Berita Viral

MENCUAT Wacana Megawati Maju Capres 2024, Diusul Kader Ketua DPP PDIP, Pengamat: Bunuh Diri?

Wacana Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri maju menjadi Capres 2024 mencuat ke publik. 

ANTARA FOTOGALIH PRADIPTA VIA KOMPAS.COM
Ketua Umum Partai PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memasuki ruang pelantikan anggota DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selasa (1/10/2019). Sebanyak 575 anggota DPR terpilih dan 136 orang anggota DPD terpilih diambil sumpahnya. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/pd. 

TRIBUN-MEDAN.com - Wacana Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri maju menjadi Capres 2024 mencuat ke publik. 

Wacana Megawati diusung menjadi capres di 2024 diungkapkan oleh Ketua DPP PDIP, Eriko Sotarduga.

Awalnya, usulan agar Megawati maju menjadi capres disampaikan oleh pendiri Total Politik, Budi Adiputro. Bak gayung bersambut, Eriko pun menganggap usulan Budi masuk akal.

"Ini usulan yang masuk akal, saya nanti harus sampaikan ke Bu Ketua Umum karena bukan kewenangan kami," ujar Eriko, Minggu (8/1/2023) dikutip dari Kompas.com.

Eriko pun menganggap pencalonan Megawati memiliki kesamaan dengan Presiden Brazil Lula da Silva dan terpilihnya Anwar Ibrahim sebagai PM Malaysia.

"Ada Anwar Ibrahim di usia yang tidak muda. Banyak. Presiden China Xi Jinping. Mereka lihat kenapa enggak yang ketua umum dan pengalaman (maju pilpres)," katanya.

Isu ini pun menjadi perbincangan hangat hingga membuat sejumlah pakar politik kaget. 

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin mengungkapkan wacana Megawati maju menjadi capres di 2024 berbeda dengan terpilihnya Joe Biden menjadi Presiden AS dan Mahathir Mohamad yang juga sempat menjabat Perdana Menteri (PM) Malaysia pada usia lanjut.

Sebagai informasi, Joe Biden terpilih menjadi Presiden AS pada umur 78 tahun.

Sementara Mahathir Mohammad menjabat sebagai PM Malaysia untuk kedua kalinya ketika menginjak umur 92 tahun pada 2018.

Ujang menganggap perbedaan tersebut lantaran faktor karakteristik pemilih yang berbeda pula antara masyarakat Indonesia dengan AS maupun Malaysia.

Adapun perbedaan karakteristik yang dimaksud Ujang adalah terkait faktor sosiologis dan psikologis pemilih Indonesia.

Sehingga, kata Ujang, jika Megawati yang pada tahun 2024 menginjak umur 77 tahun tetap diusung PDIP untuk menjadi capres di 2024, maka peluang untuk menang akan tipis.

"Saya melihat beda kasus dengan (terpilihnya) Mahathir dengan Joe Biden. Di Indonesia ini, banyak hal yang berbeda dengan pemilih-pemilih luar negeri."

HIDUNG MEGAWATI JADI SOROTAN: Didampingi Ketua DPR RI Puan Maharani, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Kepala BIN Budi Gunawan, Megawati Soekarnoputri turut hadir dalam resepsi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono yang digelar pada Minggu (11/12/2022).
HIDUNG MEGAWATI JADI SOROTAN: Didampingi Ketua DPR RI Puan Maharani, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Kepala BIN Budi Gunawan, Megawati Soekarnoputri turut hadir dalam resepsi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono yang digelar pada Minggu (11/12/2022). (tangkapan layar video)

"Saya sih melihatnya, peluangnya sulit dan berat karena faktor sosiologis dan faktor psikologis masyarakat Indonesia berbeda dengan Malaysia dan Amerika. Sehingga menurut saya, membandingkan Mahathir dan Joe Biden, bagi saya tidak pas, tidak cocok, dan tidak sesuai," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (9/1/2023).

Lebih lanjut, Ujang menganggap persaingan dalam Pemilu 2024 adalah arena bertarung bagi kader-kader muda bagi tiap partai.

Sehingga sosok seperti Megawati lebih baik untuk menjadi king maker saja.

Namun, jika PDIP masih bersikukuh untuk mencalonkan Megawati maka Ujang menganggap bantuan dari Presiden Joko Widodo yang pada tahun 2024 tidak menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia bisa dimanfaatkan.

"Gelanggang Pilpres nanti itu kan saatnya gelanggang-gelanggang orang muda. Orang tua, ya (jadi) king maker dan di belakang saja. Kalau Jokowi misal membantu Megawati ketika Megawati menjadi capres, mungkin-mungkin saja," jelasnya.

Bunuh Diri

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai jika usulan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri menjadi capres di 2024 terealisasi, maka dianggap langkah bunuh diri.

Hal tersebut, kata Pangi, lantaran mayoritas pemilih PDIP justru akan memilih Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Sehingga, jika usulan ini terealisasi, Pangi melihat adanya perbedaan dukungan antara elit PDIP dengan grassroot atau akar rumput di daerah.

"Alasannya sederhana, pemilih PDIP dominan signifikan memilih Ganjar. Nggak mungkin, menurut saya, ada perbedaan dukungan elit dan grassroot, akan terjadi split ticket voting yang tinggi, tidak beririsan antara pilihan elit dengan pilihan grassroot PDIP. Apakah betul PDIP mau bunuh diri?" jelas Pangi saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (9/1/2023).

Pangi pun meyakini bahwa Megawati telah memilih Ganjar sebagai capres yang akan diusung PDIP di Pilpres 2024 meski adanya perselisihan dengan Ketua DPR sekaligus anaknya, Puan Maharani.

"Di saku Megawati, setahu saya Ganjar (jadi capres PDIP). Walaupun Megawati sebetulnya ingin anaknya, kalau secara psikologi politik."

"Orang tua mana yang tidak ingin melihat anaknya menjadi capres (atau) cawapres dan memenangkan pemilu. Tapi yang jelas PDIP bakal mengusung Ganjar," tegasnya.

Baca juga: LIGA ITALIA - AC Milan Gagal Menang dari AS Roma, Stefano Pioli Menyesal, Kejar Napoli Makin Jauh

Baca juga: Pegadaian Buka Loker untuk Posisi Senior Developer Business Application dan Senior Business Analyst.

(*)

Berita sudah tayang di tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved