Makam Siswa SMP Tewas Dibongkar

Hampir 3 Jam Autopsi, Dokter Forensik Bawa Sejumlah Jaringan dari Jasad Siswa SMP

Ekshumasi dimulai sejak pukul 09:55 WIB dengan menggali ulang makam, mengeluarkan jenazah, lalu diautopsi.

|
Penulis: Fredy Santoso | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO
Dokter Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan dr. Surjit Singh (Tengah) Kasat Reskrim Polresta Deliserdang Kompol Rizki Akbar (Kiri) saat diwawancarai usai melakukan ekshumasi (bongkar makam) dan autopsi jenazah Rindu Syahputra Sinaga, siswa SMP Negeri I STM Hilir, Kabupaten Deliserdang, di pemakaman Desa Negara Beringin, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deliserdang, Selasa (1/10/2024). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Polresta Deliserdang, RS Bhayangkara TK II Medan menyelesaikan ekshumasi (bongkar makam) dan autopsi jenazah Rindu Syahputra Sinaga, 14 tahun, siswa SMP Negeri I STM Hilir, yang diduga meninggal usai disuruh squat jump 100 kali oleh gurunya.

Ekshumasi dimulai sejak pukul 09:55 WIB dengan menggali ulang makam, mengeluarkan jenazah, lalu diautopsi.

Proses ini berlangsung kurang lebih hampir tiga jam atau selesai pada pukul 12:47 WIB.

Dokter Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan dr. Surjit Singh mengatakan, pihaknya tidak ada mengambil organ tubuh dari korban, melainkan cuma mengambil sejumlah jaringan dari jasadnya untuk dijadikan sampel di laboratorium.

Nantinya, jaringan dari jasad ini akan dibawa ke laboratorium patologi anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) guna diteliti.

"Organ tak ada yang kita bawa, cuma jaringan. Beda ya, jaringan lebih kecil dari organ. 

Kita ambil jaringan cuma sedikit, ada beberapa jaringan untuk kita lakukan pemeriksaan patologi anatomi,"kata Dokter Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan dr. Surjit Singh, di Desa Negara Beringin, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deliserdang, Selasa (1/10/2024).

dr Surjit menjelaskan, jaringan yang diambil dari jasad korban diantaranya dari paru, ginjal dan beberapa lainnya.

Nantinya, proses pemeriksaan di laboratorium patologi anatomi memakan waktu sekitar 3-4 Minggu.

Setelah itu, hasilnya akan diserahkan ke Polresta Deliserdang dan kemudian penyidik dan pihak RS Bhayangkara TK II Medan akan membuat kesimpulan penyebab pasti kematian korban.

"Mereka harus memproses jaringannya, kadang sampai sampai 3 minggu atau 4 minggu dan kalau tulang bisa lebih lama lagi. Intinya kalau selesai hasil patologi anatomi nya itu akan kami tuangkan ke dalam visum et repertum. Barulah kami buat kesimpulan."

Diketahui, Polresta Deliserdang dan RS Bhayangkara TK II Medan melakukan ekshumasi atau bongkar kuburan Rindu Syahputra Sinaga, siswa SMP Negeri I STM Hilir, Kabupaten Deliserdang yang diduga tewas usai dihukum squat jump oleh gurunya sebanyak 100 kali.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti kematian korban.

Sebelumnya,Rindu Syahputra Sinaga, 14 tahun, warga Dusun I, Desa Negara Beringin, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deliserdang tewas tujuh hari setelah dihukum squat jump oleh guru mata pelajaran agama Kristen bernama Seli Winda Hutapea.

Yuliana Padang, ibu korban mengungkap, hukuman itu diterima anaknya pada 19 September lalu lantaran tidak bisa menghafal apa yang disuruh guru mata pelajaran agama Kristen.

Sepulangnya dari sekolah, anaknya itu mengeluh kesakitan pada bagian kakinya akibat dihukum.

Kemudian keesokan harinya, Jumat 20 September anaknya demam tinggi dan mengeluh semakin tak enak badan.

Karena kondisinya tak kunjung pulih, pada Sabtu 21 September, korban terpaksa tidak masuk ke sekolah.

Bahkan, meski sudah dibawa berobat, rasa sakit Rindu tak juga reda.

"Hari kamis di hukum guru dia mengeluh kakinya sakit. Hari jumat dia demam panas tinggi, baru hari sabtu dia gak sekolah lagi karena kesakitan,"kata Yuliana menirukan ucapan anaknya, Jumat (27/9/2024).

Yuliana mengungkap, kondisi paha korban memar dan membengkak. Urat syaraf pada pahanya pun membiru.

Karena korban tak kunjung sembuh, pada Selasa 24 September ibu korban datang ke sekolah dan meminta izin secara langsung supaya anaknya diizinkan libur karena sakit.

Keesokan harinya, Rabu 25 September kondisi korban semakin parah dan dibawa ke klinik lagi.

Setibanya di klinik, rupanya tim medis sudah tidak mampu menangani korban sehingga korban dirujuk ke RS Sembiring Delitua.

Pada Kamis 26 September, pagi sekitar pukul 06:30 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia.

"Rabu anak saya ngedrop, saya bawa ke klinik lagi. Rupanya klinik merujuk ke RS Sembiring, Delitua. Hari kamis pagi setengah 7 kurang anak saya sudah tidak ada lagi, meninggal dunia."

 

(cr25/Tribun-medan.com)

 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved