Berita Internasional

Dilecehkan Pacarnya hingga Aborsi karena Ketahuan Tak Perawan Lagi, Mahasiswi Putuskan Akhiri Hidup

Gadis itu diketahui dianiaya secara psikologis oleh pacarnya dalam waktu yang lama hanya karena ia sudah tidak perawan lagi.

HO
Gadis akhiri hidup seusai dianiaya secara psikologis oleh pacarnya 

TRIBUN-MEDAN.com – Ketika seseorang sudah tak tahan lagi karena diperlakukan semena-mena, maka tak menutup kemungkinan ia akan melakukan hal yang tak seharusnya seperti yang dilakukan gadis bunuh diri usai dianiaya secara psikologis oleh pacarnya.

Kasus gadis bunuh diri usai dianiaya secara psikologis oleh pacarnya itu seketika menggemparkan warga Tiongkok pada penghujung tahun 2019 dan awal tahun 2020.

Dikutip tribun-medan.com dari eva.vn, gadis bunuh diri usai dianiaya secara psikologis oleh pacarnya itu adalah mahasiswi Universitas Peking.

Gadis itu diketahui dianiaya secara psikologis oleh pacarnya dalam waktu yang lama hanya karena ia sudah tidak perawan lagi.

Kisah ini tak henti-hentinya diperbincangkan oleh netizen, sekaligus membuka perbincangan tentang kesehatan mental antar pasangan.

Secara khusus, siswi Bao Li (nama diubah) mencoba bunuh diri pada tanggal 9 Oktober 2019 dengan overdosis obat yang digunakan untuk mengobati mabuk perjalanan.

Pada bulan November tahun yang sama, dokter menyatakan otak Bao Li mati dan meninggal dunia.

Setelah kematian Bao Li, pacarnya, Mou Linhan diketahui telah melakukan pelecehan mental terhadap pacarnya.

Bukti percakapan pasangan tersebut di jejaring sosial WeChat membuktikan hal itu.

Mou Linhan juga seorang mahasiswa di Universitas Peking.

Ia adalah presiden Persatuan Siswa sekolah pada tahun 2017 dan Bao Li adalah presiden Asosiasi Seni Universitas Peking.

Mou Linhan jatuh cinta pada Bao Li pada pertemuan pertama mereka, ia memuji penampilannya yang cantik.

Pasangan itu masih bahagia sampai suatu hari Mou Linhan mengetahui bahwa Bao Li sudah tidak perawan lagi.

Sejak saat itu, sikap Mou Linhan berubah dan mulai melakukan semua penyimpangan.

Ia meminta pacarnya untuk mengambil foto telanjang, berhubungan seks dengannya sampai  hamil lalu memaksanya melakukan aborsi, diikuti dengan memberikan catatan medisnya dan sterilisasi paksa.

Ibu Bao Li mengatakan Mou Linhan sangat marah saat mengetahui pacarnya memiliki pengalaman berhubungan seks dan tidak perawan sebelum mereka bertemu.

Namun meskipun demikian, ia tetap tidak ingin mengakhiri hubungan mereka tetapi menggunakan hal itu untuk menyiksa psikologi Bao Li.

Pada Desember 2019, tangkapan layar percakapan Bao Li dan Mou Linhan tersebar luas di jejaring sosial WeChat.

Dalam gambar-gambar ini, Bao Li terlihat memanggil pacarnya "tuan" atau "bayi", sementara Mou Linhan memanggil pacarnya "anjing" atau "ibu".

Percakapan tersebut mengungkapkan banyak pelecehan psikologis yang dialami Bao Li sebelum kepergiannya.

Ia dihina dan dipermalukan oleh pacarnya, bahkan dipaksa oleh pacarnya untuk berlutut dan menampar wajahnya sendiri.

Saat bertengkar, Mou Linhan memaksa pacarnya untuk mengatakan: "Kamu adalah anjingku" dan Bao Li setuju untuk melakukannya.

Di lain waktu, Mou Linhan mengirim pesan: "Bukankah kamu berjanji padaku bahwa jika kamu meninggalkanku, kamu akan mati?".

Kemudian Bao Li memotong pergelangan tangannya di asramanya, tapi ia tidak berhasil dan terluka parah.

Perlakuan pacarnya membuat Bao Li sangat terluka, frustasi dan takut.

Ia disiksa secara mental dan diasumsikan bahwa sebagai seorang gadis yang tidak lagi perawan ia sangat memalukan dan tidak lagi memiliki harga diri.

Oleh karena itu, ia takut jika ia putus dengan Mou Linhan, tidak akan ada yang akan menerimanya lagi.

"Kamu luar biasa, tapi kamu hanya sampah", ini adalah pesan teks terakhir yang dikirimkan Mou Linhan kepada Bao Li sebelum siswi itu memutuskan untuk bunuh diri.

Sebelum bunuh diri, Bao Li menulis di jejaring sosial: "Hidupku bergantung pada Tuhan, bukan padaku."

Setelah Bao Li dipastikan meninggal karena kematian otak, Mou Linhan tetap bersikeras bahwa kematian pacarnya tidak ada hubungannya dengan dia.

Mou Linhan mengatakan bahwa ketika ia tidak dapat lagi menghubungi Bao Li, dia juga dengan bersemangat mencarinya.

Namun, perkataan dan pesan antara Mou Linhan dan Bao Li membuktikan kebohonganya.

Setelah kejadian ini, keluarga korban Bao Li memutuskan untuk mengajukan gugatan terhadap Mou Linhan.

Setelah menyelesaikan penyelidikan, Kejaksaan Rakyat Beijing mengajukan dakwaan publik terhadap Mou Linhan atas pelecehan dan penganiayaan.

(cr32/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved