Berita Dairi
Bayi Meninggal Karena Dokter Tak Ada, Ketua PKB Dairi Sindir Akreditasi Paripurna RSUD Sidikalang
Pasangan suami istri asal Dusun III Lae Pinang Desa Bintang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi harus merelakan buah hatinya meninggal dunia
Penulis: Alvi Syahrin Najib Suwitra |
TRIBUN-MEDAN.COM, SIDIKALANG - Pasangan suami istri asal Dusun III Lae Pinang Desa Bintang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi harus merelakan buah hatinya meninggal dunia saat berada di dalam kandungan.
Hal tersebut terjadi saat menjalani perawatan medis di RSUD Sidikalang, Kabupaten Dairi. Terkait hal itu, Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Alfriansyah Ujung mempertanyakan akreditasi paripurna yang dipegang oleh RSUD Sidikalang beberapa waktu lalu.
"Tentu dengan kualitas pelayanan yang seperti ini, kita mempertanyakan akreditasi Paripurna yang diterima oleh RSUD Sidikalang, " Ujarnya kepada Tribun Medan, Senin (16/1/2023) .
Dikatakannya, hal tersebut tidak sejalan dengan jumlah dokter Obgyn di RSUD Sidikalang yang hanya berjumlah 1 orang saja.
"Masa sebuah rumah sakit dengan akreditasi Paripurna, dokter Obgyn nya hanya 1 . Seharusnya minimal 3 dokter spesialis Obgyn yang ada di RSUD Sidikalang " Terangnya.
Dirinya pun menambahkan, pihak RSUD Sidikalang tidak mengindahkan hasil rapat dengar pendapat (RDP) Terkait masalah dugaan pemecatan Dokter Tarmizi Rangkuti secara sepihak.
Padahal, dalam RDP tersebut disepakati bahwa Dokter Tarmizi akan dibekerjakan kembali dengan masa kontrak per triwulan.
"Terkait dengan hasil RDP kemarin saja sampai sekarang belum ada perkembangannya. Padahal sudah disepakati agar Dokter Tarmizi kembali bekerja di RSUD Sidikalang, " sebutnya.
Dirinya pun kemudian meminta kepada Pemerintah Kabupaten Dairi untuk memperbaiki pelayanan yang ada di RSUD Sidikalang sehingga tidak terjadi hal yang serupa.
"Tentunya ini menjadi pelajaran bagi Pemkab Dairi khususnya RSUD Sidikalang, sehingga tidak ada lagi masyarakat Dairi yang menjadi korban selanjutnya, " Tutupnya.
Sebelumnya, pasien, Rahmadayanti boru Ujung (32) mengatakan, dirinya bersama sang suami, Mayahtra simanjorang (36) datang ke RSUD Sidikalang pada hari Sabtu (7/1/2023) malam sekitar pukul 22.30 WIB dengan kondisi sudah pecah ketuban.
"Pada malam minggu itu datang kemari sudah pecah ketuban , karena kata bidan di kampung, alat disana lebih lengkap. Lalu, setiba di rumah sakit, tante saya turun nanya ke perawat ada dokter gak. Katanya ada. Makanya kami rawat disini, " Ujarnya kepada Tribun Medan, Selasa (10/1/2023).
Dirinya mengungkapkan, apabila dari awal disebut tidak ada dokter, maka pasangan suami istri akan bergerak ke rumah sakit yang ada di Kota Kabanjahe Kabupaten Karo.
Setelah diberitahu ada dokter, maka Rahmadayanti kemudian di bawa ke ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) , dan dilakukan pemeriksaan luar.
Setelah dilihat sudah pecah ketuban, perawat yang kala itu sedang berjaga kemudian menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan USG. Namun, pemeriksaan itu dilakukan oleh dokter yang kala itu di sebut sedang melakukan operasi kepada pasien lain.
"Setelah kami tunggu sampai jam 12 malam ke atas, kata perawat nya besok aja di USG. Rawat inap aja dulu. Baru lah saya di bawa ke ruangan Mawar, " Jelasnya.
Setelah keesokan harinya tepatnya pada hari Minggu, Rahmadayanti tak kunjung mendapatkan perawatan dari pihak kedokteran. Malah menurut kata salah seorang perawat bahwa dokter pada hari Minggu tidak ada di rumah sakit.
"Rupanya pas hari minggu, enggak ada dokter. Besok lah pas hari senin, " Ucap Rahmadayanti menirukan ucapan perawat.
Dirinya pun mendesak perawat agar segera dilakukan pemeriksaan USG, namun perawat malah memarahi pasien.
"Katanya masih ada nomor antrian. Nanti lah tunggu nomor antriannya kosong. Aku kondisinya sudah lemas, tidak ada tenaga lagi. Jadi kami tanya, bagaimana ini. Lalu di bawa lah kami ke ruangan VK (kamar bersalin). Jadi karena sudah gak sanggup lagi, ku bilang lah, gak bisa kami di duluankan kak? . Lalu kata mereka, masih banyak pasien disitu. Lagian dokter cuma satu. Kalau kalian mau (cepat), kalian bilang lah sama dokternya, " Ungkapnya.
Hingga pada hari senin, sekitar pukul 4 sore, dirinya baru di bawa ke ruangan operasi untuk dikeluarkan bayi dari dalam perutnya. Namun naas, bayi dalam kandungannya sudah meninggal dunia.
Setelah dinyatakan meninggal dunia, pihak keluarga kemudian meminta bayi tersebut agar segera dilakukan prosesi pemakaman. Menurut Rahmadayanti, dirinya sampai sekarang belum mendapat keterangan resmi dari dokter terkait apa penyebab sang bayinya meninggal dunia.
"Belum ada diberitahu apa - apa. Katanya nanti dikasih tau, tapi sampai sekarang belum ada, " tutupnya.
(Cr7/tribun-medan.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.