ini sangat merugikan bagi para peternak, ditambah dengan rasa kekhawatiran ditengah kian memarakkan isu penyakit babi, " ujar Peternak Babi Adi kepada Tribun Medan, Kamis (1/12/2022).

Baca juga: Viral Ibu Melahirkan di Depan Puskesmas Tanpa Bantuan Nakes, Berikut Kejadian Sebenarnya

Ia juga mengeluhkan akan tidak adanya perhatian dari pemerintah kepada peternak babi di Sumut, khususnya baik dari sisi ketidaksesuaian antara harga pangan dan harga jual serta standarisasi harga.

Begitupun dengan tidak adanya penanganan terhadap wabah penyakit yang mulai menyebar. Ia berharap, pemerintah memperhatikan kesejahteraan para peternak babi yang menggantungkan mata pencaharian mereka dari beternak.

"Pemerintah juga maunya membuat kebijakan untuk menanggulangi wabah penyakit babi agar cepat selesai dan tidak tersebar ke daerah lainnya. Kiranya, pemerintah lebih serius untuk menangani ini, " pungkasnya.

(cr9/Tribun-Medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved