Pengakuan Akhmad Yasyir Ridho Loebis, Jadi Anggota DPRD Sumut Bermodal Pergaulan

Anggota DPRD Sumut dari Fraksi Golkar, Akhmad Yasyir Ridho Loebis menyampaikan modalnya jadi anggota legislatif bukan uang.

Editor: Jefri Susetio
TRIBUNMEDAN.COM/Jefri Susetio
Anggota DPRD Sumut dari Fraksi Golkar, Akhmad Yasyir Ridho Loebis menyampaikan modalnya jadi anggota legislatif bukan uang. Tapi, hanya bermodalkan pergaulan. 

TRIBUNMEDAN.COM, MEDAN - Anggota DPRD Sumut dari Fraksi Golkar, Akhmad Yasyir Ridho Loebis menyampaikan modalnya jadi anggota legislatif bukan uang. Tapi, hanya bermodalkan pergaulan.

Apalagi, ia bukan anak yang terlahir sebagai anak orang kaya dan mengawali karier politiknya melalui proses yang panjang. Seperti menjadi Ketua KNPI Sumut selama tujuh tahun.

Menurutnya, terpilih sebagai anggota DPRD Sumut modal uang bukan segala-galanya.

Baca juga: Akhmad Yasyir Ridho Loebis Pengin Lahirkan Anak Idologis Sebelum Pensiun dari Dunia Politik

 

Akan tetapi, kunci suksesnya adalah pergaulan serta mempunyai orang-orang yang berjuang mencari simpati rakyat.

Pernyataan itu ia sampaikan saat wawancara eksklusif dalam program Jumpa Tengah bersama Manager Liputan Tribun Medan/Tribun-Medan.com, Tengku Agus Khaidir.

Berikut rangkuman wawancara eksklusif dalam program Jumpa Tengah di studio-1 Harian Tribun Medan/Tribun-Medan.com, Jumat (4/8/2023).

TRIBUN: Saya dengar Abang sempat memutuskan ingin pensiun dari dunia politik. Apakah sudah jenuh dan lelah atau punya target lain?

Yasyir: Lelah dan lain lain. Tapi banyak kawan yang masih pengin menganjurkan saya tetap bertahap. Apalagi diketahui bersama saya jadi anggota DPRD ini bukan bermodalkan uang.

Saya ini sesungguhnya orang tidak punya, kaum marginal, wong cilik dan proletar. Saya ini bagian dari kelompok marginal yang pengin jadi anggota parlemen.

Saya sudah buktikan bisa menjadi anggota DPRD Sumut selama dua periode. Hari ini mungkin kawan-kawan tidak mengizinkan saya pensiun dulu untuk membuktikan bisa menjadi anggota DPR RI dengan modal yang minim.

Tetapi saya punya modal yang besar selain uang. Apa itu? Manusia. Sumber daya manusia. Saya punya sumber daya manusia yang bisa berjuang. Dan, saya juga punya "otak" punya sedikit kapasitas intelektual.

Kapasitas intelektual yang saya miliki meski sedikit ini membuat saya percaya diri untuk berdiskusi dengan masyarakat. Saya bisa lebih mudah yakinkan masyarakat. Bukan sekadar datang pamer mobil mewah saja.

Semua orang bisa datang bertemu masyarakat dengan modal mobil mewah. Tapi kalau mereka bisa program dengan masyarakat dan berdiskusi belum tentu.

Dan, saya yakin pemilih di Kota Medan, Deliserdang, Serdangbedagai dan Tebingtinggi mengedepankan pikiran dan hatinya dalam menentukan pilihan.

TRIBUN: Bagaimana cara Abang kampanye untuk menyapa masyarakat?

Yasyir: Kita bersosialisasi dengan berbagai cara, bisa pendekatan darat dan udara. Pendekatan udara itu lewat podcast, sosialisasi lewat media sosial. Dan, tentu sosialisasi darat itu menyapa langsung masyarakat. Saya mendekati masyarakat.

Saya memahami bahwa media sosial itu sangat penting karena pemilih pemula generasi Z dan milenial itu jumlahnya dominan. Dan, masyarakat perkotaan punya dua ponsel sehingga bagaimana caranya bisa mendapat simpati pemilih pemula itu.

Kemudian, saya juga aktif melakukan berbagai kegiatan sosial yang menyentuh masyarakat. Dan, organisasi yang saya pimpin juga banyak digemari anak muda.

TRIBUN: Kalau politik Lokal Bagaimana Bang?

Yasyir: Saya berpikir apa yang sudah ada bisa dilanjutkan. Bobby Nasution melanjutkan pembangunannya. Seperti Islamic Center, Revitalisasi Lapangan Merdeka dan pembangunan underpass.

Program pembangunan yang sudah direncanakan itu harus dijalankan sampai tuntas. Kenapa? Kalau ditinggalkan belum tentu wali kota penggantinya itu melanjutkan programnya. Selama ini setiap ganti pemimpin pasti ganti program.

Jadi, program pembangunan yang lama bisa jadi bangkai purba. Karena itu, saya berharap Bobby Nasution harus selesaikan program pembangunan yang ada di Kota Medan.

Kita berharap Medan yang tidak banjir lagi, itu bagaimana solusinya? Medan yang tidak macet lagi, apa solusinnya? Mungkin lapangan parkir di bawah Lapangan Merdeka jadi solusi.

Begitu juga Pak Edy Rahmayadi, apa yang dicanangkannya bisa diwujudkannya. Semua ini alasannya karena covid-19. Terkendala Covid-19.

Maka dari itu, apa yang sudah dijanjikan bisa diwujudkan. Saya anggap mereka ini orang baik dengan gaya pemikirannya yang berbeda.

Baca juga: Airlangga Hartarto tak Setuju Ridwan Kamil Jadi Cawapres Ganjar, Ketum Golkar: Pak RK Gubernur

 

TRIBUN: Sedikit pandangan abang terkait konstetasi politik nasional. Menuju titik tertinggi, koalisi dan sebagainya.

Yasyir: Kalau saya di Partai Golkar, arah partai memberikan dukungan ke Ganjar Pranowo ataupun Prabowo Subianto tidak masalah. Kalau ke Anies tidak mungkin. Saya sebagai kader ikut saja, kemanapun arah dukungan partai saya ikut.

Seandainya Pak Airlangga mau jadi wapres saya dukung, tidak ada masalah. Saya tetap setia di Golkar.

(tio/selesai)

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved