TRIBUN WIKI
Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara, yang Baju Adatnya Dipakai Jokowi saat Upacara 17 Agustus di IKN
Presiden RI Jokowi dan ibu negara Iriana menggunakan pakaian adat Kutai, Kalimantan Timur saat upacara HUT RI ke 79 di Ibu Kota Nusantara (IKN)
Sebutan raja pun diganti dengan sultan, dan penguasa Kerajaan Kutai Kartanegara pertama yang menggunakan nama Islam adalah Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1739).
Sultan Aji Muhammad Idris kemudian memindahkan ibu kota kerajaan dari Kutai Lama ke Pemarangan.
Selain itu, Sultan Idris dikenal sebagai penguasa yang sangat gigih melawan penjajahan Belanda.
Ia bahkan wafat di Sulawesi Selatan, saat bertempur melawan VOC bersama rakyat bugis.
Raja-raja Kerajaan Kutai Kartanegara
- Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325)
- Aji Batara Agung Paduka Nira (1325-1360)
- Aji Maharaja Sultan (1360-1420)
- Aji Raja Mandarsyah (1420-1475)
- Aji Pangeran Tumenggung Bayabaya (1475-1545)
- Aji Raja Mahkota Mulia Alam (1545-1610)
- Aji Dilanggar (1610-1635)
- Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa (1635-1650)
- Aji Pangeran Dipati Agung (1650-1665)
- Aji Pangeran Dipati Maja Kusuma (1665-1686)
- Aji Ragi (1686-1700)
- Aji Pangeran Dipati Tua (1700-1710)
- Aji Pangeran Anum Panji Mendapa (1710-1735)
- Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778)
- Sultan Aji Muhammad Aliyeddin (1778-1780)
- Sultan Aji Muhammad Muslihuddin (1780-1816)
- Sultan Aji Muhammad Salehuddin (1816-1845)
- Sultan Aji Muhammad Sulaiman (1850-1899)
- Sultan Aji Muhammad Alimuddin (1899-1910)
- Sultan Aji Muhammad Parikesit (1920-1960)
- Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II (2001-2018)
- Sultan Aji Pangeran Praboe Anoem Soerya Adiningrat (2018-sekarang)
Keruntuhan Kerajaan Kutai Kartanegara
Kemunduran Kerajaan Kutai Kartanegara dapat dirasakan ketika mulai menjadi bawahan Kesultanan Banjar.
Mulai 1787, secara de facto kerajaan ini berada di bawah kekuasaan Belanda setelah acara penyerahan kekuasaan dari Kesultanan Banjar.
Kemudian pada 1825, atas inisiatif G. Muller yang menjadi residen di Banjarmasin, Kerajaan Kutai Kartanegara diikat secara resmi oleh Belanda.
Hal ini dilakukan karena Kutai memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah dari hasil batu bara, sarang burung walet, emas, dan hasil hutan.
Keadaan kerajaan menjadi semakin terpuruk dengan kedatangan perompak dari Sulu yang mengganggu stabilitas perdagangan dan ekonominya.
Hingga masa kependudukan Jepang, status Kerajaan Kutai Kartanegara belum berubah, yakni masih menjadi daerah vasal.
Seiring pengakuan kedaulatan Indonesia dari Belanda, wilayah Kesultanan Kutai Kertanegara tergabung dalam Republik Indonesia Serikat.
Kemudian pada 21 Januari 1960, pemerintahan Kerajaan Kutai Kertanegara resmi berakhir setelah serah terima dari Sultan Aji Muhammad Parikesit dalam Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa Kutai di Tenggarong.
Kerajaan Kutai Kartanegara dihidupkan kembali
Pada 1999, Bupati Kutai Kartanegara, Syaukani Hasan Rais, berniat untuk menghidupkan kembali Kerajaan Kutai Kartanegara.
Hal ini tidak dimaksudkan untuk menghidupkan feodalisme, tetapi untuk melestarikan warisan sejarah dan budaya.
Setelah mendapatkan persetujuan presiden, Putra Mahkota Kerajaan Kutai Kartanegara, Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II dinobatkan menjadi Sultan Kutai Kartanegara.
Peninggalan Kerajaan Kutai Kartanegara
- Kompleks makam sultan Kutai Kartanegara
- Mahkota emas sultan Kutai
- Pedang Sultan Kutai
- Kalung Ciwa
(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.