Viral Medsos
TERKAIT Penyerangan Mapolres Jeneponto, Pangdam: Bukan Dilakukan Anggota TNI, Tapi. . .
Penyerangan Markas Polres Jeneponto, Sulawesi Selatan, menyebabkan kerusakan dan seorang anggota polisi mengalami luka karena tertembak.
TRIBUN-MEDAN.COM - Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XIV/Hasanuddin Mayor Jenderal Totok Imam Santoso membantah penyerangan di Markas Polres Jeneponto dilakukan anggota TNI.
Dia mengakui bahwa sebelumnya memang terjadi pengeroyokan terhadap dua anggota TNI yang dilakukan oknum anggota Satreskrim Polres Jeneponto, tetapi persoalan tersebut sudah diselesaikan.
”Sejauh ini kami sepakat dengan polda bahwa penyerangan itu dilakukan oleh orang tidak dikenal. Namun, siapa penyerangnya, masih diselidiki oleh tim. Kita tunggu hasilnya. Kalau memang melibatkan anggota TNI, akan kami proses dan kami akan transparan mengungkap hasilnya,” kata Totok dalam jumpa pers di Markas Kodam XIV/Hasanuddin, di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (27/4/2023) malam.
Jumpa pers itu dihadiri juga oleh Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulsel Inspektur Jenderal Setyo Boedi Moempoeni dan jajaran pejabat TNI dan Polri.

Jumpa pers ini dilakukan untuk menjawab peristiwa penyerangan Markas Polres Jeneponto pada Kamis sekitar pukul 01.45 Wita.
Dalam informasi yang diperoleh, sekitar 100 orang mendatangi Mapolres Jeneponto dan melempari sejumlah ruangan menggunakan batu dan bom molotov.
Lemparan ini di antaranya mengenai ruangan Propam Polres Jeneponto dan tempat ibadah di area polres.
Selain itu, sejumlah ruangan lain di dalam polres juga terkena lemparan batu.
Berdasarkan informasi, beberapa kali terdengar suara tembakan.
Selain kerusakan bangunan polres dan sebuah kendaraan, seorang polisi juga luka terkena tembakan.
Saat ini korban dirawat dan sudah menjalani operasi.
Peristiwa penyerangan ini disebut terkait kejadian sehari sebelumnya pada Rabu (26/4/2023) sekitar pukul 02.30 Wita ketika anggota TNI dikeroyok oleh oknum Satreskrim Polres Jeneponto.
Keduanya adalah Prajurit Satu Irsan dari Satuan Yonif 500 Sikatan Kodam V/Brawijaya dan Prajurit Dua Amran Faisal dari Satuan Denpal 1 Kodam XIII/Merdeka.
Pengeroyokan dilakukan di sebuah warung makan di batas kota Jeneponto.
Penyebab aksi pengeroyokan karena oknum anggota Polres Jeneponto menuding kedua anggota TNI ini hanya mengaku-ngaku sebagai anggota TNI.

Sebelum pengeroyokan ini, sebuah peristiwa lain juga terjadi, yakni mobil truk Dalmas milik Polres Jeneponto ditemukan hangus terbakar di Kecamatan Binamu, Jeneponto.
Pihak Polda Sulsel belum mengonfirmasi apakah peristiwa ini juga terkait dengan pengeroyokan ataupun penyerangan.
Pascakejadian itu, Kapolda Sulsel Irjen Setyo Boedi Moempoeni meninjau langsung kondisi di Polres Jeneponto.
Kedatangan Setyo bersama Tim Reserse Kriminal dan Laboratorium Forensik untuk mendata kerusakan sekaligus melakukan olah tempat terjadinya perkara.
”Kami melakukan penyelidikan terkait peristiwa penyerangan ini. Saat ini tim sedang bekerja. Terkait anggota yang luka tembak, kami juga menunggu laporan hasil uji balistik. Intinya kami sedang menyelidiki peristiwa ini. Soal kendaraan yang hangus terbakar juga masih diselidiki. Saya juga sudah mengingatkan seluruh anggota agar tidak reaktif menyikapi masalah ini,” tutur Setyo.
Perselisihan yang diduga melibatkan anggota TNI dan Polri di Sulsel juga terjadi pada Ramadhan lalu.
Bermula saat seorang oknum TNI terlibat cekcok dan dipukul oleh anggota polisi.
Kejadian ini berbuntut penyerangan dan perusakan sejumlah pos polisi di Makassar pada 14 April 2023.
Petinggi kedua institusi pun sudah bertemu dan menyatakan persoalan ini selesai.
Namun, peristiwa pengeroyokan anggota TNI dan penyerangan Polres Jeneponto terjadi.
”Intinya siapa pun yang terlibat dan salah harus meminta maaf dan menjalani proses hukum. Namun, yang tidak salah jangan disalah-salahkan,” kata Pangdam XIV/Hasanuddin Mayor Jenderal Totok Imam Santoso.
Baca juga: Sudah Ada 3 Kali Penyerangan ke Markas Polisi Sejak Irjen Setyo Boedi Jabat Kapolda Sulawesi Selatan
Pesan Tito Karnavian: Soliditas TNI dan Polri Diperkuat
Mengingat pesan Jenderal (Pol) Tito Karnavian pada Senin (2/4/2018) lalu yang kala itu menjabat sebagai Kapolri berpesan kepada 2.500 prajurit TNI dan Polri se-Jawa Tengah di Akademi Kepolisian, Kota Semarang, agar TNI dan Polri terus menunjukkan soliditas dan sinergitasnya.
”Kunci stabilitas keamanan dan politik di Indonesia adalah pada soliditas TNI dan Polri serta dukungan masyarakat,"ujarnya.
"Dengan mengambil prinsip ini, Panglima TNI dan saya sepakat untuk terus menyosialisasikan soliditas dan netralitas anggota Polri dan TNI hingga ke bawah,” terang Tito kala itu.
Menurut Tito, dirinya dan Panglima TNI juga memberikan pengarahan kepada prajurit Polri dan TNI di sejumlah daerah agar dilanjutkan juga ke sejumlah daerah lain. "Saat TNI-Polri solid dan posisinya netral, Indonesia tidak perlu menjadi kekhawatiran,"pungkasnya.
Hal senada disampaikan Hadi Tjahjanto yang saat itu menjabat Panglima TNI menekankan agar tetap menjaga soliditas dan sinergitas TNI-Polri.
"Jika semuanya berjalan seperti diharapkan, lancar, aman, dan damai, lanjut Hadi, masyarakat, termasuk para pelaku usaha, tidak akan khawatir terkait dengan stabilitas keamanan negara," ujarnya.
Soliditas dan sinergitas TNI dan Polri, kata Hadi, sesuai dengan nota kesepahaman TNI dan Polri yang sudah ditandatangani.
”TNI akan mendukung langkah-langkah Polri dalam berdemokrasi. Namun, harus ada satu komando dari atas, yaitu dari Panglima TNI dan Kapolri."
"Jika satu komando, sampai ke satuan paling bawah, diharapkan ada pola pikir dan tindak yang sama untuk menjaga kamtibmas,”papar Hadi kala itu.
(*/tribun-medan.com)
Artikel telah tayang di Kompas.Id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.