Pemprov Jateng

Semangat 5Ng, Kader Kesehatan di Pemalang Antar-Jemput Pakai Motor Demi Selamatkan Bumil

Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng) yang diinisiasi Gubernur Ganjar Pranowo mampu menjadi api semangat para kader

Dok. Pemprov Jateng
Eva Surirowanti, seorang kader kesehatan di Desa Randudongkal, Kabupaten Pemalang. Ia rela harus door to door ke rumah warga untuk mendata dan memantau ibu hamil di desanya. 

TRIBUN-MEDAN.COM, PEMALANG - Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng) yang diinisiasi Gubernur Ganjar Pranowo mampu menjadi api semangat para kader kesehatan di tingkat desa untuk memantau dan mendampingi ibu hamil. Selain untuk menyelamatkan ibu dan bayi dari ancaman kematian, juga mencegah stunting.

Berbagai pengalaman dialami para kader kesehatan dalam mengaplikasikan program 5Ng di Jawa Tengah. Misalnya, Eva Surirowanti, seorang kader kesehatan di Desa Randudongkal, Kabupaten Pemalang.

Meski berusia 56 tahun, perempuan ini masih bersemangat mengabdi demi kemanusiaan dan penyelamatan generasi bangsa. Ia rela harus door to door ke rumah warga untuk mendata dan memantau ibu hamil di desanya. Dia juga mendampingi ibu hamil berkategori resiko tinggi pada masa usia hamil 8 bulan.

"Saya sangat salut dengan programnya Pak Ganjar yakni 5Ng. Sebagai kader kesehatan kami mendata, memantau untuk balita dan ibu hamil. Saya ajak dan bangun kesadaran warga untuk ikut posyandu," ujar Eva saat ditemui di posyandu Desa Randudongkal, Rabu (22/2/2023).

Pada akhir 2022, ia punya pengalaman mendampingi seorang ibu hamil resiko tinggi bernama Solihati. Ibu hamil yang ia dampingi tersebut memiliki tensi tinggi melebihi standar ibu hamil.

"Namanya Ibu Solihati yang berumur 40 tahun dan hamil anak ke empat. Setelah tahu masuk resiko tinggi, saya langsung berkoordinasi dengan bidan agar mendapat penanganan," lanjutnya.

Ia menuturkan, ibu hamil mempunyai resiko kematian yang tinggi jika tidak ditangani dengan baik dan benar. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemantauan dan pendampingan.

"Kalau resiko tinggi kami harus waspada dan harus sering koordinasi dengan bidan. Karena resiko tinggi bisa mengakibatkan meninggal," ungkapnya.

Berkat pemantauan dan pendampingan yang dilakukannya, Solihati melahirkan anak ke empatnya itu dengan selamat dan sehat.

"Alhamdulillah meski caesar lahir dengan selamat dan sehat baik ibu dan anaknya," kisahnya.

Pengalaman yang diceritakan oleh Eva, dibenarkan oleh Solihati. Beberapa bulan sebelum persalinan, ia harus mondar-mandir ke puskesmas untuk mengontrol kesehatannya didampingi oleh Eva.

"Iya karena saya tensi darah tinggi saat usia kehamilan 8 bulan. Saya terimakasih sudah didampingi Bu Kader dan mengantar ke puskesmas rutin memeriksakan diri," paparnya.

Pengalaman yang tak dapat ia lupakan ialah saat harus bolak-balik ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya. Ia diantar dan dijemput oleh Eva menggunakan sepeda motor.

"Iya, saya dijemput Bu Kader pakai motor diantar periksa. Kalau tidak diantar mungkin saya tidak bisa periksa," imbuhnya.

Selain mendapat penanganan, Solihati juga merasa lebih tenang dan tidak mempunyai kekhawatiran terhadap kesehatannya dan kesehatan bayi di kandungannya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved