Puasa di Negeri Orang
Pelajar Asal Tapsel Ini Kaget Melihat Menu Buka Puasa di Kazakhstan, Makan Daging Kuda Rebus
Selama puasa Daya mengaku, tidak mengalami kesulitan. Hanya shock mengalami kultur yang sedikit berbeda.
Penulis: Anisa Rahmadani |
Selama puasa Daya mengaku, tidak mengalami kesulitan. Hanya shock mengalami kultur yang sedikit berbeda.
"Karena aku anak asrama, jadi kemarin sempat ngadain buka puasa di luar. Namun masih sedikit kesulitan mencari tempat solat untuk umum. Meskipun mayoritas di sini islam, tapi mereka kurang religius. Mungkin masih pahamnya radikal kali ya," terangnya.
Meski puasa selama 13,5 jam, Daya mengatakan tidak terlalu berat untuk dijalani. "Karena ini masuk musim winter gitu jadi masih enak untuk puasa disini," ucap pelajar kelahiran 2004.
Pelajar asli Kecamatan Batang Toru ini mengaku tidak pernah membeli makanan melalui ojek online.
"Kalau ojek online ada, cuman karena mahasiswa jadi harus hemat. Makanya setiap sahur dan buka selalu masak," jelasnya.
Daya juga memberikan tips agar ramadan tetap indah di luar negeri untuk para pelajar. "Sering-sering ngumpul sama teman dan jangan lupa baca Al-Quran," jelasnya.
(cr5/tribun-medan.com)
2 Tahun Jalani Puasa di Negeri Sakura, Shobron Mengaku Hampa, Tak Merasakan Vibes Ramadan |
![]() |
---|
Jadi Minoritas dan Jalani Ibadah Puasa Penuh Tantangan, Dona Rindu Tanah Air |
![]() |
---|
Tahun Pertama Puasa di Amsterdam, Hani Rindu Salat Tarawih dan Buat Sop Buah Bareng Ibu |
![]() |
---|
8 Tahun di Malaysia, Dewi Sonita Rindu Rasakan Puasa di Kampung Halaman |
![]() |
---|
Cerita Puti Novianti, Pekerja Asal Medan di Jepang, Rindu Suara Azan Saat Ramadan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.