Wakil Ketua APINDOSU: Indonesia Jadi Acuan Harga CPO Global Dapat Tingkatkan Trust dan Big Player

Wakil Ketua APINDOSU, Usli Sarsi mengatakan sebagai produsen terbesar dunia sudah selayaknya Indonesia dapat menjadi Acuan harga CPO dunia.

Tribun Medan/HO
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sumatera Utara (APINDOSU) Bidang Perkebunan dan Pertanian, Usli Sarsi mengatakan sebagai produsen terbesar dunia sudah selayaknya Indonesia dapat menjadi Acuan harga CPO dunia (Global). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Langkah pemerintah dan pelaku usaha sepakat membangun rujukan harga minyak sawit mentah atau CPO (crude palm oil) di pasar global melalui pengembangan bursa komoditas yang kredibel dan transparan di dalam negeri merupakan langkah tepat.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sumatera Utara (APINDOSU) Bidang Perkebunan dan Pertanian, Usli Sarsi mengatakan sebagai produsen terbesar dunia sudah selayaknya Indonesia dapat menjadi Acuan harga CPO dunia (Global). Selama ini ungkap Usli yang juga Direktur Utama PT Mahkota Group Tbk Indonesia masih menggunakan rujukan harga CPO dari Bursa Malaysia (MDEX) dan Bursa Rotterdam di Belanda. Dengan menggunakan bursa di luar negeri kadang memberikan dampak bagi keseimbangan penawaran dan permintaan di dalam negeri.

Harga CPO di dalam negeri sering dipermainkan, hal ini karena Indonesia, belum ada bursa komoditas yang mampu menggerakkan tiga fungsi yaitu price discovery (pembentukan harga), price reference (acuan harga) dan hedging (lindung nilai). Dengan Indonesia menjadi Acuan harga CPO dunia (Global) sangat banyak keuntungan yang diperoleh, salah satunya ketergantungan dengan negara lain sebagai penentu harga CPO global tentunya akan berkurang.

“Kita harus berdiri sejajar dengan negara-negara penghasil komoditi yang dapat menjadi penentu harga CPO dunia. Ini akan meningkatkan trust dan menjadi big player pada komoditi sawit,” sebutnya.

Menurut Usli, pemerintah harus melindungi harga sawit sehingga tidak merugikan petani. Sawit merupakan masa depan Indonesia. Banyak negara yang tidak menginginkan perkebunan sawit di Indonesia berkembang, ini dapat terlihat dari upaya negara-negara penghasil bunga matahari, kedelai mengkait-kaitkan sawit dengan kerusakan lingkungan. Padahal industri sawit dari hulu ke hilir ramah lingkungan. Pohon sawit semua dapat dimanfaatkan, begitu juga dengan limbah sawit dapat dioleh menjadi pupuk dan energi.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA
    Komentar

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved