Berita Viral

Usai Sebar Hoaks Hubungan Marsdya Tonny Harjono dan Jokowi Kini Hasto Samakan Jokowi dengan Soeharto

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kembali menyerang sosok Jokowi setelah menyebar hoaks  soal nepotisme pemilihan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU). 

HO
PDI Perjuangan mendadak baru sadar bahwa di pemerintahan Jokowi utang negara bertambah besar.  

TRIBUN-MEDAN.com - Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kembali menyerang sosok Jokowi setelah menyebar hoaks soal nepotisme pemilihan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU)

Hasto sempat menyebar fitnah bahwa Marsdya Mohammad Tonny Harjono merupakan adik ipar Jokowi. Namun semua tak benar. 

Sekarang, Hasto menuding Jokowi mirip dengan Soeharto

Menurut Hasto, Soeharto dan Jokowi sama-sama menggunakan abuse of power seperti memakai aparat negara.

Hal itu disampaikan Hasto dalam sebuah acara Bedah Buku “NU, PNI, dan Kekerasan Pemilu 1971” karya Ken Ward (1972) di kawasan Cikini, Jakarta, Selasa (2/4/2024).

Hasto menuturkan, ketika membaca buku ini tak hanya muncul wajah Soeharto, namun juga melihat wajah Jokowi.

"Saya mencoba menghilangkan Pak Jokowi, tetapi sulit. Maklum 23 tahun bersama Pak Jokowi. Tetapi apakah karakternya (Jokowi dan Soeharto) sama? Nanti kita lihat," kata Hasto membuka paparannya.

Baca juga: Diskotek Blue Star Tak Peduli Imbauan Bupati Langkat, Sudah Disurati agar Tak Buka Selama Puasa

Baca juga: USAI Samakan Gibran dengan Sopir Truk, Kini Hasto PDIP Sebut Jokowi Mirip dengan Soeharto

Hasto menyampaikan kekerasan terpampang jelas pada Pemilu 1971 ketika Soeharto ingin mempertahankan kekuasaannya.

Hal itulah yang akhirnya menjadi titik konsolidasi kekuatan otoriter sampai 27 tahun kemudian.

Dia mengungkapkan, berbahagialah jurnalis yang saat ini masih bisa bekerja dengan bebas.

Namun, sudah ada intimidasi terhadap jurnalis dalam bekerja pada saat ini.

Hasto juga menyampaikan pada Pemilu 1971, Badan Pengawas Pemilu (kini KPU) ikut bermain.

Hasto menyatakan hal itu pun terlihat pada saat ini, kecuali DKPP yang masih menunjukkan kredibilitasnya.

"Yang lain kita lihat bagian dari skenario abuse of power tersebut," ujarnya.

Menurut Hasto, Soeharto punya waktu 18 bulan untuk mempersiapkan skenario mempertahankan kepemimpinan lewat operator politiknya, yakni Ali Murtopo, Amir Mahfud, dan Sujono Mardani.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved