TB Silalahi Meninggal Dunia
SOSOK TB Silalahi, Jenderal Berdarah Batak, Pendiri Yayasan Tunas Bangsa Soposurung
Pria kelahiran Pematangsiantar, 17 April 1938 ini diberi nama Tiopan Bernhard Silalahi, atau yang kerap dipanggil para alumni Asrama Yayasan TB Soposu
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, BALIGE - Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr. Tiopan Bernhard Silalahi telah berpulang pada umur 85 tahun.
Hal tersebut diketahui dari staf, ajudan, dan dokter beliau selama 13 tahun, dr Tota Manurung.
"Pada malam ini pukul 21.58 WIB, saya ditelpon Serma Sunarto, ajudan Pak TB Silalahi yang menginformasikan bahwa Pak TB telah meninggal dunia di RS di Jakarta. Beliau tutup usia 85 tahun," ujar dr Tota Manurung saat dikonfirmasi, Senin (13/11/2023) malam.
"Beliau lahir di Pematangsiantar pada tanggal 17 April 1938," sambungnya.

Lantas siapakan sosok TB Silalahi?
Letjen TNI Purn TB Silalahi merupakan sosok di balik berdirinya Yayasan Tunas Bangsa (TB) Soposurung adalah mantan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Indoesia yang keenam.
Masa jabatannya sejak 17 Maret 1993 hingga 14 Maret 1998.
Pria kelahiran Pematangsiantar, 17 April 1938 ini diberi nama Tiopan Bernhard Silalahi, atau yang kerap dipanggil para alumni Asrama Yayasan TB Soposurung sebagai Oppung TB Silalahi.
TB Silalahi merupakan lulusan milter pada Akademi Militer Nasional tahun 1961 dan memiliki jabatan terakhir sebagai Asisten I Kasad dengan pangkat Mayor Jenderal pada tahun 1988.
Usai menjabat sebagai Asisten I Kasad, ia pun mengabdikan diri sebagai Sekjen Departemen Pertambangan dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara sejak tahun 1993 hingga 1998.
Dari buku biografinya dengan judul, “T.B. Silalahi Anak Hadal” yang telah diterbitkan pada tahun 1996 ini termuat sejumlah perjuangannya hingga mendapatkan apa yang ia cita-citakan sejak kecil.
Satu diantaranya adalah mendirikan sebuah sekolah unggul dengan pendidikan berbasis boardingschool.
Para pelajar yang dikumpulkan dalam sebuah asrama ini harus menjalani tes terlebih dahulu, mulai dari tes akademis hingga samapta.
Tokoh yang dikenal sebagai sosok yang memajukan pendidikan di pinggiran Danau Toba ini mengawali pengabdiannya pada negeri ini di bidang militer sebagai Danton Yonkav 4 Siliwangi dalam operasi Kamdagri di Jawa Barat pada tahun 1962.

Selanjutnya, ia sebagai Wadanki dalam operasi Kamdagri di Sulawesi Selatan 1963 hingga 1965 yang bersamaan dengan operasi Dwikora. Pada tahun 1972, ia sebagai Danyonkav 8 Tank Kostrad.
Pengabdiannya kepada negara terus berlanjut, ia diutus ke Timur Tengah sebagai pasukan PBB pada perang Oktober 1973 antara Israel dan Mesir serta sebagai Camp Commandant UNEF Middle East di Kairo.
Sebagai seorang militer, ia juga memberi perhatian khusus bagi dunia pendidikan.
Ia menjadi dosen Dosen Sesko AD pada tahun 1974. Empat tahun sesudahnya, tepatnya pada tahun 1978, ia menjadi Asops Kasdam XIV/ Hasanuddin di Ujung Pandang.
Karirnya di dunia militer terus melejit, ia menjadi Asistern Perencanaan dan Anggaran KASAD pada tahun 1986 dengan pangkat Mayor Jenderal TNI.
Walau usia bertambah, kenikmatan belajar masih terus ia rasakan. Ia memamfaatkan waktunya dengan kulah di Fakultas Hukuk Universitas Padjajaran Bandung hingga sarjana muda pada tahun 1968.
Sebagai seorang militer, ia juga memberi perhatian khusus bagi dunia pendidikan.
Ia menjadi dosen Dosen Sesko AD pada tahun 1974. Empat tahun sesudahnya, tepatnya pada tahun 1978, ia menjadi Asops Kasdam XIV/ Hasanuddin di Ujung Pandang.
Karirnya di dunia militer terus melejit, ia menjadi Asistern Perencanaan dan Anggaran KASAD pada tahun 1986 dengan pangkat Mayor Jenderal TNI.
Walau usia bertambah, kenikmatan belajar masih terus ia rasakan. Ia memamfaatkan waktunya dengan kulah di Fakultas Hukuk Universitas Padjajaran Bandung hingga sarjana muda pada tahun 1968.
Ia mendapatkan gelar Strata 1 pada Sekolah Tinggi Hukum Militer dengan predikat Cumlaude pada tahun 1995.
Kecintaannya pada dunia pendidikan terbukti dengan mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gregorio Araneta pada 8 Agustus 1996 di Manila, Filipina.
Selanjutnya, ia mendapatkan kepercayaan sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Pertambangan dan Energi pada tahun 1988.
Dan pada masa kepemimpinan Seoharto, ia dipercayakan sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan pangkatnya naik menjadi Letnan Jenderal.
Pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, TB Silalahi menjadi penasehat presiden yang kemudian pada tahun 2006 menjadi Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah.
Setahun setelahnya, ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dalam bidang pertahanan dan keamanan.
Kini, TB Silalahi yang dikenal sebagai pendiri Yayasan TB Soposurung Balige telah mendirikan sebuah asrama bermutu dan menjadi pilihan para pelajar dari Sekolah Menengah Pertama di seluruh Indonesia.
Asrama ini diburu para pelajar karena memang berkualitas.
Setiap pelajar yang masuk dalam asrama ini akan sekolah di SMA Negeri 2 Balige.
Hingga saat ini, sekolah ini masih terus digandrungi pelajar dan sejumlah alumninya telah berhasil dalam dunia karir dan pengabdian terhadap nusa dan bangsa.
Pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, TB Silalahi menjadi penasehat presiden yang kemudian pada tahun 2006 menjadi Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah.
Kini, TB Silalahi yang dikenal sebagai pendiri Yayasan TB Soposurung Balige telah mendirikan sebuah asrama bermutu dan menjadi pilihan para pelajar dari Sekolah Menengah Pertama di seluruh Indonesia.
Setiap pelajar yang masuk dalam asrama ini akan sekolah di SMA Negeri 2 Balige.
Hingga saat ini, sekolah ini masih terus digandrungi pelajar dan sejumlah alumninya telah berhasil dalam dunia karir dan pengabdian terhadap nusa dan bangsa.
(cr3/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.