Berita Medan
Kisah Ana Lansia Penyandang Disabilitas, Kehilangan Kaki Pascakecelakaan dan Harus Hidupi Empat Cucu
Ana terlihat ikut mengantre bersama 39 orang lainnya yang menunggu kaki palsu mereka siap untuk dipasang.
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Kehilangan salah satu kaki yang menopang tubuh tidak pernah terpikirkan di benak Ana, perempuan paruh baya berusia 60 tahun yang kesehariannya bekerja sebagai pemulung.
Ana terlihat ikut mengantre bersama 39 orang lainnya yang menunggu kaki palsu mereka siap untuk dipasang.
Ana datang bersama anak dan cucunya yang masih balita, ia tampak memegangi tongkat yang selama ini membantunya berjalan.
Ana bercerita dirinya kehilangan kaki kirinya sekitar dua tahun lalu. Saat itu ia sedang bekerja mengangkut hasil memulung seharian, nahas dirinya ditabrak oleh sebuah truk yang mengangkut tangki air.
“Saat kecelakaan itu yang menabrak tidak ada memberikan apapun, saya berobat sendiri menggunakan KIS,” ujar Ana saat diwawancarai di kegiatan bakti sosial pemasangan kaki dan tangan gratis di kompleks Cemara Asri Medan, Kamis (7/3/2024).
Ana mengatakan, selama proses pengobatan, kondisi kakinya memburuk. Untuk menghindari infeksi, dokter menyampaikan kepadanya bahwa kakinya harus diamputasi.
“Tapi saat ditangani oleh dokter, katanya sudah tidak bisa tertolong lagi. Sudah bernanah jadi harus diamputasi, di situ saya pasrah saja lah,” tuturnya.
Sekitar enam sampai tujuh bulan pascaoperasi, Ana memutuskan untuk kembali bekerja sebagai pemulung.
Ia membawa becak pengangkut sampah dengan kondisi kakinya yang sudah diamputasi.
“Saat mulai pulih pascaamputasi itu sampai sekarang saya belum dapat sumbangan kaki pengganti.
Tapi saya tetap bisa jaga cucu saya ada empat orang. Dengan kondisi enggak ada kaki saya masih bisa naik becak ke mana-mana, ngangkut sampah, angkat kursi dan barang-barang rumah orang. Semua itu saya lakukan dengan kaki yang cuma satu, engkol kereta dan bawa becak barang,” katanya.
Walaupun, kata Ana, beraktivitas tanpa kaki kiri membuat kaki kanannya sakit di bagian dengkul.
“Saya waktu dua-dua kaki saya masih ada memang sudah sering sakit, apalagi ini ditambah kaki saya sudah tidak ada saya sudah cukup menderita. Kaki kanan sering sakit, apalagi dengkulnya, karena itulah tumpuannya kan cuma satu,” ungkapnya.
Ia memiliki empat cucu yang saat ini menjadi tanggungannya serta satu orang menantu. Keempat anaknya merantau ke luar kota dan hanya mengirim uang sesekali.
“Anak saya empat orang tapi yang mengirim hanya satu itu anak paling kecil, tapi enggak banyak, kadang Rp 500 ribu kadang Rp 1 juta. Karena banyak tanggungan ya itu engggak cukup,” ujarnya.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.