Contoh Soal SNBT 2023

Mau Masuk Universitas Lampung? Berikut Contoh Soal SNBT 2023 Literasi Bahasa Indonesia

Sebelum memilih kuliah di Universitas Lampung, ada baiknya Anda menyiapkan beberapa soal latihan.

Penulis: Rizky Aisyah |
HO / TRIBUN
Mau Masuk Universitas Lampung? Berikut Contoh Soal SNBT 2023 Literasi Bahasa Indonesia 

TRIBUN-MEDAN.COM - SNBT 2023 akan dilaksanakan pada 8-14 Mei 2023 untuk Gelombang I dan 22-23 Mei 2023 untuk Gelombang II.

Sebaiknya persiapan dimulai dari sekarang sebelum SNBT 2023 berlangsung di bulan Mei.

Universitas Lampung merupakan salah satu kampus negeri Indonesia yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan SNBT 2023.

Sebelum memilih kuliah di Universitas Lampung, ada baiknya Anda menyiapkan beberapa soal latihan.

Soal yang diujikan dalam SNBT 2023 terdiri dari Tes Potensi Akademik, Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, serta Penalaran Matematika.

Berikut beberapa contoh soal SNBT 2023 dengan bahan yang bisa dipelajari di rumah.

Contoh Soal Literasi Bahasa Indonesia

Teks untuk nomor 1-2

Galaktosa adalah salah satu jenis gula yang terdapat di dalam susu, baik ASI maupun susu formula. Pada kondisi normal, galaktosa akan dicerna oleh tubuh dan diubah menjadi energi. Akan tetapi, pada penderita galaktosemia, tubuh tidak dapat mencerna galaktosa sehingga zat tersebut menumpuk di dalam darah. Jika menumpuk dalam darah, galaktosa dapat mengalir ke organ-organ tubuh, seperti ginjal dan hati. Galaktosa yang mengalir ke organ tubuh akan diubah menjadi galaktitol, yaitu salah satu zat yang beracun bagi tubuh. Akibatnya, organ tubuh dapat mengalami kerusakan.

Galaktosemia (galactosemia) tergolong penyakit langka yang terjadi pada sekitar 1 dari 48.000 bayi di seluruh dunia. Galaktosemia disebabkan oleh perubahan atau mutasi pada gen GALT, GALK1, dan GALE. Gen-gen tersebut berfungsi untuk membentuk enzim galaktokinase yang mengubah galaktosa menjadi energi. Mutasi menyebabkan gen-gen tersebut hanya dapat memproduksi sedikit enzim galaktokinase. Akibatnya, tubuh tidak dapat mencerna galaktosa dengan baik. Galaktosemia diturunkan dari orang tua kepada anak dalam pola penurunan autosomal recessive. Jika kedua orang tua memiliki gen galaktosemia, risiko anaknya menderita galaktosemia adalah sebesar 25 persen pada setiap kehamilan. Meskipun galaktosemia dapat berakibat fatal, bayi yang terlahir dengan kondisi ini dapat hidup normal jika segera diberikan penanganan yang tepat.

1. Makna paling tepat kata galaktosemia dalam bacaan adalah ….

A. Bayi dengan kondisi yang tidak dapat minum baik ASI maupun susu formula.

B. Penyakit keturunan yang menyebabkan tubuh tidak dapat mencerna galaktosa

C. Galaktosa yang menumpuk dalam darah dan mengalir ke organ-organ tubuh yang vital

D. Tubuh tidak dapat mencerna galaktosa sehingga zat tersebut menumpuk di dalam darah

E. Galaktosa yang mengalir ke tubuh menjadi galaktitol sebagai zat yang beracun bagi tubuh

Jawaban: B

2. Pernyataan berikut ini yang merupakan penjelas yang tepat atas pernyataan tersebut adalah ….

A. Galaktosemia disebabkan oleh perubahan atau mutasi pada gen GALT, GALK1, dan GALE.

B. Gen-gen yang berfungsi untuk membentuk enzim galaktokinase yang mengubah galaktosa menjadi energi

C. Mutasi yang menyebabkan gen-gen tersebut hanya dapat memproduksi sedikit enzim galaktokinase

D. Galaktosemia diturunkan dari orang tua kepada anak dalam pola penurunan autosomal recessive.

E. Bayi dengan galaktosemia dapat hidup normal jika segera diberikan penanganan yang tepat

Jawaban: D

Teks untuk nomor 3-4

“Kamu sudah bijaksana; tapi kamu bukan anak biasa. Jutaan anak biasa di luar sana nggak sebijak kamu, dan mungkin saja membuat pilihan yang salah. Dan, kalau kesalahan dia, atau kesalahan kamu, menyakiti salah satu dari kalian, bisa saja itu membekas dan berdampak parah. Luka dari masa kecil itu lebih sulit disembuhkan daripada yang kamu dapat setelah dewasa.”

Aku mengangkat bahu. “Yang kubilang barusan adalah perspektif umum orang dewasa. Tapi, kamu yang menentukan apa yang mau kamu lakukan. Aku nggak kenal anak ini. Tapi, sebagai orang yang sayang kamu, aku akan otomatis menganggap kalau nggak ada anak yang sepadan untuk kamu.”

Suki mengernyit. “Jadi, menurut kamu, aku harus bilang nggak?”

“Nggak juga. Kalau kamu mau coba, silakan saja. Tapi, kamu harus tahu kalau nggak ada orang lain yang bisa menanggung risiko dari perbuatan yang kamu pilih. Jadi, anak kecil nggak akan memberikanmu pengecualian.”

"Jadi ... kamu nggak memberi nasihat apa-apa?” tanya Suki.

Aku tertawa dan menggeleng. “Nggak. Menurutku, anak-anak harus dididik untuk belajar mengambil keputusan dan menanggung hasilnya. Tapi, kamu bukan anak biasa. Kamu sudah terbiasa menghadapi keputusan sulit. Tapi kalau nasihat, aku punya satu.

“Sejauh ini, kamu selalu mendasarkannya pada kebutuhan orang—pindah ke sini untuk menemani Abel, pindah ke Jepang untuk keluarga ibumu .... Aku mau, untuk keputusan yang ini, pikirkan diri sendiri. Ambil keputusan berdasarkan keinginanmu, bukan apa yang diminta anak itu.

“Mungkin ini bukan waktunya lagi kamu belajar mengambil keputusan, tapi untuk membedakan jenis keputusan mana yang harus diambil berdasarkan kebutuhan orang, dan mana yang harus diambil berdasarkan kebutuhan kamu.” Aku tersenyum dan mengusap rambutnya lagi.

3. Tema kutipan novel tersebut adalah ….

A. Cara pandang seseorang terhadap orang lain dalam bersikap dan memahami sebuah keputusan

B. Pergolakan batin seseorang dalam menghadapi pendapat dan opini orang lain

C. Kepastian dan keteguhan prinsip dalam menghadapi beragam peristiwa yang terjadi

D. Keputusan akhir tentang cara menjalani hidup menjadi tanggung jawab diri sendiri

E. Anak-anak harus dididik sejak dini untuk terbiasa mengambil keputusan dan menanggung hasilnya

Jawaban: D

4. Pernyataan berikut yang mencerminkan ketegasan dalam memegang prinsip hidup yang muncul dalam kutipan novel tersebut adalah ….

A. “Dan, kalau kesalahan dia, atau kesalahan kamu, menyakiti salah satu dari kalian, bisa saja itu membekas dan berdampak parah”

B. “Tapi, sebagai orang yang sayang kamu, aku akan otomatis menganggap kalau nggak ada anak yang sepadan untuk kamu”

C. “Tapi, kamu harus tahu kalau nggak ada orang lain yang bisa menanggung risiko dari perbuatan yang kamu pilih”

D. “Menurutku, anak-anak harus dididik untuk belajar mengambil keputusan dan menanggung hasilnya”

E. “Aku mau, untuk keputusan yang ini, pikirkan diri sendiri. Ambil keputusan berdasarkan keinginanmu, bukan apa yang diminta anak itu”

Jawaban: C

Teks untuk menjawab pernyataan nomor 5-9

Devide et impera menjadi salah satu senjata kongsi dagang Belanda (VOC) untuk menguasai Nusantara. Istilah ini berasal dari bahasa Spanyol yang kurang lebih artinya ‘belah dan kuasai’. Istilah ini merujuk pada sebuah strategi perang yang dikombinasikan dengan politik, ekonomi, dan sosial untuk menguasai sebuah wilayah atau kelompok. Cara ini bahkan dijadikan kebiasaan oleh VOC dalam hal politik, militer, dan ekonomi untuk melestarikan penjajahannya di Indonesia. Orientasinya adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menaklukkan raja-raja di Nusantara. Misalnya dalam kasus Kerajaan Mataram, posisinya semakin melemah karena terbagi menjadi empat wilayah terpisah.

Dalam konteks lain, devide et impera juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Kondisi ini terasa sekali ketika kita didera pandemi Covid-19. Kita tak sadar bahwa pro kontra terhadap sebuah kebijakan publik misalnya, justru memperoleh panggung daripada upaya bersama untuk keluar dari pandemi ini. Kondisi di masyarakat saat itu seperti terkena “politik belah dan kuasai”. Ego “siapa kami” lebih mengemuka dibandingkan “inilah kita!”.

Media sosial menjadi ajang untuk mengaduk-aduk jejak digital masa kelam. Lantas, langkah yang sudah mulai ke depan kembali mundur. Upaya untuk membentuk imunitas komunal pun memperoleh hambatan justru di pusat kasus. Misalnya, hasil survei mencatat persentase warga DKI Jakarta yang menolak vaksinasi Covid-19 paling tinggi di Indonesia, yakni 33 persen. Kita patut merenungkan ucapan ahli virus, Faheem Younus, “Orang yang terpecah tidak bisa menang melawan virus yang bersatu.”

5. Kongsi dagang Pemerintah Belanda menggunakan siasat devide et impera untuk menguasai wilayah di Nusantara.

A. Benar

B. Salah

Jawaban: A

6. Kerajaan Mataram terbagi menjadi empat wilayah yang terpisah-pisah karena adanya perluasan daerah kekuasaan

A. Benar

B. Salah

Jawaban: B

7. Sikap pro dan kontra terhadap sebuah kebijakan publik mempengaruhi semangat kebersamaan dalam menghadapi pandemi.

A. Benar

B. Salah

Jawaban: A

8. Persentase tertinggi warga masyarakat yang menolak vaksinasi justru terjadi pada wilayah yang merupakan pusat kasus.

A. Benar

B. Salah

Jawaban: A

9. Sikap bersama dalam menyikapi kebijakan publik memperoleh ruang dan ekspose yang luas dalam menghadapi pandemi.

A. Benar

B. Salah

Jawaban: B

(cr30/tribun-medan.com)

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved