Idul Adha 2023

Rendahnya Ketinggian Hilal dan Faktor Cuaca, Satu Dzulhijjah di Kota Medan Tidak Terlihat

Tim Observatorium Ilmu Falak (OIF) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) melaksanakan pengamatan hilal untuk awal Dzulhijjah 1444 Hijriyah

TRIBUN MEDAN/HO
Pemantauan Hilal awal Dzulhijjah di OIF UMSU. 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Tim Observatorium Ilmu Falak (OIF) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) melaksanakan pengamatan hilal untuk awal Dzulhijjah 1444 Hijriyah, hari ini, Minggu (18/6/2023).

"Kami dari tim IOF UMSU, melakukan pemantauan hilal penentuan 1 Dzulhijah 1444 H/2023 M atau Hari Raya Idul Adha. Menggunakan 1 teleskop yang sudah kita sediakan, Bresser 152," ujar Kepala OIF UMSU Arwin Juli Rakhmadi Butar-butar.

Dari hasil pantauan tersebut Arwin mengatakan ketinggian hilal relatif rendah, yakni hanya 1 derajat 45 menit.

"Kali ini fenomena ketinggian hilal relatif rendah, yaitu sekitar 1 derajat 45 menit, sehingga secara praktek kita selama ini, bahkan secara pengalaman, pengamal atau pengamat hilal di seluruh Indonesia bahkan dunia, dengan hilal yang sedemikian itu rasa rasanya sangat sulit teramati," jelasnya.

Warga mengantre keluar masjid seusai melaksanakan salat Iduladha 1442 Hijriah, di Masjid Raya, Medan, Selasa (20/7/2021). Masjid Raya menggelar Salat Idul Adha berjamaah di tengah pandemi Covid-19 dengan memperketat protokol kesehatan, seperti penyemprotan disinfektan, mencuci tangan sebelum masuk masjid, menjaga jarak, membawa sajadah sendiri dan mengenakan masker.
Warga mengantre keluar masjid seusai melaksanakan salat Iduladha 1442 Hijriah, di Masjid Raya, Medan, Selasa (20/7/2021). Masjid Raya menggelar Salat Idul Adha berjamaah di tengah pandemi Covid-19 dengan memperketat protokol kesehatan, seperti penyemprotan disinfektan, mencuci tangan sebelum masuk masjid, menjaga jarak, membawa sajadah sendiri dan mengenakan masker. (TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR)

Kemudian, dijelaskannya kendala pemantauan hilal tahun ini, tidak jauh berbeda dengan pemantauan hilal pementuan Syawal dan Ramadan beberapa bulan lalu, yakni terkendala faktor cuaca yang cukup buruk di Medan.

"Terkait dengan kendala, sama seperti yang kita alami di bulan bulan sebelumnya dalam pengamatan hilal, terutama yakni cuaca ataupun awan," ungkapnya.

Dimana, langit disepanjang tahun ini relatif berawan, meskipun tidak 100 persen.

"Kalau kita lihat belakangan ini, hampir sepanjang tahun bisa dikatakan walaupun tidak 100 persen namun relatif selalu tertutup awan. Sehingga ini dalam prakteknya sangat mengganggu dan menyulitkan pengamatan hilal," tambahnya.

Pada praktenya, pemantauan hilal di sore hari ini, cukup sulit teramati, baik itu secara kasat mata ataupun menggunakan teleskop.

"Tetapi sekali lagi, terkhusus untuk sore hari ini, faktornya selain awan yang sedemikian itu, sekali lagi karena rendahnya posisi hilal, tipisnya keberadaan hilal, untuk teramati secara kasat mata ataupun menggunakan teleskop, relatif sulit," pungkasnya.

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved