Breaking News

Ramadan 2024

Sejarah Masjid Telaga Zam-Zam di Sidikalang, Saat Ini Sedang Direnovasi dan akan Dibangun 2 Lantai

Masjid Telaga Zam - Zam merupakan salah satu Masjid yang cukup terkenal di Kota Sidikalang Kabupaten Dairi, Selasa (2/4/2024).

TRIBUN MEDAN/HO
Foto Masjid Telaga Zam-Zam sebelum direnovasi. 

TRIBUN-MEDAN.com, SIDIKALANG - Masjid Telaga Zam - Zam merupakan salah satu Masjid yang cukup terkenal di Kota Sidikalang Kabupaten Dairi, Selasa (2/4/2024).

Pasalnya, lokasi tersebut cukup strategis karena berada di pinggir jalan Ahmad Yani Kelurahan Batang Beruh Kecamatan Sidikalang.

Lokasi tersebut selalu ramai para jamaah baik dalam melaksanakan Sholat Subuh, hingga Sholat Isya. Bahkan, di Bulan Suci Ramadan ini dalam melaksanakan Sholat Taraweh juga selalu di penuhi oleh jamaah yang berada di sekitar Masjid tersebut.

Dibalik itu semua, ternyata Masjid Telaga Zam - Zam mempunyai kisah sejarah tersendiri.

Salah satu penasehat BKM Masjid Telaga Zam - Zam, H. Zainuddin Ujung menceritakan sejarah dari Masjid tersebut.

Saat di jumpai Tribun Medan, Zainuddin menceritakan awalnya pada tahun 1954, lokasi tersebut adalah sebuah sumur yang dibangun oleh ayahnya, Soang Ujung yang merupakan seorang mualaf.

"Kebetulan yang membangun Telaga Zam - Zam ini orangtua saya langsung . Jadi orangtua saya ini dulu, memeluk agama Islam , 2 tahun sebelum menikah dengan ibu saya. Beliau dulunya penganut agama Animisme, tapi 2 tahun sebelum menikah, dia masuk Islam, " ujar Zainuddin.

Setelah menikahi ibu dari Zainuddin, sang ayah kemudian menekuni ajaran agama Islam tersebut dan tak pernah melupakan sholat 5 waktu.

Saat itu, sang ayah usai melaksanakan Sholat Ashar di sebuah Surau yang berada di dekat rumahnya dan berniat untuk membuat sebuah sumur.

Hal itu dikarenakan pada saat itu sumber mata air untuk mengambil wudhu masih sulit untuk didapatkan.

"Jadi dia mengambil alat-alat untuk menggali sumur. Ternyata air tersebut ada namun masih secukupnya saja. Zaman dulu belum ada air PAM. Jadi sulit untuk dijumpai air, " jelasnya.

Lambat laun, air di sumur tersebut semakin melimpah dan bisa di alirkan ke rumah - rumah yang berada di sekitar sumur tersebut.

"Jadi tetangga ini semua pada ngambil air untuk diminum di sumur tersebut. Padahal, niat awalnya khusus untuk mengambil wudhu saja. Tapi bermanfaat kepada seluruh masyarakat, " ungkapnya.

"Jadi ada saudara menyebut ini sudah seperti Telaga Zam - Zam. Makanya Masjid ini di sebut Masjid Telaga Zam-Zam, " katanya.

Setelah semakin banyak para jamaah yang melaksanakan Sholat di surau tersebut disepakati untuk dibangunkan sebuah Masjid yang berada di dekat sumur tersebut dengan nama Masjid Telaga Zam - Zam.

Atas dedikasinya tersebut, sang ayah kemudian di kenal oleh masyarakat sekitar dengan nama 'Pertaki Surau'. Pertaki dalam bahasa Pakpak di sebut sebagai 'Menteri' Surau.

Namun saat ini sumur tersebut sudah tidak digunakan untuk pengambilan air wudhu di Masjid tersebut.

"Sumur itu sampai sekarang masih ada, tapi tidak kita manfaatkan lagi karena sudah dikelilingi rumah semuanya, sehingga sudah banyak comberan lah disitu makanya tidak kita pakai lagi. Jadi sekarang kita sudah menggunakan air PAM, " katanya.

Masjid tersebut sudah berulang kali mengalami renovasi. Di atas Masjid tersebut terdapat sebuah bangunan yang mirip dengan rumah adat Suku Pakpak. Sehingga Masjid tersebut terkenal dengan identitas Suku Pakpaknya.

Sementara itu, Ketua BKM Masjid Telaga Zam - Zam, Henry Habeahan mengatakan saat ini Masjid tersebut sedang mengalami renovasi besar-besaran.

Masjid tersebut rencananya akan dibangun 2 lantai mengingat jamaah yang melakukan Sholat semakin banyak dan di perkirakan mencapai 1.000 orang .

"Jadi ini renovasi besar - besaran yang dimulai pada tahun 2022. Jadi mengingat semakin banyaknya jamaah di Masjid ini dengan kapasitas di Masjid awal sangat tidak memungkinkan untuk menampung seluruh jamaah, " kata Henry.

Pembangunan pertama kali dilakukan yakni dengan membenahi kamar mandi yang sebelumnya sudah tidak memungkinkan lagi untuk digunakan.

Selanjutnya pembangunan tersebut mengarah kepada kamar-kamar bagi para musafir dengan total 2 kamar. Satu kamar untuk laki - laki dan satu lagi diperuntukan untuk perempuan.

"Jadi di atas kamar mandi ini, ada 2 kamar untuk musafir yang bisa menginap sementara dan kemudian ada kamar untuk marbot Masjid, " sebut Henry.

Selain itu, nantinya Masjid tersebut akan menjadi Masjid yang ramah terhadap anak. Pasalnya, di lantai 2 nanti, pihak BKM akan membangun sebuah perpustakaan untuk anak - anak bermain sambil belajar.

"Jadi anak - anak akan semakin semangat untuk datang ke Masjid. Jadi sebelum masuk waktu Sholat pun, anak-anak sudah berdatangan. Kita pun nantinya juga akan pasang Wi-Fi namun dengan jam-jam waktu yang akan ditentukan, " tutur Henry.

Rencananya Masjid tersebut akan selesai dibangun pada tahun 2025 dan nantinya akan menjadi satu-satunya Masjid bertingkat di Kabupaten Dairi.

Adapun anggaran yang dibutuhkan sampai dengan tahap penyelesaian sebesar Rp 5,2 Miliar dengan jumlah alokasi dana saat ini sudah mencapai kurang lebih Rp 2,5 Miliar.

Adapun dalam pembangunan Masjid tersebut akan mempertahankan ciri khas dari bentuk awalnya yakni bangunan berbentuk Rumah Adat Suku Pakpak.

"Nanti rencananya akan kita buat bangunan seperti Rumah Adat Pakpak di empat sisi dan kemudian di tengahnya Kuba Masjid dengan diameter 6 Meter, " katanya.

Adapun kegiatan rutin yang sering dilakukan selama Bulan Suci Ramadan yakni pelaksanaan buka puasa bersama, tadarus bagi ibu-ibu pengajian saat sebelum berbuka puasa dan setelah Sholat Tarawih.

Saat ini pihak Masjid BKM sudah mulai membuka untuk jamaah yang akan membayar zakat, dan rencananya akan di salurkan pada malam ke 27 Bulan Ramadhan.

Pihak BKM pun membuka pintu bagi para donatur yang ingin menyumbangkan sebagian rezekinya untuk pembangunan Masjid tersebut dengan cara melalui transfer rekening dan bisa juga mendatangi Masjid secara langsung.

Rencananya di masa mendatang, pihak BKM berencana membangun Masjid menjadi 3 tingkat. Hal itu dikarenakan banyaknya para jamaah yang datang dari Kota Medan maupun Provinsi Aceh yang melaksanakan sholat.

(Cr7/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved