Tribun Wiki
Sosok Yahya Sinwar, Pemimpin Baru Hamas yang Mengawali Karir Sebagai Kepala Unit Al Majd
Yahya Sinwar adalah pemimpin Hamas yang baru menggantikan Ismail Janiyeh yang tewas terbunuh di Teheran. Yahya bergabung dengan Hamas tahun 1980-an
TRIBUN-MEDAN.COM,- Sosok Yahya Sinwar menjadi pusat perhatian dunia, setelah dirinya ditunjuk sebagai pemimpin Hamas yang baru.
Yahya Sinwar menggantikan pendahulunya, Ismail Haniyeh yang tewas dibunuh di Teheran, Iran pada 31 Juli 2024.
Pengumuman pemimpin Hamas yang baru ini disiarkan pada Selasa (6/8/2024).
Dalam keterangannya, Yahya Sinwar akan menjadi kepala biro politik gerakan tersebuit.
Baca juga: Sosok Alif Cepmek, Dilan KW yang Tuai Pujian Usai Belikan sang Ibu Rumah
"Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan terpilihnya Komandan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik gerakan tersebut, menggantikan sang syahid, Komandan Ismail Haniyeh, semoga Allah merahmatinya," kata gerakan itu dalam sebuah pernyataan singkat.
Sosok Yahya Sinwar
Dilansir dari Kompas.com, Yahya Sinwar lahir pada 1962 di kamp pengungsi warga Palestina di Kota Khan Younis, Gaza selatan.
Keluarganya terpaksa mengungsi selama perang jelang pembentukan Israel.
Pada 1987, Hamas kemudian dibentuk.
Yahya lalu bergabung dengan Hamas pada akhir 1980-an, dikutip dari The New York Times, Selasa.
Baca juga: Sosok Rony Agustinus, Pelatih Asal Indonesia yang Bawa An Se-young Raih Medali Emas
Pendiri Hamas, Sheik Ahmed Yassin merekrut Yahya sebagai kepala unit keamanan internal bernama Munazzamat al Jihad w'al-Dawa atau Al Majd.
Dia bertugas menemukan dan menghukum orang-orang yang diduga melanggar hukum moralitas Islam atau bekerja sama dengan Israel.
Catatan pengadilan Israel menuliskan Yahya dipenjara pada 1988 karena membunuh empat orang Palestina yang dituduh murtad atau bekerja sama dengan Israel.
Catatan lain menunjukkan dia dijatuhi empat hukuman seumur hidup berturut-turut karena menculik dan membunuh dua tentara Israel pada 1989, dilansir dari Forbes, Selasa.
Saat dipenjara selama lebih dari dua dekade, Yahya kerap menerjemahkan ke bahasa Arab puluhan ribu halaman otobiografi berbahasa Ibrani tulisan mantan kepala badan keamanan Israel, Shin Bet. Tulisan itu berguna untuk mempelajari taktik Israel.
Baca juga: Sosok Nat Rothschild, Dinasti Konglomerat Yahudi Inggris Teman Prabowo Bangun Pabrik Ketiga di Batam
Dia juga menulis novel The Thorn and the Carnation di penjara.
Novel itu menceritakan seorang anak laki-laki Gaza bernama Ahmed yang keluar dari persembunyian selama perang Arab-Israel 1967 dan hidup di bawah pendudukan Israel.
Selama dipenjara, Yahya diketahui mencoba melarikan diri beberapa kali.
Caranya dengan menggali lubang di lantai sel.
Dia juga dapat menghubungi pemimpin Hamas di luar penjara lewat ponsel selundupan atau pesan dengan perantara pengacara dan pengunjungnya.
Baca juga: Sosok Erika Putri, Konten Kreator yang Tuai Pro Kontra Usai Buat Video Bareng Ojol di Kamar
Yahya menjadi pemimpin Hamas
Yahya bebas pada 2011 dalam pertukaran tahanan besar-besaran dengan Israel.
Lebih dari 1.000 tahanan Israel dibebaskan dengan imbalan tentara Gilad Shalit yang ditangkap Hamas.
Setelah dibebaskan, Yahya menikah dan memiliki anak. Namun, dia jarang membicarakan keluarganya di muka umum.
Yahya kemudian kerap terlibat dalam pertempuran Hamas melawan Israel. Pada 2015, Departemen Luar Negeri AS menetapkannya sebagai teroris global.
Dia juga dikenai sanksi oleh Inggris dan Perancis.
Baca juga: Sosok Ritassya Wellgreat, Model Cantik Tertangkap Joget Bareng Teuku Ryan, Mantan Suami Ria Ricis
Pada 2017, Yahya terpilih sebagai pemimpin Hamas di Gaza. Dia terpilih kembali untuk masa jabatan kedua selama empat tahun pada 2021.
Sebagai pemimpin Hamas, dia dikenal sering mengkritik kepala Otoritas Palestina dari Partai Fatah, Mahmoud Abbas yang menguasai Tepi Barat.
Yahya juga bersikap keras melawan Israel. Karena itu, dia dianggap akan menyulitkan upaya perjanjian gencatan senjata dan pengembalian ratusan sandera dari Israel.
Meski begitu, dia sempat menyatakan Hamas akan terbuka untuk bernegosiasi dengan Israel dengan imbalan Israel dan Mesir mencabut blokade mereka terhadap Gaza.
Pejabat Hamas pernah bersikeras Yahya tidak memiliki keputusan akhir dalam kelompok tersebut. Namun, keputusan yang diambil Hamas tetap harus dikonsultasikan dengannya.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.