TRIBUN WIKI
Profil Effendi Simbolon yang Kini 'Dibuang' PDIP Usai Dukung Ridwan Kamil
Effendi Simbolon merupakan politisi PDI Perjuangan. Ia lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 1 Desember 1964.
TRIBUN-MEDAN.COM,- Effendi Simbolon, politisi PDI Perjuangan melakukan manuver politik yang kemudian bikin heboh.
Dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta, Effendi Simbolon mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono.
Padahal, PDIP sendiri mengusung pasangan Pramono Anung-Rano Karno.
Karena hal itu pula, DPP PDI Perjuangan kemudian menegaskan, bahwa Effendi Simbolon bukan lagi sebagai kadernya.
Baca juga: Profil Michael Malarkey, Aktor Vampire Diaries Serukan Pemboikotan Kopi Starbucks
Effendi Simbolon dinyatakan telah melanggar ketentuan partai, sehingga ditegaskan bahwa ia bukan lagi kader dari partai berlambang banteng tersebut.
“Mas ES (Effendy Simbolon) telah melanggar AD/ART partai dan disiplin organisasi dengan mendukung Rido (Ridwan Kamil-Suswono), maka secara otomatis yang bersangkutan sudah bukan menjadi kader partai,” kata Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat, dikutip dari Kompas.com, Kamis (21/11/2024).
Djarot mengatakan, PDIP adalah partai ideologis yang menggembleng kadernya untuk memiliki kedisiplinan, termasuk disiplin organisasi.
Baca juga: Profil Rizky Ridho, Pemain Timnas Indonesia yang Tengah Bersinar dan Jadi Andalan
Manuver Effendi Simbolon mendukung Ridwan Kamil-Suswono merupakan bentuk pelanggaran kedisiplinan tersebut.
Meski begitu, Djarot mengaku tak khawatir terhadap manuver Effendi.
Ia yakin, dukungan itu tak bakal memengaruhi kader PDI-P lain.
Profil Effendi Simbolon
Effendi Simbolon lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 1 Desember 1964 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Ia merupakan putra bungsu dari pasangan St. MM Simbolon dan Martha br. Tobing.
Masa kecilnya dihabiskan di Kalimantan, hingga menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cendrawasih Banjarbaru pada 1975.
Setelah itu, keluarganya pindah ke Jakarta, di mana Effendi melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 41 Jakarta dan SMA Negeri 3 Jakarta.
Baca juga: Profil Letkol Inf Lizardo Gumay, Eks Dandim Makassar Diduga Selingkuh Pernah Tugas di Kodam I/BB
Effendi kemudian melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Ia meraih gelar S-1 di bidang Manajemen Perusahaan dari Universitas Jayabaya pada 1988.
Setelah itu, Effendi melanjutkan pendidikan S-2 di bidang Ilmu Politik di Universitas Padjadjaran dan lulus pada 2013.
Bahkan, ia meraih gelar Doktor di bidang Hubungan Internasional dari universitas yang sama pada 2015.
Effendi mengawali karier politiknya dengan bergabung dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Baca juga: Profil Mary Jane, Terpidana Mati Asal Filipina Sebentar Lagi Pulang ke Negaranya, 14 Tahun Dipenjara
Ia pertama kali menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada 2004 dan berhasil mempertahankan kursinya selama empat periode berturut-turut.
Dalam kurun waktu itu, Effendi pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi VII yang menangani isu-isu energi, sumber daya mineral, riset, teknologi, dan lingkungan hidup sampai 2013.
Sejak 2019, ia aktif sebagai anggota Komisi I yang berfokus pada pertahanan, luar negeri, komunikasi, dan informasi.
Di internal PDI-P, Effendi pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Sumber Daya dan Dana, serta menjadi salah satu bakal calon Sekretaris Jenderal PDI-P untuk periode 2010–2015.
Baca juga: Profil Isa Zega atau Sahrul, Transgender Asal Sibolga Dikecam Karena Umrah Pakai Hijab Padahal Pria
Selain berkarier di politik, Effendi juga aktif dalam berbagai organisasi.
Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Lembaga Karate-Do Indonesia (PB Lemkari) hingga 2012, menggantikan Doddy Susanto.
Effendi juga menjadi salah satu penggagas berdirinya Pusat Punguan Simbolon Dohot Boruna se-Indonesia (PSBI), sebuah perkumpulan yang bertujuan mempererat hubungan di antara marga Simbolon di seluruh Indonesia.
Pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2013, Effendi mencalonkan diri bersama Jumiran Abdi.
Pasangan ini memperoleh suara 24,34 persen, kalah dari pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi yang memperoleh 33,00 persen suara.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.