PON 2024

Sosok Hardodi Sihombing, Atlet Tertua Cabor Lempar Cakram yang akan Tampil di PON 2024

Hardodi Sihombing menjadi atlet tertua di cabang olahraga Lempar Cakram yang akan tampil di Pekan Olahraga Nasional.

TRIBUN MEDAN/HO
Hardodi Sihombing ketika meraih medali perak di PON Papua 2021. Ia menjadi atlet tertua di cabor lempar cakram yang akan tampil di PON 2024. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Hardodi Sihombing menjadi atlet tertua di cabang olahraga Lempar Cakram yang akan tampil di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut Tahun 2024.

Pasalnya, pria yang akrab disapa Dodi itu sudah berusia 34 tahun.

Siapa sangka, atlet kelahiran Meulaboh 23 April 1990 ini sudah mengikuti PON sejak tahun 2008 di Kalimantan Timur.

Hardodi pun menjadi salah satu atlet andalan Lempar Cakram Sumut saat ini. Pasalnya Dodi sudah mempunyai sederet prestasi gemilang yang diraih di level Nasional maupun di Internasional. Satu diantara prestasi yang diraih Dodi adalah medali Perak di PON Papua 2021.

Dengan demikian, ia terus di percaya menjadi salah satu wakil Sumut di event olahraga akbar tanah air tersebut.

Namun sebelum memiliki segudang prestasi gemilang saat ini, Hardodi Sihombing menceritakan perjuangannya untuk menjadi atlet Lempar Cakram profesional.

Ia mengatakan bahwa sebelum terjun ke cabang olahraga atletik, dirinya adalah seorang pemain volly.

"Sebelumnya saya itu atlet Volly. Cuman yah atlet-atlet kabupaten lah untuk even antar kampung," ungkap Hardodi Sihombing kepada Tribun Medan, Jumat (10/5/2024).

Sambungnya, orang yang berperan pertama kali memperkenalkan dirinya dengan olahraga tersebut adalah pelatih Yoseph Lumy pada tahun 2009.

Kala itu, Ia ditawari untuk ikut PPLM (Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa) binaan Dispora dan KONI Sumut, dengan iming-iming gratis uang kuliah, tinggal di mess, dapat uang saku dan bisa keliling Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, alumnus Fakultas Ilmu Keolahragaan Unimed angkatan 2008 ini pun mulai sering melakukan latihan, hingga lambat laun memutuskan untuk menekuni olahraga lempar cakram tersebut.

Namun demikian, pilihannya menjadi seorang atlet ternyata ditentang oleh ayahnya.

Bahkan hingga tiga tahun lebih dirinya tidak mendapat dukungan dari ayahnya.

Selain itu, ia juga kerap dikucilkan di tengah-tengah keluarganya, akibat lebih memilih menjadi mahasiswa olahraga dan atlet.

Hal ini dikarenakan, ayahnya yang seorang polisi menginginkan dirinya menjadi Polisi, untuk mengikuti jejak karir dua abangnya yang juga merupakan Polisi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved