TRIBUNWIKI

Mengenal Nilai Luhur Seni Beladiri Ndikar Karo, Mulai Berkurangnya Peminat Muda

Dulunya seni beladiri ini digunakan untuk melawan para penjajah, melambangkan bahwa Ndikar memiliki nilai seni dan budaya yang luhur.

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
HO
Seorang pemuda tengah melakukan salah satu gerakan Ndikar Karo. 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Seni Beladiri Ndikar adalah pencak silat asal Tanah Karo, setiap gerakan Ndikar yang dilakukan saat bertarung selalu diiringi oleh alunan musik Karo yang khas.

Dulunya seni beladiri ini digunakan untuk melawan para penjajah, melambangkan bahwa Ndikar memiliki nilai seni dan budaya yang luhur.

Tanah Karo Sumatera Utara memiliki kekayaan alam dan budaya yang lestari. Kelestarian budaya di Karo masih terjaga hingga saat ini, salah satunya adalah seni beladiri tradisional Karo yang bernama Ndikar.

Seni beladiri ini masih tetap eksis di salah satu daerah Karo yakni Kelurahan Gung Negeri Kabanjahe.

Tidak hanya mengandalkan kecepatan dan kekuatan dalam gerakan, namun juga keluwesan gerakan yang mirip seperti tarian dengan iringan gendang.

Salah seorang Pandikar yang masih gigih melestarikan bela diri ini kepada generasi muda adalah Sakti Meliala, yang berusia 66 tahun.

Berlatih sejak usia 5 tahun, kala itu ia berguru pada orang tuanya, sebagai bentuk pertahanan diri dari hewan buas.

Namun, ia kini menyayangkan tidak banyak lagi anak muda sekarang yang tertarik dengan Ndikar.

"Kalau Ndikar dan remayan itu kebanyakan terlampau lama, tari atau seninya. Kalau beladiri sekarang kan lebih ke permainan langsung, dipukul mematikan, jadi lebih banyak kesana peminatnya," ujarnya.

Para Pandikar biasanya menggunakan penutup kepala yang disebut bulang-bulang dan sarung pada saat bertarung.

Dalam praktiknya Ndikar memiliki berbagai jurus serta identik dengan gerakan yang lambat dan lembut.

Namun, di saat-saat tertentu gerakan Ndikar akan terlihat keras dan cepat.

Umumnya ada 48 jurus pada Ndikar seperti jurus pertahanan, pertahanan harimau, langkah dua, langkah tujuh, tari-tari bintang, jilejile sarudung dan gerakan lainnya.

Dilansir dari laman karo.or.id, teknik yang dijunjung Pandikar dalam bertarung ialah menjatuhkan lawan dengan menggandakan daya tolak lawan dengan tenaga dari Pandikar sendiri.

Teknik yang digunakan adalah dengan tidak menyerang lawan, tetapi memanfaatkan setiap celah untuk menjatuhkannya.

Ndikar merupakan tradisi yang memiliki nilai luhur, tradisi ini sebaiknya harus tetap dijaga agar tetap lestari kini dan nanti.

(cr26/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved