Ramadan 1444 H

Mandi Pangir, Tradisi yang Sering Dilakukan Masyarakat Sumut di Bulan Ramadan, Ini Maknanya

Marpangir biasanya dilaksanakan satu hari sebelum puasa, sebagian masyarakat mengartikan kegiatan ini sebagai proses menyucikan diri

Penulis: Istiqomah Kaloko | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/MUHAMMAD NASRUL
Masyarakat membeli ramuan pangir untuk kebutuhan mandi dalam menyambut bulan suci Ramadhan, di pasar tradisional Kabanjahe, Rabu (22/3/2023). 

TRIBUN-MEDAN.com- Mandi Pangir atau Marpangir merupakan salah satu tradisi yang dilakukan umat Islam di Indonesia ketika akan menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadan.

Marpangir biasanya dilaksanakan satu hari sebelum puasa, sebagian masyarakat mengartikan kegiatan ini sebagai proses menyucikan diri menyambut bulan yang suci.

M.Zubeir Sipahutar, warga asli Sidempuan yang sedang berdomisili di Medan mengatakan mandi pangir  tersebut memang rutin dilaksanakan sebagian umat muslim disana (Sidempuan).

SEJUMLAH perajin yang berada di Dusun I, Desa Pondok Bungur, Kecamatan Rawang Panca Arga, Asahan tengah meracik pangir, Senin (20/4/2020). Usahan musiman pembuatan pangir ini telah berlangsung sejak puluhan tahun, secara turun temurun.
SEJUMLAH perajin yang berada di Dusun I, Desa Pondok Bungur, Kecamatan Rawang Panca Arga, Asahan tengah meracik pangir, Senin (20/4/2020). Usahan musiman pembuatan pangir ini telah berlangsung sejak puluhan tahun, secara turun temurun. (TRIBUN MEDAN/MUSTAQIM)

Ia bahkan mengatakan biasanya sekolah diliburkan dihari itu, dan masyarakatnya berbondong-bondong pergi ke pemandian untuk Marpangir bersama.

"Marpangir setiap tahun kami laksanakan, saya juga ikut. Sepengetahuan saya waktu saya tanya ke orangtua atau nenek, mereka bilang ini bagian dari tradisi ataupun peninggalan dari umat Hindu, karena umat Hindu sering mandi dengan bunga, setelah masuknya Islam ke Indonesia dia menyatu secara alami," jelasnya.

Marpangir itu artinya ramuan, jadi istilahnya mandi dengan ramuan, biasanya isinya bunga mawar, kenanga, daun pandan, jeruk purut, daun limau,sabut kelapa dan biasanya direbus, itulah nanti nya akan dibawa kepemandian.

Ia mengatakan ada dua cara untuk melaksanakan Marpangir, pertama melakukannya sendiri di rumah atau bergabung dengan masyarakat, mandi di pemandian.

"Kalau aku tiap tahun ke pemandian, karena sebagian besar momen ini juga dimanfaatkan untuk berekreasi bersama keluarga, sebelum mandi biasanya kami berdoa, kalau kita lihat dadi tradisi Hindu marpangir ini dipercaya untuk menghapus dosa, tapi kalai kami masyarakat mandailing tidak seperti itu, bisa dibilang ini adalah bentuk antusias dan kesenangan kami menyambut Ramadhan, kami menganggap bulan Ramadhan itu suci, maka dengan menyambutnya, kami juga bersuci," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Marpangir dilakukan bukan semata-mata untuk mengapuskan dosa, namun untuk lebih membuat badan jadi wangi dan lebih bersih.

"Biasanya selepas kita Marpangir badan lebih frees karena wangi," katanya.

Masyarakat membeli ramuan pangir untuk kebutuhan mandi dalam menyambut bulan suci Ramadhan, di pasar tradisional Kabanjahe, Rabu (22/3/2023).
Masyarakat membeli ramuan pangir untuk kebutuhan mandi dalam menyambut bulan suci Ramadhan, di pasar tradisional Kabanjahe, Rabu (22/3/2023). (TRIBUN MEDAN/MUHAMMAD NASRUL)

Ketua PDP Muhammadiyah Medan Eka Putra Zakran, SH mengatakan bahwa tidak adanya anjuran ataupun tuntunan dalam ajaran Islam untuk Marpangir.

"Masalah Mandi Bunga atau Marpangir dalam Ramadhan, menurut Syariat Islam tidak ada anjuran dan tuntunannya. Jika ada yg mandi bunga atau Marpangir ini hanya kebiasaan lama (tradisonal) saja dari para leluhurnya.

Menurut saya mandi pangir tidak pas dikerjakan dalam menyambut Ramadhan. Silahkan mandi bunga atau marpangir agar tubuh wangi, tapi tidak diperuntukkan untuk kenyambut ramadhan, kalau untuk menyambut ramadhan, mandi bunga atau pangir ini tentu menjadi perbuatan yang sia-sia dan tak bernilai apa-apa," katanya.

Sebaliknya, ia mengatakan persiapannya dan keluarga dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan yaitu pertama persiapan Mental, agar lebih kuat semangat dan sabar dalam menjalankan ibadah puasa pada siang hari dan Qiamul lail pada malamnya, kedua persiapan spritual, bahwa tugas manusia dihapan Tuhannya adalah untuk beribadah dan bertakwa kepada-Nya, persiapan ketiga yaitu memperbanyak infak dan sedekah termasuk membayar Zakat di akhir bulan Ramadan untuk mensucikan diri kembali ke fitraNya.

"Pandangan Islam tentang Marpangir jelas tidak berdasar, tidak ada ajaran atau tuntunannya. Artinya jelas mandi bunga atau pangir ini adalah kebiasaan budaya yg berakar dari ajaran Hindu dan sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam. Soal halal haramnya tergantung niatnya, kalau niatnya untuk mandi biasa untuk tentu saja boleh. Tapi kalau mandi pangir dilakukan untuk menyambut Ramadhan jelas itu Haram sebab tidak ada tuntunannya," katanya.

Pembina Ad-Dakwah SUMUT, Dr. Khairul Mufti Rambe, M.H.I mengatakan Bulan ramadan adalah bulan kesempatan bagi setiap hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketakwaan, dikarenakan bulan ini memiliki berbagai keutamaan atau manfaat.

"Yang perlu dipersiapkan itu Pertama berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala, sebagaimana yang dicontohkan para ulama salafusshalih.

Kedua menuntaskan puasa tahun lalu, saat ada yang tertinggal disebabkan karena alasan yg syar'i, Ketiga, persiapan keilmuan (memahami fikih puasa).

Kempat, persiapan jiwa dan spiritual, yaitu dengan upaya saling memaafkan antara satu dengan yang lain,"

Mengenai Mandi bunga atau Marpangir, Khairul mengatakan bahwa hal tersebut sebuah budaya yg dilakukan oleh para leluhur, dengan tujuan agar disaat malam menjelang shalat tarawih, badan terasa bersih dan wangi.

"Dalam Islam tidak terdapat dalil yang Qat'i (tegas) mengenai mandi pangir. Hanya saja dalam kutipan hadits Nabi SAW menegaskan " Sesungguhnya Allah itu baik, mencintai kebaikan. Bersih mencintai kebersihan.” (H.R. Tirmizi)," tuturnya

Ia juga mengayakan dalam pandangan Islam mengenai mandi pangir adalah hal yang diperbolehkan. Tapi jangan sampai seorang muslim menjadikan tradisi tersebut sebagai rukun dalam pelaksanaan puasa.

"Saya pribadi pernah melakukan mandi pangir, dan mulai saya lakukan sejak berumur 17 tahun dan tidak rutin. Jika sempat waktunya saya lakukan, jika tidak sempat hanya sekedar mandi biasa saja," katanya.

(*/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved