SOSOK Sion Philip Sagala, Idola Cilik Indonesia yang Tak Mau Terjebak Gemerlapnya Dunia Selebritas
Gemerlapnya kehidupan ala selebritas pernah dirasakan oleh seorang bocah berusia 13 tahun asal Medan, Sumatra Utara (Sumut), Sion Philip Sagala.
TRIBUN-MEDAN.com - Gemerlapnya kehidupan ala selebritas pernah dirasakan oleh seorang bocah berusia 13 tahun asal Medan, Sumatra Utara (Sumut), Sion Philip Sagala.
Seiring waktu, hobinya membaca buku memberikan gambaran lain bagi Sion Sagala dalam menentukan arah kehidupannya kelak.
Ikatan falsafah Batak dari lingkungan keluarga yang menekankan pentingnya pendidikan, juga berakar di pemikirannya.
Akhirnya, Sion Sagala memutuskan tak mau terjebak hingar bingar gemerlapnya kehidupan selebritas. Ia memilih fokus ke dunia pendidikan.

Sion Philip Sagala lahir di Medan, 11 Maret 2003. Sejak kecil, dia sudah hobi menyanyi.
Sion kerap diperdengarkan lagu-lagu bernuansa Pop, RnB, Jazz, dan musik Batak tentunya.
Talenta itu didukung oleh orangtuanya yang aktif mencari info tentang lomba menyanyi di Kota Medan.
Awal perjalanan Sion di bidang bernyanyi dimulai sejak dirinya menginjak usia 8 tahun. Dia mengikuti lomba menyanyi di sekolah maupun di kontes lainnya, dan kerap langganan juara.
Melihat potensi itu, orangtua Sion memasukkan putra keduanya itu les olah vokal di umur 9 tahun. Bakat Sion makin terasah.
Kebetulan, kontes-kontes menyanyi makin ramai kala itu di Kota Medan. Sion pun selalu berdiri di podium pada setiap kontes yang dia ikuti.
Orangtua Sion kemudian berambisi membawa sang anak mengikuti kompetisi menyanyi tingkat nasional. Saat itu, tahun 2016, ada audisi Idola Cilik Indonesia season 5, ajang perlombaan penyanyi cilik yang disiarkan stasiun televisi nasional.
Dengan suara merdunya, Sion yang masih berusia 13 tahun dan duduk di kelas 1 SMP St Thomas 1 Medan, mendapatkan tiket untuk mengikuti babak selanjutnya di Jakarta.
Langkah Sion berjalan mulus. Ia berhasil menunjukkan performa terbaiknya saat audisi di Jakarta dan menuai pujian dari para juri olah vokal di Idola Cilik 5.
Setelah bersaing sengit selama 3 bulan, perjuangan Sion membuahkan hasil. Ia menyabet juara pertama.
Trofi ini melengkapi prestasi Sion sebelumnya, antara lain, masuk 50 besar Idol Junior di MNCTV tahun 2014, Star Kids yang diadakan Axa Mandiri pada tahun 2014, Juara Favorit Festival Vokal Group Indomaret se-Indonesia di Indosiar pada tahun 2015.
“Saya ikut lomba nyanyi awalnya ya karena disuruh mama. Karena saat itu kan masih kecil ya, belum ngerti apa-apa. Tahunya diajak mama ikut lomba, ya nyanyi lah,” ucap Sion kepada Tribun, Kamis (18/7/2024).
Menyandang status sebagai Idola Cilik Indonesia, Sion pun terikat kontrak kerja. Namun, ketika itu orangtua Sion mengajukan permohonan agar kontrak Sion berlaku mundur sekitar 6 bulan.
Alasannya, orangtua Sion ingin anaknya tak ketinggalan pendidikan. Kebetulan saat itu Sion terpilih dari sekolahnya untuk mengikuti Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang diadakan Kemendikbud.
Barulah setahun kemudian, tepatnya 2017, Sion resmi menapaki industri hiburan. Kehidupannya mulai berubah. Tampil dari satu acara ke acara lain, satu panggung ke panggung lainnya. Banjir job manggung.
Ketenaran itu tentu saja menjadi berkah secara ekonomi. Pundi-pundinya mulai dipenuhi uang. Sekali tampil, dengan durasi sekitar 30 menit sampai 1 jam, Sion bisa mengantongi uang minimal Rp 15 juta. Nominal yang cukup menggiurkan di usianya yang masih sangat belia.

Lika-liku dunia selebritas membuat Sion mau tak mau harus beradaptasi. Ia meninggalkan SMP St Thomas 1 Medan, untuk hijrah ke Ibu Kota. Sion melanjutkan sekolah di SMP YPK Ora Et Labora, Jakarta Selatan.
Singkat cerita, Sion kecil mulai masuk ke dalam gemerlapnya kehidupan selebritas. Ia dipuja. Setiap penampilannya disambut meriah. Penuh tepuk tangan. Tak jarang para orangtua yang punya anak kecil, kerap mengajak Sion berfoto bersama.
Sambil menjalani kehidupan sebagai publik figur, Sion tetap melakoni hobinya yang lain, yakni membaca buku novel bertema keluarga, sosial, agama, hingga kemanusiaan. Ia meyakini membaca adalah jendela ilmu yang akan membuka cakrawala kehidupan manusia.
Dua tahun berlalu, Sion yang telah beranjak remaja memasuki fase pencarian jati diri. Fase inilah yang memengaruhi arah pemikirannya kelak dalam menentukan arah hidupnya.
Kebetulan keluarga besar Sion adalah penganut falsafah kehidupan Batak tulen, yakni Annakon Hi Do Hamoraon Di Au. Falsafah itu pula yang dipegang teguh oleh kedua orangtua Sion dalam mendidik anak-anaknya.
Untuk diketahui, falsafah ini memiliki makna yang sangat mempengaruhi pikiran, adab, dan gaya hidup masyarakat Batak pada umumnya. Harta sejati dalam pandangan orang Batak adalah anak, dan investasi terbaik adalah pendidikan bagi anak-anak mereka. Falsafah itu pula yang kemudian melandasi semangat orang Batak dalam memperjuangkan anak-anak mereka untuk mendapatkan akses pendidikan setinggi-tingginya.
Falsafah ini kerap disinggung orangtua Sion kala kumpul-kumpul bersama keluarga besar, baik dari pihak ayah maupun ibunya. Meskipun bukan ditujukan langsung kepada anaknya, secara tidak langsung, mempengaruhi pemikiran Sion.
Di usianya yang beranjak remaja, dia mulai memilah jalan untuk masa depannya kelak. Falsafah itu pula yang membuat Sion akhirnya memutuskan tak mau terjebak dalam gemerlapnya kehidupan dunia selebriti.
Ia bertekad untuk fokus kembali ke pendidikan, dunia yang sempat jadi nomor dua baginya saat berada di industri hiburan.

Titik balik kehidupan Sion terjadi pada 2018. Setelah sempat menempuh pendidikan di SMAN 6 Jakarta Selatan, Sion mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan sekolah di Medan agar bisa kembali ke tengah-tengah keluarga, bersama ayah, ibu dan tiga saudaranya. Meninggalkan manisnya kehidupan selebriti.
Orangtua Sion mengamini. Sion melanjutkan pendidikannya di SMA St Thomas 1 Medan, dan tamat tahun 2018.
Dia kemudian kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi.
“Ya, memang saat dia masih terikat kontrak dengan RCTI, kami sebagai orangtua tak pernah lupa mengingatkan Sion untuk selalu mengutamakan sekolah. Kami masih meyakini pendidikan adalah modal paling utama dalam kehidupan,” ujar Veramon br Silalahi, ibunya Sion.
Hal serupa dikatakan sang ayah, Tumpal Sagala. Di lingkungan keluarga besarnya, pendidikan memang selalu nomor satu.
“Inilah ciri khas orang Batak pada umumnya. Kami sebagai orangtua selalu memprioritaskan pendidikan untuk anak. Meskipun tak selamanya pendidikan tinggi linier dengan kesuksesan, tapi yakinlah pendidikan itu adalah kunci untuk kesuksesan,” ujarnya.
Sion yang dulu dikenal sebagai penyanyi cilik, kini sudah menjadi sosok dewasa. Meski sudah jarang tampil di layar kaca, sosok Sion masih dicari oleh para fansnya.
Saat ini Sion menjalani aktivitasnya sebagai mahasiswa dan membangun usahanya yang bergerak di bidang kreatif di Kota Medan. Ia juga masih sering menyalurkan hobinya dengan bernyanyi di kafe-kafe yang di Medan.
Bagi Sion, bernyanyi adalah salah satu kegiatan untuk melepaskan penat dari rutinitas sehari-hari. “Sambil menghibur orang juga tentunya,” ucap Sion. (*/tribunmedan.com)
Ditulis oleh mahasiswa magang dari Fisip USU, Muhammad Farhan Yazid Hsb
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.