Piala Dunia di Kedai Tok Awang

Messi-Alvarez, teringat Duet Maradona-Caniggia

Argentina punya duet baru yang mengingatkan pada Diego Maradona dan Claudio Caniggia di Piala Dunia 1990. Apakah pencapaian mereka bisa dilampauai?

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
AFP/Adrian DENNIS
SELEBRASI - Pemain Tim Nasional Argentina Julian Alvarez (kanan) melakukan selebrasi bersama Lionel Messi usai melesakkan gol pada pertandingan babak Semi Final Piala Dunia 2022 kontra Kroasia di Lusail Stadium, Lusail, sebelah utara Doha, Qatar, 13 Desember 2022. Duet Alvarez dan Messi menjadi kekuatan Argentina hingga mampu lolos ke final kontra Prancis yang akan digelar Minggu, 18 Desember 2022 malam WIB. 

Saat namanya diumumkan sebagai bagian dari skuat Argentina ke Piala Dunia 2022, tidak banyak orang yang memperkirakan Julian Alvarez bakal jadi bintang. Selain Lionel Messi, sorotan lebih banyak ditujukan kepada Lautaro Martinez.

Tolok ukurnya, pertama, sepak terjang di klub. Martinez bermain untuk Inter Milan dan jadi sosok yang krusial di sana. Hingga pekan ke 15 Serie A, Martinez menjadi pelesak gol terbanyak kedua Inter di bawah Edin Dzeko (8 gol: 7 Serie A + 1 Liga Champions).

Alvarez pun sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Berseragam Manchester City, musim ini ia bermain 19 kali, mencetak 6 gol dan 2 assist. Namun Lionel Scaloni sepertinya memang lebih mempercayai Martinez.

TENDANGAN - Pemain Tim Nasional Argentina Lautaro Martinez (kiri) melepaskan tendangan melewati adangan pemain Tim Nasional Kolombia Davinson Sanchez pada pertandingan babak Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Conmebol (Amerika Selatan) di Roberto Melendez Metropolitan Stadium, Barranquilla, Kolombia, 8 Juni 2021. Martinez bersama Tim Nasional Argentina akan bermain di final Piala Dunia 2022 kontra Prancis yang akan digelar Minggu, 18 Desember 2022 malam WIB.
TENDANGAN - Pemain Tim Nasional Argentina Lautaro Martinez (kiri) melepaskan tendangan melewati adangan pemain Tim Nasional Kolombia Davinson Sanchez pada pertandingan babak Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Conmebol (Amerika Selatan) di Roberto Melendez Metropolitan Stadium, Barranquilla, Kolombia, 8 Juni 2021. Martinez bersama Tim Nasional Argentina akan bermain di final Piala Dunia 2022 kontra Prancis yang akan digelar Minggu, 18 Desember 2022 malam WIB. (AFP/Raul ARBOLEDA)

Sepanjang fase kualifikasi zona Conmebol (negara-negara Amerika Selatan), dari total 17 laga [mestinya 18, tapi Argentina dan Brasil atas kesepakatan bersama dan persetujuan FIFA tidak memainkan laga mereka yang tertunda lantaran faktor nonteknis –di samping apapun hasilnya memang sudah tidak lagi berpengaruh pada posisi akhir], Scaloni bahkan tidak memanggil Julian Alvarez dalam tujuh pertandingan.

Alvarez baru dipanggil pada laga kontra Peru pada 3 Juli 2021. Ia duduk di bangku cadangan dan tidak bermain. Sebaliknya, Lautaro Martinez selalu dipanggil dan hampir selalu pula menjadi starter.

Martinez kemudian menjadi pencetak gol terbanyak bagi Argentina di fase kualifikasi bersama Lionel Messi dengan torehan 7 gol, sedangkan Alvarez cuma mencetak satu gol yang diciptakannya di matchday terakhir kontra Ekuador pada 29 Maret 2022. Untuk kali pertama pula di laga ini dia masuk di jajaran starting line up.

Kalok nengok Alvarez ini aku jadi teringat Caniggia. Ingat kelen? Di Piala Dunia 1990, dia pun kayak Si Alvarez. Awal-awal yang diduetkan sama Maradona, kan, bukan dia, tapi Abel Balbo," kata Lek Tuman.

Memang, persis Martinez dan Alvarez, antara Balbo dan Claudo Caniggia juga tidak ada perbedaan teknis dan pengalaman yang terlalu jauh. Balbo waktu itu bermain untuk Udinese sedangkan Caniggia untuk Atalanta. Di era 1990, Liga Serie A Italia masih menjadi "kiblat" sepak bola dunia. Pemain-pemain bintang, juga pemain-pemain muda berbakat, berkumpul di sana. Usia Balbo 24, Caniggia setahun lebih muda.

Argentina sebagai juara bertahan langsung lolos ke putaran final Piala Dunia 1990. Mereka tidak perlu melalui fase kualifikasi. Di laga pertama Argentina kontra Kamerun di Stadion San Siro, Pelatih Kepala Argentina Carlos Bilardo memasang Balbo sebagai pemain nomor 9 –ujung tombak utama [meski ia kala itu bernomor punggung 3].
Babak kedua, Caniggia masuk menggantikan Oscar Ruggeri.

"Penyerang masuk ganti pemain bertahan. Wajar, karena waktu itu Argentina sedang tertinggal dari Kamerun. Tapi yang aku heran, setelah pertandingan lawan Kamerun, pertandingan kedua dan seterusnya sampai final, Balbo gak main lagi. Aku nggak ingat, entah kenak cedera atau apa dia, pastinya Caniggia terus yang main," ujar Lek Tuman lagi.

Duet Claudio Caniggia dan Diego Maradona kemudian melahirkan sederet sensasi. Kecerdikan Maradona dan belaian Dewi Fortuna yang membuat kaki dan kepala Caniggia tiba-tiba menjadi sakti, membuat La Albiceleste –julukan Tim Nasional Argentina– menekuk lawan-lawan yang sebenarnya bermain jauh lebih baik dari mereka.

Brasil disingkirkan lewat satu serangan tunggal di menit 81. Padahal sepanjang laga itu, Muller dan Careca berulangkali mencecar gawang Argentina yang dikawal Sergio Goycochea, kiper "tidak terkenal" yang naik pangkat jadi pilihan pertama setelah Neri Pumpido mengalami patah tangan.

Argentina seolah-olah sudah berada di ambang kekalahan sebelum Maradona, dengan pergerakannya yang sungguh di luar nalar, di tengah kepungan pemain-pemain Brasil, mampu memberi umpan terobosan yang kemudian dituntaskan Caniggia dengan sangat dingin.

GEMBIRA - Pemain Tim Nasional Argentina Diego Maradona dan Claudio Caniggia berpelukan untuk melampiaskan rasa gembira pada satu momentum pertandingan Piala Dunia 1990 di Italia.
GEMBIRA - Pemain Tim Nasional Argentina Diego Maradona dan Claudio Caniggia berpelukan untuk melampiaskan rasa gembira pada satu momentum pertandingan Piala Dunia 1990 di Italia. (LeScore)

 

Kemudian berturut-turut mereka mengirim pulang Yugoslavia dan membikin menangis seantero Italia. Keduanya lewat adu tendangan penalti.

Melawan Italia, seperti kala berhadapan dengan Brasil, pemain-pemain Argentina jarang sekali bisa berlama-lama dengan bola. Kecuali Maradona yang masih menunjukkan sihirnya, semua pemain Argentina seperti berada dalam tekanan.

Italia unggul lebih dulu melalui Salvatore Schilacci. Sampai menit 66, tidak ada tanda-tanda Argentina bisa menyamakan kedudukan. Namun satu menit berselang, bola yang dilambungkan Maradona disambar Caniggia dengan kepala bagian belakang. Kiper Italia, Walter Zenga, hanya bisa menangkap angin.

"Pas final lawan Jerman, keberuntungan orang tu selesai,” ucap Pak Udo seraya mengatakan bahwa ia masih ingat, malam itu, dengan sangat yakin memegang Jerman.
"Selain polesan Beckenbauer yang bikin main Jerman jadi paten, motivasi orang tu pun ngeri. Tahun 86 di Meksiko, kalah orang tu di final lawan Argentina. Sebelumnya tahun 82 kalah dari Italia. Masak tahun 90 kalah lagi? Janganlah sampek tiga kali kata New Lasidos. Amangoi! Jangan... oh... janganlah..."

Pak Udo meneruskan nyanyian. Dari balik steling, Tok Awang mengiringinya dengan suara dua. Mak Idam menimpali dengan nada tepuk tangan yang kedengaran fals. Di sela-sela itu, Sangkot melempar tanya pada Lek Tuman.

"Sorry-sorry, nih, Pak Kep. Masih belum dapat aku. Hubungannya apa Caniggia sama Alvarez? Tahu awak Caniggia itu, pernah kutengok berapa kali videonya. Gondrong dia. Tinggi. Agak-agak mirip Bon Jovi mukaknya. Si Alvarez gak gondrong. Jadi samanya di mana?”

Lek Tuman tertawa. Bilangnya, kesamaan bukan terletak pada fisik, melainkan bagaimana Carlos Bilardo dan Lionel Scaloni memposisikan keduanya. Alvarez, sebagaimana Caniggia, tidak masuk di jajaran sebelas utama. Argentina kontra Arab Saudi di laga pertama Alvarez didudukkan di bangku dan baru masuk di menit 59.
Begitu juga di pertandingan kedua, sebenarnya –Caniggia sudah jadi pemain utama di pertandingan kedua Argentina melawan Uni Soviet. Alvarez masuk di menit 63, menggantikan Lautaro Martinez.

"Martinez ini pun entah cemana, kok, mendadak bapuk. Gak bisa-bisa dia menggolkan. Padahal peluangnya bukan tak ada,” ucap Mak Idam pula. Sebagai suporter garis keras Barcelona, setelah Spanyol tersingkir, dia bergeser jadi pendukung Argentina. Menurut Mak Idam, "ke-Spanyol-an"di Argentina jauh lebih kental ketimbang Perancis, negara tempat Messi saat ini bermain.

"Yang sialnya, maksudku sial untuk Martinez,” sambungnya, "pas dipasang sama Scaloni, bagus pulak main Alvarez. Cocok, lah, udah. Hanyut kawan!”

"Eh, selain Caniggia, aku jugak teringat Schilacci dan Baggio, Pak Kep,” sahut Pak Udo. Dari cadangan jadi pemain inti jugak orang tu karena pemain utamanya ternyata nggak terharap."

Satu lagi drama di Piala Dunia 1990. Di awal-awal turnamen, Azeglio Vicini, Pelatih Kepala Italia nan flamboyan, dalam formasi 4-4-2 yang jadi favoritnya lebih memilih Andrea Carnevale dan Gianluca Vialli sebagai duet lini depan. Salvatore Schillaci belum punya pengalaman di kancah internasional. Begitu juga Roberto Baggio. Berusia 23, Baggio baru delapan kali bermain untuk Azzuri –julukan Tim Nasional Italia.

Namun entah bagaimana Carnevale dan Vialli kehilangan sentuhan mereka. Tendangan melenceng kemana-mana. Sundulan tak tentu arah. Setelah dua pertandingan tak juga menunjukkan tanda-tanda mengakhiri ketumpulan, Vicini hilang kesabaran.

Di laga ketiga babak penyisihan grup versus Cekoslovakia, ia melakukan perubahan “revolusioner”. Carnevale-Vialli keluar line up, Schilacci-Baggio masuk, dan hasilnya ternyata menakjubkan. Italia bermain lebih dominan, sekaligus lebih tajam dan indah.

SELEBRASI - Pemain Tim Nasional Italia Salvatore Schilaci (kanan depan) bersama rekannya Roberto Baggio merayakan kemenangan Italia pada satu momentum pertandingan Piala Dunia 1990.
SELEBRASI - Pemain Tim Nasional Italia Salvatore Schilaci (kanan depan) bersama rekannya Roberto Baggio merayakan kemenangan Italia pada satu momentum pertandingan Piala Dunia 1990. (Eurosport)

Italia melaju sampai ke semi final dan akhirnya kalah dari Argentina. Schilacci dan Baggio mencetak gol di laga ini, begitu juga Caniggia dan Maradona.

"Cumak kalok menurutku,” bilang Pak Udo lagi, "duet Maradona-Caniggia ini gak pernah betul-betul sempat jadi legend kek Romario-Bebeto, atau Thierry Henry dan David Trezeguet, atau bilanglah Xavi-Iniesta. Mungkin karena gagal jadi juara itu jugak ya. Di Italia gagal, di Amerika jugak gagal. Nah, kalok menurut kelen cemana Messi Alvarez ini?”

Satu yang pasti, tentu saja, duet ini tidak akan berumur terlalu panjang. Ada rentang usia yang lebar antara Messi dan Alvarez. Messi sekarang 35 tahun sedangkan Alvarez baru 22. Saat Messi masuk dalam skuat Argentina di Piala Dunia 2006, Alvarez masih bocah yang bahkan belum belajar menyepak bola.

Alvarez, sebagaimana nyaris seisi skuat Argentina saat ini, merupakan penggemar berat Lionel Messi. Di masa remaja, ia dan beberapa kawannya pernah mengintip-intip ke mana Messi pergi untuk memburu tanda tangannya, sekaligus meminta foto bersama.

IDOLA - Julian Alvarez (paling kiri), bersama dua temannya, berfoto dengan Lionel Messi, saat usianya masih 12 tahun. Alvarez mengidolakan Messi dan sejak kecil bercita-cita inginmengikuti jejak sang idola bermain di piala dunia.
IDOLA - Julian Alvarez (paling kiri), bersama dua temannya, berfoto dengan Lionel Messi, saat usianya masih 12 tahun. Alvarez mengidolakan Messi dan sejak kecil bercita-cita inginmengikuti jejak sang idola bermain di piala dunia. (Twitter)

Kala Alvarez bermain kontra Polandia dan melesakkan gol pertamanya di Piala Dunia, dan Messi memeluknya dengan keriangan yang tak dibikin-bikin, di Twitter muncul secarik foto dari masa remaja itu.

Alvarez dan tiga kawannya, berpose bersama Messi. Menengok latarnya, besar kemungkinan, foto ini diambil di sebuah bar.

Namun pertanyaannya, apakah duet mereka bisa melebihi Maradona-Caniggia? Caranya, sudah barang tentu, hanya satu. Argentina harus jadi juara dunia.

Ocik Nensi, yang baru saja merampungkan Mi Bangladesh pesanan Lek Tuman, melempar celetukan yang membuat seisi kedai langsung terdiam.

"Halah, gak usah sok-sokan, lah, kelen banding-bandingin Maradona, Messi, sama siapa tadi namanya. Ini, kan, karena ada aku sama Sela di sini. Cobak kalok nggak, udah pasti Si Ivana yang kelen bahas. Mana lebih mantap, Ivana atau biniknya Hakimi pemain Maroko itu. Iya, kan?” (t agus khaidir)

FESTIVAL FILM - Pemain Tim Nasional Maroko Achraf Hakimi (kiri) bersama istrinya Hiba Abouk saat menghadiri pemutaran perdana film berjudul The Innocent (L'Innocent) di Cannes Film Festival di Kota Cannes, Perancis, 24 Mei 2022. Abouk yang merupakan artis peran asal Spanyol menikah dengan Hakimi pada 2020.
FESTIVAL FILM - Pemain Tim Nasional Maroko Achraf Hakimi (kiri) bersama istrinya Hiba Abouk saat menghadiri pemutaran perdana film berjudul The Innocent (L'Innocent) di Cannes Film Festival di Kota Cannes, Perancis, 24 Mei 2022. Abouk yang merupakan artis peran asal Spanyol menikah dengan Hakimi pada 2020. (AFP/LOIC VENANCE)
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved