Viral Medsos

KENAPA Megawati Tidak Menarik Menteri PDIP dari Kabinet Jokowi? Ini Kata CEO Polmark Research Center

Sama halnya saat kampanye Akbar Ganjar-Mahfud di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (3/2/2024).

|
Penulis: AbdiTumanggor | Editor: AbdiTumanggor
kompas tv
Megawati berapi-api dalam kampanye bertemakan Konser Salam Metal di GBK, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (3/2/2024). (Kompas tv) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tengah menunggu momentum untuk bersikap lebih tegas atau "perang terbuka" terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal itu menurut penilaian CEO Polmark Research Center Eep Saefulloh Fatah.

"Bu Mega itu orang yang tahu pergerakkan momentum. Di dalam politik, momentum itu penting. Jadi ada timing, ada linimasa, ada rangkaian peristiwa, ada jahit-menjahit adegan segala macam, urusan-urusan rumit itu dikumpulkan, itu momentum," kata Eep dalam program GASPOL!.

Menurut Saefulloh, Megawati sudah menunjukkan kekesalannya terhadap Jokowi secara tersirat sejak kampanye akbar di Bandung, dua pekan lalu.

Ia menilai, pidato Megawati saat itu menyinggung politisasi aparatur negara merupakan ekpresi kemarahan terhadap Jokowi dan menunjukkan bahwa Megawati dan Jokowi berpisah jalan.

"Itu mengekspresikan alamat sudah terpisah, sudah berbeda, sudah ada di tempat yang berseberangan, sudah melakukan sesuatu yang harus saya lawan, kira-kira kayak begitu pernyatan Bu Mega," ujar Saefulloh.

Hanya saja, Saefulloh menilai, Megawati belum mengambil langkah yang lebih tegas, semisal menarik menteri PDI-P dari kabinet, karena masih menunggu momentum.

Ia menjelaskan, momentum itu seperti bandul yang bergerak dari sisi keberlanjutan dan perubahan.

Menurut Eep Saefulloh, Megawati tengah menunggu pergerakan bandul itu akan keras ke sebelah mana.

"Kalau ternyata gagal itu pemaksaan satu putaran, momentum melebar, dan kelanjutan bisa kehilangan momentum. di situlah barangkali Bu Mega akan mengambil langkah-langkah yang lebih tegas, lebih firm," ujar Eep.

Ratusan ribu kader PDIP dan relawan Ganjar-Mahfud
Ratusan ribu kader PDIP dan relawan Ganjar-Mahfud hadir dalam kampanye bertemakan Konser Salam Metal di GBK, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (3/2/2024). (Kompas tv)

Sama halnya saat kampanye Akbar Ganjar-Mahfud di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (3/2/2024).

Megawati Soekarnoputri menyinggung pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap telah melakukan intimidasi kepada pendukung calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) Ganjar Pranowo-Mahfud Md.

“Ingat, hei polisi, jangan lagi intimidasi rakyatku! Hei tentara, jangan lagi intimidasi rakyatku,” kata Megawati dalam pidato sambutannya.

Putri Presiden Pertama RI Soekarno itu mengingatkan jika setiap warga negara sepatutnya dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Ia pun menyindir adanya upaya mempertahankan kekuasaan.

“Kita tidak boleh dipecah-pecah hanya karena berkeinginan untuk melanggengkan kekuasaan, betul apa tidak?” kata Megawati berapi-api.

Oleh karena itu, ia meminta masyarakat jangan takut terhadap ancaman yang dianggap merugikan bangsa dan negara.

Megawati meyakini seluruh masyarakat terlindungi oleh konstitusi dan diperlakukan sama di mata hukum.

“Apa dia presiden, apa dia menteri, apa dia namanya TNI, Polri, dia adalah rakyat Indonesia. Ingat! Betul apa tidak?” ujar Megawati menegaskan.

Ahok hadir dalam kampanye bertemakan Konser Salam Metal di GBK
Ahok hadir dalam kampanye bertemakan Konser Salam Metal di GBK, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (3/2/2024). (Kompas tv)

Dalam kampanye bertemakan ‘Konser Salam Metal’ ini dihadiri oleh kader PDIP dan relawan yang berasal dari penjuru daerah di GBK, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (3/2/2024).

Tampak juga hadir menteri kader PDIP yang masih aktif di Kabinet Jokowi mulai dari Tri Rismaharani hingga Pramono Anung.

Dari tengah podium, pembawa acara sempat memberikan pujian terhadap Ahok, Mahfud MD, dan Abdee Slank karena telah mengundurkan diri dari jabatannya di Pemerintahan Jokowi. Mereka juga berharap menteri-menteri lain dari PDIP bisa mundur mengikuti jejak keduanya.

Diberitakan sebelumnya, Megawati disebut menolak permintaan sejumlah kader yang menjadi menteri buat mengundurkan diri dari Kabinet Indonesia Maju.

Menurut Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto, Megawati menolak usulan itu karena dinilai bisa memicu gejolak politik.

"Ada menteri dari kader PDI-P meminta arahan ke Ibu Mega terkait situasi (politik), tetapi ibu tetap memberikan garis kebijakan bahwa kepentingan rakyat, bangsa, dan negara harus diutamakan," kata Hasto, Selasa (23/1/2024).

Menurut Hasto, sejumlah kader PDI-P yang berada di kabinet disebut sudah siap mengundurkan diri dengan alasan melihat situasi politik yang kurang baik, terutama setelah Gibran Rakabuming Raka yang merupakan anak sulung Jokowi bisa melenggang menjadi calon wakil presiden mendampingi capres Prabowo Subianto.

(*/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter 

Sumber: Tribun Mataram
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved