PON
Uang Saku Atlet Menunggak, Program Persiapan PON Terganggu
Penunggakan tersebut terjadi di masa persiapan menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024.
Penulis: Aprianto Tambunan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - Uang saku dan transport para atlet dan pelatih cabang olahraga (Cabor) Judo Sumut menunggak dalam dua bulan terakhir.
Penunggakan tersebut terjadi di masa persiapan menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024.
Ketua Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) Sumatra Utara, Muhammad Arief Fadhillah mengatakan, penunggakan uang saku dan transport atlet dan pelatih ini sangat berdampak terhadap masa persiapan menghadapi PON. Menurutnya dampak dari keterlambatan ini seharusnya menjadi perhatian.
"Keterlambatan dana dari KONI bukan hal yang baru. Apalagi ini menyangkut anggaran dari provinsi dalam hal ini Pemprov Sumut. Tahun lalu juga seperti ini. Tapi sekarang ini dampaknya lebih besar, karena sudah mendekati PON yang tinggal hitungan bulan," kata Arief, Minggu (25/2/2024).
Selain itu, menurutnya permasalahan ini tentunya juga cukup mengganggu psikologis para atlet.
"Pastilah, kan mereka terima di akhir bulan. Jadi istilahnya mereka kerja dulu, latihan. Kalau sampai akhir Februari berarti 2 bulan sudah terlambat," tambahnya.
Tak hanya itu, Arief mengatakan, akibat permasalahan ini beberapa program yang sudah disiapkan dalam menghadapi PON 2024 juga mengalami kendala.
"Kita tahu gak mungkin Pemprov keluarkan satu-satu. Pasti secara keseluruhan anggarannya. Kabarnya anggaran cuma Rp.90 miliar, dibagi 1.400 atlet dan pelatih sangat-sangat tidak mungkin mengejar prestasi.
Tentu menjadi cerita yang sering di dengar soal anggaran dari daerah-daerah luar khususnya Pulau Jawa, yang sampai ratusan miliar. Mereka leluasa membuat program, TC luar negeri," ungkapnya.
Dikatakannya, di satu sisi pihaknya memaklumi KONI Sumut soal susahnya anggaran persiapan PON ini.
Apalagi ini PON pertama dengan penyelenggaraan tuan rumah di dua provinsi.
"PON pertama pakai APBD, jadi agak kelimpungan pemerintah provinsi. Apalagi pascapandemik. Di satu sisi yang paling berat bukan masalah di uang saku, yang lebih penting bantuan dari KONI berupa suplemen bantuan dan lain-lain untuk program. Sangat berdampak," katanya.
Lebih lanjut, Ia mengatakan, perjuangan kontingen Sumut akan semakin berat menjadi tuan rumah yang berprestasi.
Mengingat, prestasi tidak akan bisa di raih tanpa anggaran yang mencukupi.
"Kami harap dari pemprov segera dikucurkan. Mohon maaf untuk masyarakat Sumut, sekarang kita cerita yang wajar-wajar saja jika melihat yang selama ini digaungkan Sumut Bersatu Kita Juara.
Dengan komposisi keadaan sekarang, gak memungkinkan masuk 5 besar. Walaupun uang bukan segalanya, tapi yang lain-lain sport science sangat penting. Semua terkait," katanya.
Saat ini banyak cabor yang belum memulai TC karena persoalan anggaran ini.
Syukurnya judo saat ini sudah melakukan pemusatan latihan mandiri sejak awal, meskipun dengan dana yang terbatas.
"Judo sudah sentralisasi atlet di padepokan kita. Kita siapkan makannya. Bisa kita pantau semua dari berat badan, gizi, walaupun dengan seadanya. Kalau atlet lain gak TC, pulang ke rumah. Mungkin itu berat. Jadi gak bisa dikandangkan dan tak bisa dikontrol," bebernya.
"Di negara maju ahli nutrisinya sudah buat program besok latihan apa? Untuk penguatan otot yang mana? sehingga makanan disiapkan harus apa. Kita jangankan yang simple besok latihan apa? Kalori berapa? Makannya harus apa? Itu aja gak mampu. Kita masih dalam tahap Besok latihan apa? Uang makannya dari mana?," sambungnya.
Selain itu menurut Arief, soal program TC ke luar daerah terutama luar negeri harus bisa diperjuangkan jika ingin atlet mendapatkan jam terbang yang cukup sebelum PON. Pasalnya para rival daerah lain sudah melakukannya.
"Terakhir masalah yang sudah pernah diperbincangkan dengan pihak KONI untuk mempercepat prestasi atlet, harus TC ke luar daerah lain. Atlet pelatnas yang kita lawan. Intensitas pertandingan lawan atlet-atlet di luar, sehingga mempercepat untuk pembinaan prestasinya," pungkasnya.
Sebelumnya Ketua Umum KONI Sumut John Lubis membenarkan soal uang transportasi dan saku, memang belum dicairkan karena dana dari Pemprov belum turun.
"Kalau saya yang menalangi nya duluan, itu kan tidak sedikit, totalnya untuk 1400-an orang. Dan itu sudah disetujui di Rakerda oleh semua pengprov dan cabang olahraga," ungkap John Lubis pada 12 Februari 2024 lalu.
(Cr29/tribun-medan.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.