Sumut Terkini

Isak Tangis Orangtua Santriwati Pecah, Terungkap 12 Orang Dinodai Guru Tahfiz di Asrama

Isak tangis M orangtua santriwati pecah. Orangtua yang anaknya dicabuli guru tahfiz di Kabupaten Batubara mengungkapkan penyesalannya.

Kompas.com
Ilustrasi Korban Pencabulan 

TRIBUN-MEDAN.com, Limapuluh - Isak tangis M orangtua santriwati pecah. Orangtua yang anaknya dicabuli guru tahfiz di Kabupaten Batubara mengungkapkan penyesalannya.

M, orang tua salah satu siswa yang dicabuli guru Tahfiz di Kabupaten Batubara kecewa dengan perlakuan ZAS. 

 

Bermaksud ingin anaknya dapat menempuh ilmu agama, penyesalan malah berkelanjutan setelah anaknya dicabuli oleh pelaku ZAS.


M tak kuasa menahan kan air mata saat mengetahui anak gadisnya telah dicabuli oleh pelaku. 


"Sekolahnya bagus. Karena kami disini melihat pembelajaran dan mata pelajarannya yang lengkap. Namun, setelah kami mengetahui ada perbuatan yang tidak sepatutnya dialami oleh anak kami, hati kami sangat teriris," kata M, saat di jumpai, Kamis (8/2/2024). 

Situasi Rumah Tahfidz yang didirikan oleh ZAS, tersangka pencabulan atas 12 orang santriwati di Asrama Rumah Tahfiz.
Situasi Rumah Tahfidz yang didirikan oleh ZAS, tersangka pencabulan atas 12 orang santriwati di Asrama Rumah Tahfiz. (TRIBUN MEDAN/ALIF ALQADRI HARAHAP)


Ia mengaku mengetahui hal tersebut setelah ada pertemuan orangtua santri membahas terkait kasus pencabulan yang dilakukan oleh ZAS. 


"Hati saya tidak kuasa menahankan sedih. Anak yang kami besarkan ini dirampas haknya oleh orang yang mungkin kami anggap orang yang terpandang. Kami masukan ke tahfiz untuk menjadikan mereka yang lebih baik. Saya sangat marah," ujarnya. 


Atas kejadian tersebut, M telah melaporkan kejadian tersebut ke unit PPA Polres Batubara untuk ditindaklanjuti. 


"Kami berharap ya dia dihukum seberat-beratnya. Saya sudah lapor dan percaya ke polisi. Karena kami berharap tidak ada lagi korban lain, saat ini sepengetahuan saya ada enam korban," pungkasnya. 

Sering Kutbah di Mesjid

ZAS melakukan aksi bejadnya di Asrama wanita yang bersebelahan dengan rumah orangtuanya, sehingga pelaku bebas keluar masuk asrama.

ZAS diduga kerap mencabuli santriwati saat sedang istirahat di asrama. 


Mahmuda, salah seorang warga tidak menyangka bahwa ternyata ZAS merupakan predator anak, hingga nekat cabuli 12 orang santriwatinya. 


"Selama ini, kami menilai beliau itu baik-baik saja. Namanya pemilik rumah tahfiz, dan dia juga sering khutbah di Masjid," kata Mahmuda, Kamis (8/2/2024) saat di jumpai di depan Rumah Tahfiz. 


Lanjutnya, dirinya sempat tidak mempercayai bahwa ZAS melakukan perbuatan tidak terpuji tersebut kepada para santriwati. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved