Breaking News

JEJAK Sintong Panjaitan Tumpas PKI, Rebut Kantor RRI, Temukan Lubang Buaya, Pembersihan di Jateng

Sejarah mencatat Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan terlibat langsung dalam operasi penumpasan G30S/PKI tahun 1965 silam.

Editor: Juang Naibaho
ISTIMEWA
Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan terlibat langsung dalam operasi penumpasan G30S/PKI tahun 1965 silam. 

TRIBUN-MEDAN.com - Sejarah mencatat Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan terlibat langsung dalam operasi penumpasan G30S/PKI tahun 1965 silam.

Ia tak hanya terlibat dalam perebutan objek vital dan kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta, tapi juga penumpasan PKI di Jawa Tengah yang dikenal sebagai basis partai komunis tersebut.

Ketika itu, Sintong Panjaitan baru berpangkat Letnan dan memimpin Peleton 1 di Kompi Benhur, Batalyon 1 Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD/kini bernama Kopassus).

Usai apel pagi 1 Oktober 1965, Sintong Panjaitan diberitahu Lettu Faisal Tanjung yang telah mendapat briefing dari Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie bahwa operasi penerjunan ke Kuching, Serawak, Malaysia, dibatalkan.

Kompi yang dipimpin Sintong dikembalikan sebagai kompi reguler dan akan ditugaskan dalam operasi penumpasan G30S/PKI yang kabarnya masih belum jelas pagi itu.

Tugas baru itu membuat Sintong dan personel yang direncanakan terlibat Operasi Kuching, kalang kabut. 

Pasalnya, seragam dan semua atribut resmi mereka semua ada di Kartasura, Jawa Tengah.

Akhirnya, Sintong Cs mengenakan seragam perpaduan atasan loreng “darah mengalir” RPKAD yang diberikan Mako Cijantung dan bawahan celana hijau sukarelawan Dwikora ketika berangkat ke Makostrad, Jalan Merdeka Timur, untuk menjalankan tugas.

Singkat cerita, Lettu Feisal Tanjung menugaskan peleton Sintong untuk merebut kantor Radio Republik Indonesia (RRI).

Ketika itu kantor RRI dikuasai prajurit TNI pendukung PKI

Bahkan, mereka melakukan siaran gelap dan menyatakan membentuk Dewan Revolusi Indonesia.

Selepas magrib, Sintong memimpin Pleton 1 berjalan kaki menuju RRI.

Setelah pasukan Sintong melepaskan tembakan, pasukan yang mendukung PKI langsung kabur meninggalkan RRI.

Setelah semua selesai, Sintong mempersilakan Kepala Dinas Penerangan AD Brigjen Ibnu Subroto membacakan teks pidato Pangkostrad Mayjen Soeharto.

Siaran RRI ini cukup ampuh meruntuhkan moral pasukan pendukung PKI

Bahkan ada jenderal yang sempat ditawan pasukan kelompok PKI di Palembang, akhirnya selamat. 

Pasukan itu langsung meninggalkan tawanannya setelah mendengar siaran RRI tersebut.

Setelah menguasai RRI, Kompi Tanjung ditugaskan merebut Bandara Halim Perdanakusuma yang saat itu dikuasai batalyon dari Jawa Timur yang mendukung PKI.

Bandara Halim Perdanakusuma akhirnya bisa dikuasai pasukan PRKAD. 

Saat Bandara Halim Perdanakusuma dikuasai PRKAD, didapat informasi bahwa jasad jenderal yang diculik dikubur di sekitar Lubang Buaya, kawasan di sekitar Halim.

Karena Kompi pimpinan Sintong Panjaitan, yang sebelumnya akan diterjun ke Kuching, dianggap paling siap akhirnya mereka yang diberi tugas menemukan lokasi penguburan jasad para Pahlawan Revolusi.

Pasukan yang dipimpin Sintong akhirnya menemukan sumur tua yang sudah ditutupi tempat penguburan jasad Pahlawan Revolusi. 

Saat pengangkatan jasad, Sintong akhirnya meminta bantuan tim TNI AL yang mempunyai peralatan lengkap.

Pembersihan di Jawa Tengah

Aksi Sintong Panjaitan dalam penumpasan PKI tidak berhenti di Lubang Buaya. 

Pada 17 Oktober 1965, Kolonel Sarwo Edhi memimpin RPKAD ke Jawa Tengah untuk melakukan “pembersihan”.

Adapun Jawa Tengah ketika itu dianggap sebagai daerah darurat. 

Selain dikenal sebagai basis massa PKI, ada pula pergerakan perwira dan prajurit TNI mendukung Dewan Revolusi Indonesia bentukan PKI.

Bahkan, beberapa perwira TNI yang loyal terhadap pemerintah ditangkap dan dibunuh oleh prajurit pendukung PKI

Kolonel Suherman yang merupakan Asintel Kodam IV/Diponegoro, adalah perwira yang mendukung gerakan Dewan Revolusi bentukan PKI

Suherman bahkan mengambil alih Kodam IV/Diponegoro.

Tak hanya itu, Suherman juga menangkap dan bahkan membunuh sejumlah perwira TNI yang menentang gerakan Dewan Revolusi Nasional. 

Danrem dan Kasrem 072/Pamungkas, Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono, dibunuh karena menentang gerakan yang didalangi PKI itu.

Di Semarang, kedatangan RPKAD disambut gembira massa anti-PKI. 

Golongan nasionalis, pemuda dan agama serentak bergerak membakar kantor PKI dan organisasi pendukungnya.

Menurut Sintong, tindakan itu merupakan reaksi pembalasan atas kekerasan yang dilakukan PKI lebih dulu di Jawa Tengah. 

"Di Solo PKI membunuh 19 pemuda Islam dan 3 pemuda Katolik. Mayatnya dilempar ke Sungai Bengawan Solo," demikian ditulis Hendro Subroto dalam buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.

Tugas lain yang diemban Sintong adalah membersihkan Demak, Kudus, Rembang, hingga Cepu dari PKI.

Sintong ketika itu hanya memiliki 36 anggota pasukan. 

Untuk menutupi kekurangan personel, dia melatih pemuda dari golongan nasionalis dan agama untuk menghadapi PKI

Rakyat yang dididik RPKAD inilah yang kemudian gencar melakukan pembersihan pada orang-orang yang dituding PKI di Jawa Tengah.

Sintong juga bertugas membersihkan unsur TNI AD di Jawa Tengah dari PKI

Penelusuran RPKAD ketika itu, ternyata PKI telah menyusup ke hampir semua Kodim di Jateng. 

Sejumlah besar perwira TNI AD berhasil dipengaruhi komunis.

"Pada waktu itu setengah dari Komandan Kodim di jajaran (Kodam) Diponegoro sudah berada di bawah kendali PKI," kata Sintong.

Sintong pun menyiagakan pasukannya di luar kantor Kodim saat akan melakukan penangkapan. 

Para anggota TNI yang terlibat dibawa naik truk dan diperiksa intelijen dan POM TNI.

Sintong mengatakan, pasukannya menangkap ratusan tentara yang berpihak pada PKI, tapi tidak pernah membunuh warga sipil. 

Ia mengaku mendengar ada beberapa kasus kelompok masyarakat yang membunuh warga pendukung PKI.

"Tapi itu antara warga dengan warga sebagai bagian organisasi. Tapi tentara tidak ikut terlibat," katanya. (*/tribunmedan)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved