TRIBUN WIKI
Marsombuh Sihol, Kenalkan Sejarah Peran Etnis Simalungun Membangun Kota Tebingtinggi
Ajang lepas rindu dalam masyarakat Simalungun ini digelar dengan menampilkan beberapa kesenian tari, bela diri, dan tradisi masyarakat Simalungun.
Penulis: Alija Magribi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, SIANTAR- Marsombuh Sihol digelar DPC Partuha Maujana Simalungun (PMS) Kota Tebingtinggi pada Sabtu (3/12/2022) sore hingga malam hari.
Ajang lepas rindu dalam masyarakat Simalungun ini digelar dengan menampilkan beberapa kesenian tari, bela diri, dan tradisi masyarakat Simalungun yang terus dilestarikan.
Marsombuh Sihol yang digelar di GOR Asber BP7, Kota Tebingtinggi ini tak hanya dihadiri oleh tokoh-tokoh Simalungun di daerah, juga tokoh Simalungun yang kini berkarier di perpolitikan nasional serta Gubernur Edy Rahmayadi.
Baca juga: Edukasi Siswa Jauhi Narkoba, Kasat Binmas Polres Simalungun Kedepankan Tindakan Preemtif, Preventif
Dalam pelaksanaan Marsombuh Sihol, Ketua DPC PMS Tebingtinggi, Iman Irdian Saragih mengenalkan bahwa Kota Tebingtinggi, dahulu dibangun oleh orang-orang Simalungun.
“Ada tiga poin yang ingin saya sampaikan; sejarah Kota Tebingtinggi tercinta, pendirinya adalah warga Simalungun dan Melayu. Contoh, Tidak mungkin ada nama Terminal Bandar Kajum bermarga Damanik. Saat ini (lokasinya) terletak di Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan,” kata pria akrab disapa Dian ini.
“Dan juga, kedua, nama-nama Simalungun di jalan-jalan Kota Tebingtinggi. Sebelumnya Datuk Bandar Kajum datang ke Tebinggtinggi sudah terdapat Kerajaan Padang yang asal usulnya merupakan Saragih Garingging, namun menggunakan resap adat Melayu,” kata Dian.
Pada poin terakhir, Dian juga menyampaikan bahwa peran bangsa Simalungun dalam membangun Kota Tebingtinggi yang dulu harus tetap sama hingga sekarang. Semangat itu ada pada falsafah hidup masyarakat Simalungun yaitu “habonaron do bona” yang memiliki arti “kebenaran adalah dasar”.
“Kepada seluruh masyarakat Simalungun yang ada di Kota Tebingtinggi mari kita bergandengan tangan membangun jati diri Simalungun dan menjunjung tinggi Habonaron do Bona,” katanya.
Dian juga mengucapkan apresiasi kepada masyarakat Simalungun yang menyempatkan waktunya menghadiri Marsombuh Sihol dan Pagelaran budaya Simalungun kali ini.
Baca juga: Dukung Ketahanan Pangan, Wakapolres Simalungun Hadir Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pabrik Migor
Gubernur Ingin Simalungun Jadi Sentra Tani dan Pagelaran Akbar Marsombuh Sihol
Sementara itu, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi juga datang jauh dari Medan menyampaikan betapa pentingnya peran masyarakat Simalungun di Sumatera Utara.
Tanah Simalungun yang dikenal dulu kini sudah terpecah menjadi otonomi-otonomi baru seperti Siantar dan Tebingtinggi.
“Dari kecil saya sudah tahu Simalungun. Tetapi belum mekar seperti saat ini. Orang Simalungun ada di mana-mana karena dikenal sebagai pejuang-pejuang, pekerja keras. Inilah Simalungun,” kata Mantan Pangkostrad tersebut.
Sebagai kawasan, Simalungun, kata Edy adalah daerah penghasil pertanian terbaik di Sumatera Utara. Bahkan walaupun ada food estate di Kabupaten Humbanghasundutan dan Dairi, posisi Simalungun sebagai sentra pertanian tak kalah pentingnya.
Hal itupun ia harapkan agar terus bertahan, dan bila perlu dibangun Food Estate di Simalungun seperti daerah lainnya.
“Saya menginginkan Simalungun sebagai daerah pendorong logistik di Sumatera Utara. Mari kita mendorong Simalungun sebagai sentra logistik (pertanian),” kata Edy.
Edy juga menyampaikan bahwa Marsombuh Sihol juga wajib digelar dengan lebih besar di Kota Medan. Ia bahkan menyapa bawahannya agar menyusun Marsombuh Sihol di Medan nantinya.
(Alj/tribun-medan.com)