Lipsus Tribun Medan

PILU Siswi SMP Trauma Jelang Melahirkan, Bertahun-tahun Jadi Korban Rudapaksa Paman dan Sepupu

Rasa trauma sampai saat ini masih dialami AZZ (14) anak yatim piatu yang duduk di kelas III SMP swasta di Kota Medan.

Editor: Juang Naibaho
Tribunmedan.com
Tangkapan layar koran Tribun Medan tentang remaja perempuan berinisial AZZ (14) yang duduk di kelas III SMP swasta di Kota Medan diduga menjadi korban rudapaksa paman dan sepupunya sendiri. Satu orang tersangka sudah ditangkap polisi, sedangkan satu pelaku lainnya melarikan diri. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Rasa trauma sampai saat ini masih dialami AZZ (14) anak yatim piatu yang duduk di kelas III SMP swasta di Kota Medan. Ia bertahun-tahun menjadi korban kebejatan paman dan abang sepupunya sendiri hingga hamil delapan bulan.

Menjelang kelahiran bayinya, AZZ terus dihantui kegelisahan, rasa malu, takut, dan sebagainya. Rasa trauma itu pula yang pernah membawa AZ berupaya mengambil jalan pintas sebagai solusi persoalan yang menderanya selama bertahun-tahun, yakni mengakhiri hidupnya.

Saat ini, AZZ memang berada di bawah pengawasan lembaga perlindungan anak dan yayasan sekolahnya. Dia ditempatkan di rumah aman, tapi dengan pengawasan ketat lantaran dia sudah tiga kali coba mengakhiri hidupnya.

Kasus ini telah bergulir ke ranah hukum. Penyidik Polda Sumut menetapkan dua orang tersangka yang merupakan bapak-anak, yakni MRD (56) dan SNHD. MRD telah ditangkap, sedangkan SNHD melarikan diri dan kini dalam perburuan polisi.

Terbongkarnya kisah pahit kehidupan AZZ berawal di sekolah pada 16 Agustus 2023 lalu. Warga yang tinggal di Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan, itu mengikuti gladi resik persiapan 17 Agustus 2023. Ia menjadi peserta paduan suara sekolah.

Seorang guru curiga dengan bentuk tubuh AZZ yang kian membesar, berbeda dengan siswi seumurannya. Kecurigaan itu disampaikan kepada YT (31) wali kelas AZZ, yang kemudian memanggilnya ke masjid di lingkungan sekolah.

Ia sempat mengelak dan menyebut perubahan tubuhnya lantaran baru selesai makan. Tapi, YT tak percaya begitu saja, lalu mendesak remaja itu berterus terang. Akhirnya AZZ mengaku dirinya sudah tidak menstruasi selama lima bulan. "Saya pegang kok keras tapi dia bilang selesai makan," kata YT, kepada Tribun, Selasa (31/10)

Sang guru pun berinisiatif membeli alat uji kehamilan instan. Kecurigaannya terbukti, AZZ positif hamil. Meski begitu, guru-guru di sekolah masih merasa kurang yakin sehingga membawa AZZ ke rumah sakit untuk ultrasonografi atau USG. Di sinilah kemudian nampak ada janin berusia lima bulan yang entah siapa ayahnya. "Kemudian kami bawa USG setelah di-testpack dan ternyata benar hamil 5 bulan," ujarnya.

Secara perlahan, YT menanyakan siapa ayah dari janin yang dikandungnya. Penuh cemas dan ketakutan, AZZ tak bisa menjawab pasti, apakah MRD atau SNHD. YT kemudian mengadukan permasalahan ini kepada kepala sekolah. Mereka pun sepakat meminta bantuan hukum ke lembaga perlindungan anak dan lembaga hukum.

"Setelah berunding kami akhirnya melapor," ungkap YT. Tepatnya pada 21 Agustus 2023, YT resmi melapor ke Polda Sumut. Terlapor adalah paman dan sepupu AZZ.

Guru SMP swasta di Kecamatan Medan Timur itu menuturkan, AZZ selama ini tinggal bersama adik kandung almarhum ayahnya, yang berinisial BR beserta suami dan tiga anak lelakinya.

AZZ merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Saat berusia 1 tahun, ibunya meninggal dunia. Sedangkan ayahnya meninggal saat AZZ berusia 5 tahun. Hal inilah yang membuatnya diasuh oleh keluarga tersangka, setelah sebelumnya sempat diasuh keluarga lainnya. "Dia punya abang, tapi juga diasuh keluarga lainnya," ungkapnya.

Saat Masih SD
Cerita yang diterima YT dari korban, petaka ini dialami AZZ sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Ia diduga dilecehkan dan dirudapaksa oleh SNHD sejak kelas VI SD sampai 21 April 2023 atau kelas III SMP. Artinya, SNHD anak pertama dari MRD, telah merudapaksa sepupunya sendiri selama hampir 3 tahun.

"Sejak SD sekitar kelas VI dia dilecehkan SNHD. Dilecehkan sore hari, saat ayah dan ibunya tak ada di rumah, cuma korban sendirian di rumah," kata YT.

Sedangkan kebejatan MRD diduga berlangsung pada 12 Juli 2022 sampai 13 Agustus 2023. Kata YT, mengutip pengakuan korban, MRD pernah memperkosa AZZ hanya beberapa hari setelah dia pulang berhaji.

"Si paman ini waktu korban kelas 2 SMP, sekitar tahun 2022. Itu kejadian sepulang tersangka pulang berhaji sama istrinya," ucap YT. Ia menambahkan, MRD disebut memerkosa korban pada malam hari. Sementara anaknya SNHD menggagahi korban pada sore hari.

Setelah melapor ke Polda Sumut, pihak sekolah dan lembaga perlindungan anak mengungsikan AZZ ke rumah aman. Meski aman dari pelaku, namun AZZ mengalami stres karena mengandung anak hasil rudapaksa.

YT menyebutkan, anak didiknya itu kurang lebih tiga kali mencoba bunuh diri. Siswi yatim piatu ini bingung, malu, dan tak tahu harus berbuat apa terhadap janin yang dikandungnya.
"Dia sering mau mencoba bunuh diri. Beberapa kali sudah 3 kali saya dengar, mau menyusul ibunya kata dia," ungkapnya.

Di sisi lain, laporan kepolisian itu menimbulkan kepanikan bagi keluarga RMD. Bahkan, istri MRD meminta agar kasus rudapaksa yang menjerat suami dan anak pertamanya berakhir damai. Ia meminta supaya AZZ dinikahkan dengan tersangka SNHD.

Pernikahan ini diharapkan menyelesaikan permasalah yang kian membesar. "Yang minta damai itu ibunya. Supaya dinikahkan biar kasus gak berlanjut," ucap YT.

Satu Tersangka Ditangkap
Polda Sumut menyatakan telah menangkap MRD, PNS yang merupakan guru otomotif SMK Negeri 14 Medan. Ia ditangkap pada Senin (30/10) malam oleh Sub Direktorat Remaja Anak dan Wanita (Renakta) Ditrreskrimum Polda Sumut.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumut Kombes Sumaryono, saat dikonfirmasi, mengatakan MRD ditahan guna pemeriksaan lebih lanjut. Namun demikian, Sumaryono belum bisa merinci kronologinya. "Benar, tersangka sudah diamankan," kata Kombes Sumaryono, kemarin.

Saat ini, polisi masih memburu SNHD. Ia diduga telah melarikan diri beberapa pekan lalu, sebelum polisi menangkap ayahnya. Meski begitu, SNHD telah ditetapkan sebagai tersangka, berdasarkan hasil gelar perkara dan bukti-bukti yang ada.

"Kami masih mencari keberadaan SNHD, anak tersangka yang sudah ditangkap lebih dulu," ungkap Sumaryono.

Penangkapan MRD direspons positif oleh YT. Saat ditemui Tribun, Selasa pagi, YT awalnya ketakutan saat ditemui. Namun, begitu mendengar bahwa MRD sudah ditangkap polisi, wajahnya langsung berubah. Dia langsung menyingkap kedua tangannya ke wajahnya seraya bersyukur. "Yang betul? Alhamdulillah," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, ZA (42) Kepsek SMP di Kecamatan Medan Timur, tempat korban bersekolah, mendesak Polda Sumut segera menangkap SNHD yang sampai saat ini masih bebas berkeliaran.

"Saya secara legalitas cukup ini jangan terjadi lagi kepada pelajar dan segera dituntaskan. Kita khawatir kalau polisi tidak segera menangkap terduga pelaku bisa terjadi lagi kepada orang lain," kata ZA. Ia pun memastikan AZZ akan tetap lulus sebagai siswa SMP meskipun tidak aktif belajar karena masalah ini.

Detik-detik Penangkapan
Tim Tribun sempat mendatangi rumah tersangka untuk upaya konfirmasi terkait kasus ini. Namun, rumah pelaku yang berada di Kecamatan Medan Perjuangan itu tampak sepi. Tidak terlihat adanya aktivitas para penghuninya. Hanya terlihat beberapa kendaraan saja yang terparkir.

Kepala Lingkungan (Kepling) berinisial R, saat ditemui Tribun, menceritakan kronologi penangkapan terhadap MRD. Malam itu, beberapa personel Polda Sumut sempat mencarinya untuk memberitahukan perihal penangkapan seorang warganya. "Kalau nggak salah itu sekira jam 21.30 WIB. Awalnya ada tiga orang naik dua sepeda motor jumpai saya, beri tahu kalau mereka ini dari Polda," kata R.

Kemudian kepolisian menunjukkan surat penangkapan dan minta diantar ke rumah MRD. "Saya sempat menanyakan ada kasus apa lalu dijelaskan sama mereka. Kemudian saya antarkan mereka ke rumah mereka, ada delapan orang kalau nggak salah polisinya," lanjutnya.

Mereka pun bergerak ke rumah MRD. Sesampainya di sana, R langsung mengetok pintu rumah rumah tersebut. Waktu itu kebetulan MRD yang membuka pintu rumahnya. R pun menjelaskan kepada MRD bahwa ada personel Polda sedang mencarinya.

Setelah masuk ke dalam rumah, polisi menanyakan keberadaan SNHD. Namun, istri MRD menjawab bahwa anak pertamanya itu sudah meninggalkan rumah sejak tiga pekan lalu. "Lalu diserahkan sama polisi surat penangkapan itu, setelah dibaca polisi bertanya keberadaan SNHD cuma pengakuan ibunya sudah tiga minggu anaknya ini pergi," sebut R.

Menurut R, ketika polisi datang MRD sempat terlihat panik dan gelisah. Ia mondar-mandir keluar masuk kamar sehingga polisi curiga. Lalu, polisi meminta izin untuk menggeledah kamarnya. "Kami periksa kamarnya, cuma memang enggak ada anaknya di situ," ungkapnya.

Tak lama berselang, MRD diminta berganti pakaian dan kemudian dibawa oleh polisi. Ketika itu, Ripin hanya bisa pasrah dan cuma menuruti perintah polisi, sementara istrinya juga hanya diam menyaksikan suaminya dibawa oleh pihak kepolisian.

Kata R, penangkapan terhadap MRD sempat mengundang perhatian dari warga sekitar. Sebab, MRD yang merupakan warga asli di sana tidak pernah terlibat kasus kriminal dan selalu berbaur dengan masyarakat. "Bapak itu bagus orangnya, tapi nggak terlalu sering keluar juga. Bapak itu rajin ke musala ke masjid, pulang kerja paling kalau keluar pun beli rokok," bebernya.

"Waktu ditangkap sempat warga ramai nanya ke saya, saya bilang nggak tahu. Soalnya saya nggak enak menceritakannya. Kasihan juga istrinya semalam udah ngdrop dia," sambungnya.

Lebih lanjut, R menceritakan bahwa selama ini rudapaksa yang dilakukan oleh bapak dan anak ini tidak pernah terendus warga sekitar. R sendiri baru tahu saat diperiksa sebagai saksi oleh polisi, di mana ketika itu korban menceritakan bahwa ada seorang keluarganya sempat memergoki SNHD sedang menindih korban. Tetapi, keluarganya itu seperti tidak perduli.

"Waktu saya dipanggil polisi ditanyai soal kasus ini, kebetulan ada juga korban cerita kalau pernah ada saudaranya melihat dia sedang ditindih sama SNHD," ucapnya.

Sepengetahuan R, korban sudah tinggal bersama keluarga Ripin sejak 2017 silam, setelah ibu dan bapak korban meninggal dunia. "Sudah dari masih kecil AZZ ini tinggal di situ. Cuma nggak pernah dengar ada kejadian seperti ini, korban dekat sama istri MRD," ujarnya.

Penelusuran Tribun, sosok SNHD yang kini melarikan diri dikabarkan sehari-hari menjadi tenaga pengajar atau asisten dosen di Universitas Sumatera Utara (USU). Informasi itu diamini Y, wali kelas korban. "Kalau informasi yang didapat dia (SNHD) asisten dosen di (Fakultas) Ekonomi USU, guru besar Bu Rita," ujar YT.

Terpisah, Kepala Humas, Promosi dan Protokoler USU Amalia Meutia mengaku tidak memiliki data asisten dosen. Dia menyebut, asisten dosen merupakan tanggung jawab pribadi dosen secara personal dan tak tercatat di Fakultas maupun Universitas Sumatera Utara.

"Itu kebijakan dosen yang bersangkutan, tidak ada hubungan dengan Fakultas atau Universitas karena sifatnya personal. Tidak ada hubungannya dengan institusi USU kalo gitu karena di luar ranah akademis," kata Amalia Meutia, Selasa.

Dilihat dari website direktori.usu.id, SNHD merupakan alumni USU Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Managemen angkatan 2019. Tertera status kemahasiswaannya sudah lulus. Di situs berbeda, yakni pangkalan data pendidikan tinggi (PDDikti) PDDikti.kemendikbud.go.id nama SNHD tercatat di perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) program studi Perbankan Syariah jenjang D3.

Ia masuk pada semester ganjil tahun 2016 dengan status mahasiswa peserta didik baru dan dinyatakan lulus. Kemudian, di situs yang sama ia juga tercatat sebagai mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di USU jenjang Strata Satu atau S1. Di sini ia masuk pada semester ganjil tahun 2019 dengan status awal mahasiswa berbeda, yakni pindahan dan dinyatakan lulus.

Guru SMKN 14 Kaget
Sementara itu, kabar penangkapan MRD membuat heboh SMK Negeri 14 Medan. Kepala SMKN 14 Medan, Andriyanti Pasaribu, mengakui MRD memang tidak hadir di sekolah tanpa keterangan apapun. "Pagi saya datang memang tidak ada melihat yang bersangkutan, cuma kemarin datang. Kami coba konfirmasi tidak diangkat, istrinya juga kami telepon cuma nggak diangkat," kata Andriyanti kepada Tribun, Selasa siang.

Menurut Andriyanti, selama ini MRD mengajar seperti guru pada umumnya dan tidak ada menunjukkan perilaku menyimpang. Dia sendiri nyaris tidak percaya dengan kabar penangkapan MRD lantaran kasus rudapaksa keponakannya sendiri.

"Tidak merasa ada yang aneh, bekerja normal. Beberapa hari yang lalu kami masih mengadakan pelatihan. Dia hadir dan setiap pelatihan dia hadir. Saya kaget juga mendengar ini," sebutnya.

Andriyanti menegaskan tidak akan mentolerir kasus rudapaksa terlebih pelakunya merupakan seorang guru. Pihak sekolah akan memberi tindakan tegas jika memang terbukti melakukan perbuatan tersebut. "Kalau memang terbukti melakukan hal tersebut, kami akan melapor ke dinas dan melakukan sikap tegas," ungkapnya.

Guru lainnya, berinisial EG juga terkejut mendapat informasi penangkapan koleganya tersebut. EG menyebut, beberapa minggu ke belakang ini MRD memang terlihat murung. "Kami baru tahu ini, ngeri kali kasusnya ya. Pantas belakangan ini kalau ketemu banyak diamnya dia," bebernya.

EG menambahkan, MRD sudah mengajar di SMKN 14 Medan sejak 2011 silam. "Dia pindahan dari Asahan tahun 2011. Sekarang jadi Kajur Otomotif kurang lebih tiga tahun. Hari ini (kemarin-red) nggak datang dia, katanya ada tugas luar, tapi kemarin (Senin) datang," ujarnya. (cr25/cr11/tribunmedan)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved